Liputan6.com, Jakarta - Mimpi buruk jadi hal tak menyenangkan yang terjadi saat tidur. Isi mimpi buruk biasanya melibatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup, keamanan, atau integritas fisik dan dapat membuat Anda terbangun.
Hal di atas dikemukakan oleh para peneliti berbasis di AS dan Prancis yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Psychology.
Baca Juga
Menurut psikolog klinis di Rumah Sakit Perawatan Khusus NMC di Abu Dhabi, Tharaka Rani Sreekumar, umumnya mimpi buruk terjadi sekitar 25 kali per tahun.
Advertisement
"Mimpi-mimpi ini menyebabkan ketakutan dan kecemasan pada si pemimpi. Mimpi-mimpi ini tidak luar biasa dan dialami hampir semua orang pada suatu waktu atau yang lain," kata Sreekumar kepada Gulf News.
Menurut penelitian 2014, jenis mimpi buruk yang paling umum adalah mimpi yang menampilkan kekerasan fisik, dikejar, konflik antar pribadi, lingkungan yang tidak normal, kehadiran kejahatan, hingga kecelakaan.
Mengapa kita mengalami mimpi buruk?
Obat yang dikonsumsi, penyakit, atau tindakan yang mengganggu tahap REM saat tidur kita dapat menyebabkan mimpi buruk.
Selain itu, rasa takut, stres, dan gangguan kecemasan juga berimbas pada munculnya mimpi buruk.
Ahli saraf di rumah sakit Zulekha di Dubai, Mohamed Elshafei, mengatakan bahwa otak kita akan mengubah sesuatu yang kita khawatirkan menjadi sebuah mimpi.
“Jika otak kita sangat aktif, memikirkan, dan memiliki kekhawatiran tentang sesuatu. Kemudian, otak akan mengubah hal itu menjadi gambar dan cerita dalam mimpi,” kata Elshafei.
Studi 2004 menemukan bahwa orang dengan gangguan kecemasan umumnya memiliki lebih banyak mimpi buruk daripada yang tidak memiliki gangguan tersebut.
Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
Psikiater bersertifikat Dubai Health Authority di Millennium Medical Center, Tulika Shukla, menjelaskan bahwa mimpi buruk yang berulang merupakan gejala diagnostik dari Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD).
PTSD dapat disebabkan oleh pengalaman buruk, seperti kecelakaan, serangan, kekerasan, atau trauma masa kecil, dan dapat menyebabkan kilasan atau mimpi buruk yang berulang.
Menurut studi tahun 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Medicine Clinics, 80 persen orang yang mengalami PTSD sering mengalami mimpi buruk daripada yang tidak mengalaminya.
“Banyak dari kasus yang saya temukan, ketika seseorang mengalami masalah dalam hidup, seperti kecelakaan, serangan, kekerasan atau trauma masa kecil, ini juga dapat menyebabkan mimpi buruk dalam hidup seseorang,” kata Sreekumar.
Advertisement
Obat-obatan dan Migrain
Obat antidepresan, obat penenang, dan steroid
Menurut Elshafei, beberapa obat antidepresan, obat penenang, inhibitor pompa proton, dan obat hipertensi dapat mempengaruhi tahap tidur kedua yakni Tahap 2 NREM (Non-Rapid Eye Movement), yang merupakan tahap utama tidur.
Hal ini dapat mempengaruhi mimpi seseorang, sehingga bisa muncul mimpi baru yang sebelumnya tidak pernah ada.
Menurut penelitian, obat-obatan yang mempengaruhi neurotransmiter seperti norepinefrin, serotonin, dan dopamin, secara jelas terkait dengan mimpi buruk.
Migrain
Sebuah penelitian pada tahun 2008 oleh para peneliti berbasis di AS yang diterbitkan di Journal of Head and Face Pain menunjukkan bahwa pasien migrain sering bermimpi buruk yang berulang tentang masa kecilnya.
Namun, sebuah ulasan pada tahun 2021 atas penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa mimpi buruk kadang-kadang muncul bersamaan dengan migrain.
Kurang Tidur, Insomnia, dan Film Horror
Kurang tidur dan insomnia
Menurut Mayo Clinic, perubahan jadwal yang menyebabkan tidur dan bangun menjadi tidak teratur dapat meningkatkan risiko mimpi buruk. Begitupun dengan mengurangi jumlah waktu tidur.
Hasil survei hampir 14.000 orang di Finlandia yang diterbitkan dalam jurnal Sleep pada tahun 2015 menunjukkan bahwa gejala depresi dan insomnia adalah prediktor terkuat dari seringnya terjadi mimpi buruk pada kumpulan data tersebut.
Menonton film horor
Alasan yang satu ini tentu tidak mengejutkan. Menonton film atau membaca buku dengan genre horror sebelum tidur dapat menimbulkan reaksi ekstrem pada otak.
Studi tahun 2021 mengenai efek film horror menemukan bahwa rata-rata 52 persen remaja selalu mengalami mimpi buruk setelah menonton film horor dan 20 persen lainnya terkadang mengalaminya.
Advertisement