Liputan6.com, Bali - Terjangan pandemi COVID-19 di banyak negara semakin menguatkan terbentuknya Dana Pandemi atau Pandemic Fund dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022. Situasi pandemi COVID-19 berujung pada krisis kesehatan global, yang mana mengakses alat kesehatan akibat kurangnya pembiayaan kedaruratan kesehatan manakala awal pandemi melanda.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, Pandemic Fund akan membantu negara-negara di dunia mengatasi krisis kesehatan global di masa depan. Dalam hal ini, dana yang terkumpul bukan hanya untuk persoalan pandemi COVID-19.
Baca Juga
Pandemi Fund dinilai sebagai pilar pendukung Arsitektur Kesehatan Global, yang termasuk salah satu isu prioritas yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia. Bahwa Arsitektur Kesehatan Global perlu diperkuat agar dunia siap menghadapi pandemi lain dan krisis kesehatan lain.
Advertisement
“Nantinya pasti Pandemic Fund ini akan menjadi pilar utama dari Global Health Architecture atau Arsitektur Kesehatan Global dan itu bukan hanya akan membantu kita mengatasi krisis pandemi tahun ini,” terang Budi Gunadi di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua Bali, ditulis Kamis (29/12/2022).
“Tapi juga akan bisa membantu umat manusia dan dunia mengatasi krisis-krisis kesehatan global.”
Peluncuran Pandemic Fund diresmikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu (13/11/2022), dua hari menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di The Apurva Kempinski Bali, Bali pada 15 - 16 November 2022.
Terbentuknya Pandemic Fund – yang sebelumnya bernama Financial Intermediary Fund (FIF) – ini merupakan langkah konkret hasil pertemuan Negara-negara G20. Pandemic Fund menjadi instrumen penting untuk lebih mempersiapkan dan merespons pandemi berikutnya dengan lebih baik.
Mengulang Keberhasilan Dua Fund Besar
Menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, peluncuran Pandemic Fund bisa dikatakan mengulang sejarah keberhasilan terbentuknya dua fund (pendanaan) besar terdahulu, yakni World Bank dan International Monetary Fund (IMF).
Kedua Fund yang terbentuk pada Juli 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat (AS) di atas bertujuan membantu negara-negara di dunia mengatasi krisis ekonomi dan keuangan selepas Perang Dunia Kedua tahun 1945.
“Kalau ingat di tahun 1944 sesudah Perang Dunia Kedua, Kepala Negara se-Dunia tuh berkumpul di Bretton Woods, United States (US). Mereka membangun dua fund besar, namanya World Bank dan International Monetary Fund yang merupakan pilar utama dari Arsitektur Keuangan Global,” tutur Budi Gunadi.
“Ini yang bisa mengatasi masalah krisis ekonomi dan keuangan sesudah Perang Dunia Kedua, tapi juga bisa membantu dunia mengatasi dan melindungi krisis-krisis keuangan sesudahnya.”
Berkaca dari pembentukan World Bank dan International Monetary Fund, Arsitektur Kesehatan Global juga perlu didukung dengan pembentukan pendanaan khusus. Pandemic Fund mulai disuarakan sejak Presidensi G20 Arab Saudi 2020, yang berlanjut ke Kepresidensian Italia 2021, dan berhasil diresmikan di G20 Indonesia 2022.
“Nah, kita di kesehatan tidak punya hal seperti ini (fund seperti World Bank dan IMF), tidak punya infrastruktur seperti ini di Arsitektur Kesehatan Global. Berbeda dengan yang di Arsitektur Keuangan Global sehingga sejarah berulang nih di tahun 2022, pemimpin-pemimpin dunia berkumpul lagi di Bali, Indonesia untuk setuju mendirikan yang namanya Pandemic Fund,” ujar Budi Gunadi.
“Saya percaya bahwa ini akan mengulang keberhasilan World Bank dan International Monetary Fund yang dibikin oleh Pimpinan-pimpinan Dunia tahun 1944 di Bretton Woods, ini akan terjadi lagi di Bali.”
Advertisement
Semua Negara G20 Setujui Pandemic Fund
Butuh dua tahun Negara-negara G20 membahas dan menyetujui pembentukan Pandemic Fund semenjak digaungkan pada Presidensi G20 Arab Saudi tahun 2020, yang kala itu dunia sedang dalam situasi kedaruratan pandemi COVID-19. Krisis kesehatan global mulai terasa akibat dampak pandemi.
Pada agenda Presidensi G20 Indonesia, Budi Gunadi Sadikin memaparkan, pembahasan Pandemic Fund termasuk salah satu dari 5 deliverables (output/hasil) pada isu Arsitektur Kesehatan Global. Diskusi pendanaan pandemi pun terbilang tak mudah lantaran menyangkut isu geopolitik.
“Pak Presiden masuknya ada tiga agenda G20, yaitu Global Health Architecture (Arsitektur Kesehatan Global), Energy Transition (Transisi Energi) sama Digital Economic (Ekonomi Digital). Nah, di Global Health Architecture, kami ajukan 5 deliverables,” paparnya.
“Yang kita capai nomor satu adalah Pandemic Fund. Sudah selesai dan ini disetujui semua negara. Enggak mudah tuh negara setuju tapi udah langsung jalan juga. Ada memang isu geopolitik yang sangat berat.”
Deliverables nomor dua, masih berkaitan dengan Pandemic Fund, yakni membangun mekanisme formal secara global. Tujuannya, pendanaan pandemi tadi bisa digunakan dengan adil untuk akses emergency medical countermeasures, misal vaksin, obat-obatan, alat-alat diagnostik terutama untuk negara-negara berkembang.
“Yang nomor dua, kita juga setuju bahwa uses of fund-nya (penggunaan dana) itu nanti mekanismenya seperti apa kita udah setuju. Kita mau pakai yang udah jalan aja, ada yang namanya Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACTA),” jelas Budi Gunadi.
“Itu dulu udah dibikin oleh WHO, cuma sifatnya informal kayak paguyuban. Nah, sekarang kita mau formulasi itu di level dunia. Negara-negara setuju.”
Deliverable nomor tiga berupa interkoneksi seluruh genom sekuens. Ini karena bakteri, patogen, dan virus bisa menyebar dan muncul di mana saja, baik di Asia, Afrika, dan Amerika.
“Kalau kita enggak interkoneksi, kan enggak nyambung. Ini harus nyambung karena virusnya bisa keluar di mana-mana. Begitu ketahuan, kita harus bisa cepat kirim ke orang-orang pintar laboratorium yang paling canggih supaya cari obatnya dan vaksinnya gitu,” lanjut Menkes Budi Gunadi.
“Yang keempat, yang kita setuju standar Global Health Protokol (Protokol Kesehatan Global) untuk move on (berpindah) secara digital, karena kalau kemarin ada pandemi pasti lockdown. Kalau lockdown orang enggak bisa gerak, ekonomi mati. Kita enggak mau itu terjadi lagi.”
Bagi orang-orang yang sudah dites atau divaksin bilamana dia pilot, kru kapal dapat bergerak supaya ekonomi tetap jalan. Perpindahan orang ini bisa pakai sertifikat vaksinasi digital layaknya paspor.
“Deliverable kelima, kita setuju terutama negara-negara G20 yang ada di Selatan: Afrika Selatan; yang di Asia: Turki, Saudi Arabia, Indonesia, India. Lalu Amerika, Argentina, Brasil untuk kerja sama research and development dan manufacturing (riset, pengembangan dan manufaktur) vaksin obat-obatan sama alat uji kesehatan. Itu sudah setuju,” kata Budi Gunadi.
Kontribusi Negara di Luar G20
Pada saat peluncuran Pandemic Fund, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan, Fund ini mewakili keragaman sumber pendapatan, segi penggunaan, dan keberagaman kebutuhan dari banyak negara terutama negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tujuannya, untuk memperkuat sistem kesehatan, kerja sama dan mekanisme regional, serta pengaturan global. Pandemic Fund bukan hanya inisiatif G20, melainkan menjadi perhatian global.
Maka dari itu, Sri Mulyani menyambut baik kontribusi negara-negara di luar G20 untuk Pandemic Fund.
“Saya pikir ini akan menjadi simbol yang sangat, sangat bagus tentang bagaimana semua pihak dari berbagai latar belakang atau tingkat pendapatan, mereka dapat berkontribusi dan bekerja sama untuk mengatasi masalah ancaman global,” katanya usai konferensi pers ‘Launching Pandemic Fund’ di Hotel Mulia Resort, Nusa Dua Bali, Minggu (13/11/2022).
“Kami harus terus memperkuat tata kelola, inklusivitas, transparansi, serta kemampuan untuk secara efektif menanggapi kesiapsiagaan pandemi.”
Sejauh ini, Pandemic Fund telah berhasil mengumpulkan dana sebesar USD1,4 miliar yang berasal dari 20 kontributor, yaitu anggota G20, negara non G20, dan tiga lembaga filantropis dunia. Jumlah penggalangan dana tersebut dapat terus bertambah.
Angka USD1,4 miliar yang sudah terkumpul untuk mengatasi kesenjangan dalam Kesiapsiagaan dan Respons Pencegahan Pandemi. Dana Pandemi ini merupakan sumber daya tambahan yang nantinya ditujukan untuk mempersiapkan dalam kondisi mendesak.
Negara donor yang dimaksud di antaranya, Australia, Kanada, Komisi Eropa, Prancis, Jerman, Tiongkok, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Selandia Baru, Norwegia, Afrika Selatan, Singapura, Inggris, Spanyol, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab (UEA).
Selanjutnya, tiga filantropi, yaitu The BIll & Melinda Gates Foundation, The Rockefeller Foundation, dan Wellcome Trust.
Tidak hanya delegasi negara G20, turut hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan lembaga donor seperti GAVI (Global Alliance for Vaccine and Immunization), World Bank (WB), IMF, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), dan lembaga internasional seperti UNICEF, UNDP dan WHO.
Sri Mulyani juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota G20, negara-negara undangan, organisasi-organisasi internasional terutama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan World Bank, yang telah mendukung pembentukan Pandemic Fund.
“Saya ingin menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas semua dukungan Anda, yang tanpa lelah bekerja sama untuk dapat membentuk Pandemic Fund ini. Terima kasih banyak,” ucapnya.
Advertisement