Liputan6.com, Jakarta Subvarian Omicron XBB 1.5 atau yang dikenal nama varian Kraken dianggap sebagai 'biang kerok' lonjakan kasus COVID-19 di Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan 41 persen dari kasus infeksi. Varian baru ini juga sudah ditemukan satu kasus di Indonesia dari Warga Negara Asing (WNA) berkebangsaan Polandia.
Lantas, adakah pengetatan menindaklanjuti persebaran Omicron Kraken? Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin tidak menekankan secara jelas terkait pengetatan.
Baca Juga
Hanya saja, ia meminta masyarakat tidak panik. Mobilitas masyarakat yang tinggi sekarang harus tetap diiringi dengan protokol kesehatan seperti memakai masker di dalam ruang atau situasi ramai dan kerumunan.
Advertisement
"Pesan saya ke masyarakat, tidak usah panik. Kalau di dalam ruangan padat, merasa batuk atau ada temennya batuk-batuk, pakai masker seperti protokol kesehatan biasa," terang Budi Gunadi usai Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Gedung AA. Maramis, Kementerian Koordinator Perekonomian Jakarta, Kamis (26/1/2023).
"Sama seperti influenza, diare, tuberkulosis (TB), (demam berdarah) dengue. Pesan yang penting adalah dibooster deh terutama untuk yang tua (lansia) dan komorbid, gitu aja."
Demi mengantisipasi varian Kraken, Menkes Budi kembali menekankan pentingnya vaksinasi booster. Hal ini juga sebagai antisipasi bentuk perlindungan dan meningkatkan kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2.
"Peningkatan kekebalan dengan protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan, vaksinasi booster," ucapnya.
Surveilans Bagus
Diakui Menkes Budi Gunadi Sadikin, subvarian Omicron CBB 1.5 atau Kraken sedikit naik di AS. Hal ini berbeda dengan varian BA.5, yang mana menyebar cepat di Eropa dan Asia (BQ.1, XBB).
"Kalau saya melihatnya, Kraken itu naik sedikit di AS. temen-temen kalau lihat yang BA.5 di Eropa tinggi, BQ.1, XBB itu di Jepang, China tinggi," ucapnya.
"Itu di Indonesia, dua kali gelombang anak dan 'cucunya' Omicron itu, Enggak naik tinggi. Kenapa? Karena itu tadi, imunitas populasi kita baik, hasil sero survei kita baik."
Dalam penanganan varian Kraken, Budi Gunadi menuturkan, Indonesia sudah mampu mengejar deteksi genom sekuensing. Kemudian pada kasus satu temuan orang Polandia yang positif varian Kraken, tim surveilans bergerak cepat mengejar kontak erat.
"Kita kontak eratnya dikejar. Tapi yang mesti kita tahu ya, surveilansnya sudah bagus. Kita cepat sekali tahu Kraken masuk ke Indonesia," tuturnya.
Advertisement
Imunitas Masih Tinggi
Pada kesempatan yang sama, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tak perlu cemas dengan varian Corona baru yaitu Omicron Kraken lantaran imunitas masyarakat Indonesia masih tinggi. Dalam hal ini, varian baru optimistis tertangani dengan baik.
"Nah, selama populasi kita baik, terutama yang orang tua (lansia), yang punya komorbid, itu imunitasnya masih tinggi, Insya Allah, ada varian baru itu bisa tertangani," katanya.
"Karena Kraken yang kami amati, dia itu penularannya cepat tapi lemah, apa artinya? Hospitalisasi-nya (tingkat perawatan di rumah sakit) enggak tinggi."
Temuan satu kasus COVID Kraken, dijelaskan Budi Gunadi, terdeteksi pada Warga Negara Asing (WNA) berkebangsaan Polandia saat melakukan perjalanan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia bertolak ke sana dari Jakarta.
"Kraken itu kan masuk di Balikpapan. Memang (orang) yang bersangkutan udah pernah jalan di Jakarta. Nomor satu saya ingin sampaikan, itu baru masuk, kita langsung tahu. Jadi, sistem surveilans kita sudah bagus karena ini kan butuh Whole Genome Sequencing (WGS)," jelasnya.