Meski Rendah Kalori, Studi Ungkap Pemanis Buatan Bisa Sebabkan Berbagai Masalah Kesehatan

Pemanis buatan biasa digunakan sebagai alternatif orang-orang yang ingin mengurangi jumlah asupan gula dan kalori hariannya. Meskipun demikian, pemanis buatan ternyata dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2022, 17:00 WIB
Makanan yang Mengandung Pemanis Buatan
Ilustrasi Pemanis Buatan Credit: pexels.com/Suzy

Liputan6.com, Jakarta - Pemanis buatan terbuat dari senyawa kimia yang meliputi sulfonamid, produk sampingan sukrosa, peptida, dan turunannya.

Pemanis buatan memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan gula dan biasa digunakan untuk membumbui makanan dan minuman tertentu, misalnya teh atau kopi.  Karena rasanya yang sangat manis, Anda hanya perlu memakai sedikit saja, sehingga kalori yang dikonsumsi lebih kecil untuk tingkat rasa manis yang sama.

Meskipun pemanis buatan dapat membantu mengurangi kalori dari makanan sambil tetap menikmati rasa manis, mereka juga membuat Anda terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis.

Baik Asosiasi Jantung Amerika (AHA) dan Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) menyetujui penggantian gula dengan pemanis buatan untuk melawan obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes, serta untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Akan tetapi, keduanya memperingatkan agar berhati-hati dan terus memantau konsumsi kalori harian Anda.

Penelitian yang dilakukan terhadap hewan menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat menyebabkan berat badan merayap naik, dan, yang lebih mengkhawatirkan, menyebabkan tumor otak, kanker kandung kemih, dan berbagai penyakit lainnya.

Komunitas ilmiah terbagi menjadi 2 kelompok—pemanis buatan aman dalam kondisi apa pun atau tidak aman dalam dosis berapapun.

Terlepas dari itu, dilansir dari situs Verywell Health, penelitian menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, misalnya:

Studi menunjukkan bahwa kombinasi siklamat dan sakarin menyebabkan kanker dalam penelitian yang dilakukan terhadap hewan. Namun, menurut Badan Pengawas Obat dan makanan AS FDA (Food and Drug Administration), studi karsinogenisitas menunjukkan tidak ada hubungan antara kanker dan pemanis buatan ini terhadap manusia.

Studi lain tentang pemanis buatan yang disetujui FDA menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemanis ini dan beberapa jenis kanker serta manusia.

2. Kesehatan Usus

Pemanis Buatan Aspartam Bisa Picu Kanker?
Aspartam

Meskipun pemanis buatan tanpa kalori tidak diserap tubuh, mereka mungkin masih mencapai mikrobiota usus, yang dapat mempengaruhi susunan dan fungsinya dan berkontribusi pada perkembangan sindrom metabolik.

Dalam sebuah studi, para peneliti menambahkan sakarin, sukralosa, atau aspartam ke dalam air minum tikus berusia 10 minggu.

Sebelas minggu kemudian, tikus yang meminum larutan air gula terkena intoleransi glukosa, berbeda dengan tikus lain yang mengonsumsi air, glukosa, atau sukrosa saja. Para peneliti menyimpulkan bahwa intoleransi glukosa akibat konsumsi sakarin dapat mengubah mikrobiota usus.

3. Kesehatan Gigi

Gigi berlubang disebabkan oleh bakteri mulut. Bakteri yang menyebabkan gigi berlubang adalah streptococcus, streptococcus sobrinus, dan lactobacilli, yang menghasilkan asam ketika karbohidrat yang dapat difermentasi seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa muncul.

Kandungan mineral gigi menjadi sensitif terhadap peningkatan keasaman dari produksi asam laktat. Tidak seperti gula, pemanis buatan tidak difermentasi oleh bakteri mulut, yang menyebabkan karang gigi dan menurunkan pH oral.

4. Nafsu Makan dan Berat Badan

Sucralose
Ilustrasi Pemanis Buatan Credit: pexels.com/Leah

Sebuah studi menunjukkan bahwa partisipan yang sering mengonsumsi minuman yang dimaniskan secara artifisial memiliki berat badan lebih tinggi dari partisipan yang tidak mengonsumsi.

Studi lain menemukan bahwa 2,7 hingga 7,1 persen lebih banyak orang yang mengonsumsi pemanis buatan mengalami kenaikan berat badan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsinya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa air yang dipermanis dengan aspartam meningkatkan nafsu makan pada pria dewasa dengan berat badan normal dan meningkatkan rasa lapar dibandingkan dengan glukosa atau air saja.

Dalam studi lain, aspartam, acesulfame potassium, dan sakarin, semuanya dihubungkan dengan makan lebih banyak, dengan aspartam memiliki efek terbesar karena tidak memiliki aftertaste pahit.

Terdapat korelasi antara hasrat dan rasa tertentu seperti rasa manis. Pemanis buatan bisa membuat Anda ingin dan mencari makanan yang dimaniskan. Untuk mengurangi ketergantungan itu, para ahli menyarankan untuk tidak mengonsumsi gula atau pemanis buatan selama periode waktu tertentu.

5. Diabetes

Pemanis Buatan
Ilustrasi Pemanis Buatan Credit: pexels.com/Mikhail

Pemanis buatan memiliki kandungan kalori yang rendah atau bahkan tanpa kalori (0 kalori). Karena pemanis ini memiliki intensitas rasa yang lebih besar dari gula meja, hanya perlu sedikit untuk mempermanis makanan.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa makan berlebihan makanan yang mengandung pemanis buatan dapat menyebabkan perubahan metabolisme glukosa, atau cara tubuh mencerna dan menggunakan gula.

Konsumsi pemanis buatan secara berlebihan telah dikaitkan dengan penambahan berat badan yang berlebihan dan komplikasi kesehatan seperti diabetes tipe 2.

6. Sakit Kepala

Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara pemanis buatan dan sakit kepala. Yaitu bahwa sakit kepala pada sebagian kecil individu dapat disebabkan oleh beberapa pemanis buatan, seperti aspartam dan sukralosa.

Hubungan antara aspartam dan penderita migrain lebih kuat, menurut Headache & Facial Pain Center di University of Cincinnati Gardner Neuroscience Institute. Sakit kepala dapat dipicu karena penggunaan pemanis dalam jangka waktu lama dalam minuman diet.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya