Pentingnya Kolaborasi dalam Menurunkan Angka Stunting di Indonesia, PB IDI Tandatangani MoU Gandeng Pihak Swasta

Prevalensi stunting di Indonesia ditargetkan menjadi 14 persen pada 2024

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 24 Mei 2023, 12:37 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2023, 12:25 WIB
Permasalahan Stunting di Indonesia Masih Menjadi Polemik. Indonesia Memiliki Pekerjaan Rumah Menurunkan Angka Prevalensi Stunting Menjadi 14 Persen pada 2024 (Foto:  Bessi from Pixabay)
Permasalahan Stunting di Indonesia Masih Menjadi Polemik. Indonesia Memiliki Pekerjaan Rumah Menurunkan Angka Prevalensi Stunting Menjadi 14 Persen pada 2024 (Foto: Bessi from Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Status Gizi Indonesia pada 2022 menyebut bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6 persen dengan target sebesar 14 persen di 2024.

Bertepatan dengan Hari Bakti Dokter Indonesia, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia menggandeng Pengurus Besar Dokter Indonesia (PB IDI) menyelenggarakan sesi diskusi 'Apa yang Perlu Diketahui Dokter Umum tentang Stunting?' di Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada 18 Mei 2023.

Selain sesi diskusi, Danone SN Indonesia dan PB IDI juga melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk penanganan stunting.

PB IDI mendorong adanya kolaborasi lintas sektor dan mengapresiasi komitmen Danone SN Indonesia untuk mendukung penguatan sistem kesehatan dalam menanggulangi stunting sejalan dengan Perpres 72 tahun 2021.

"Permasalahan stunting adalah salah satu permasalahan kesehatan yang belum selesai. Permasalahan stunting bukanlah permasalahan pemerintah saja. Keterlibatan lintas sektor perlu dilakukan untuk penanggulangan secara kolaboratif," kata Ketua Umum PB IDI, Dr dr Mohammad Adib Khumaidi SpOT dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu 24 Mei 2023.

Kolaborasi Penanganan Stunting di Indonesia

Menurut Adib, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan, termasuk permasalahan stunting.

Dikatakan Adib, perlu peran dari organisasi profesi, LSM, NGO, termasuk pihak swasta, seperti Danone, tentunya sangat dibutuhkan dalam satu upaya kolaborasi guna menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia.

Danone SN Indonesia telah menjalankan sejumlah program yang secara bersamaan turut berkontribusi dalam pencegahan isu stunting dengan payung program bernama Bersama Cegah Stunting yang telah menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat.

Beberapa program di bawahnya seperti WASH (Water Access, Sanitation, and Hygiene) sebagai program dan strategi pengelolaan sumber air terpadu di daerah yang memiliki akses air dan sanitasi rendah.

 

Pentingnya Mengetahui Cara Mencegah Stunting

Permasalahan Stunting di Indonesia Masih Menjadi Polemik. Indonesia Memiliki Pekerjaan Rumah Menurunkan Angka Prevalensi Stunting Menjadi 14 Persen pada 2024 (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)
Permasalahan Stunting di Indonesia Masih Menjadi Polemik. Indonesia Memiliki Pekerjaan Rumah Menurunkan Angka Prevalensi Stunting Menjadi 14 Persen pada 2024 (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)

VP General Secretary Danone Indonesia PB IDI dan Danone SN Indonesia, Vera Galuh, pihaknya juga menjalankan program edukasi kesehatan, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, menyasar guru-guru PAUD hingga guru SD, lewat program Isi Piringku.

Adapun tujuannya guna meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya edukasi kesehatan, gizi, dan pola asuh yang baik selama periode tumbuh kembang anak.

Selain itu, edukasi juga diarahkan kepada remaja putra dan putri, sebagai calon orangtua.

Menggandeng tenaga kesehatan, para ahli di bidangnya dalam program Aksi Cegah Stunting, bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan studi untuk melihat pola asuh dan pola pola intervensi apa yang perlu dilakukan dalam kondisi-kondisi khusus, sehingga menunjukkan program Aksi Cegah Stunting bisa menurunkan angka stunting dalam periode studi yang ditentukan.

"Berbicara tentang stunting, kita tidak hanya berbicara tentang nutrisi, tapi juga akses air bersih dan sanitasi sangat berpengaruh," katanya.

Dengan visi 'One Planet, One Health', kata Vera, Danone percaya bahwa manusia akan sehat jika nutrisi dan asupannya baik, juga manusia akan sehat jika lingkungannya sehat.

"Program inilah yang kami coba majukan, bersama dengan mitra, tentunya dengan IDI, untuk bisa menyasar permasalahan nutrisi juga hidrasi yang sehat, akses air, sanitasi, pengelolaan lingkungan juga sampah," katanya.

 

Penanganan Stunting di Indonesia

Permasalahan Stunting di Indonesia Masih Menjadi Polemik. Indonesia Memiliki Pekerjaan Rumah Menurunkan Angka Prevalensi Stunting Menjadi 14 Persen pada 2024
Permasalahan Stunting di Indonesia Masih Menjadi Polemik. Indonesia Memiliki Pekerjaan Rumah Menurunkan Angka Prevalensi Stunting Menjadi 14 Persen pada 2024

Lebih lanjut Sekretaris Jenderal PB IDI, Dr Ulul Albab SpOG, mengatakan, penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, seperti halna mengatasi penyakit lain.

Namun, kata Ulul, dibutuhkan pendekatan multisektoral. Sehingga PB IDI berharap, kerjasama ini bisa berjalan dalam jangka panjang.

"Stunting erat sekali kaitannya dengan kehamilan hingga 1.000 Hari Pertama Kehidupan, bahkan lebih hulu lagi, bagaimana persiapan kehamilan. Kolaborasi ini menjadi kolaborasi yang penting, karena hasil penanganan stunting tidak hanya bisa dinilai dalam satu sampai dua tahun, tetapi dalam pola yang panjang," katanya.

"Sehingga kami berharap program ini terus dilakukan dalam jangka panjang," ujarnya.

Dalam mencegah dan menurunkan angka stunting di Indonesia, selain diperlukan kolaborasi antar sektor, dibutuhkan juga kerjasama antar profesi.

 

Prinsip Pencegahan Stunting

Prinsip pencegahan stunting dibagi menjadi tiga, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan primer dapat dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga dan kader posyandu dengan menjaga gizi seimbang serta melakukan deteksi dini malanutrisi.

Pencegahan sekunder dilakukan dokter umum (puskesmas) dengan deteksi dini penyakit dan tata laksana segera, serta diberikan terapi nutrisi PDK.

Kemudian, pencegahan tersier dilakukan oleh dokter spesialis anak (RSUD) lalu ditatalaksana sesuai indikasi.

Angka stunting ini bisa diturunkan atas usaha dimulai dari dokter keluarga, kader posyandu, puskesmas hingga dokter spesialis anak.

"Kami Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam program Aksi Cegah Stunting sudah melakukan kerjasama dengan Danone sejak tahun 2021, dengan melakukan studi di 13 kabupaten di seluruh Indonesia dengan hasil yang bagus yakni melalui penerapan sistem rujukan untuk penanganan stunting," katanya.

Sementara Dokter Spesialis Anak, Dr Arief Budiarto SpA, mengatakan,"Di sisi lain, kita menyadari di Indonesia, kita tidak perlu muluk-muluk dalam mencukupi kebutuhan protein hewani untuk anak, kita bisa dengan mudah menemukan sumber protein seperti ikan patin, telur, dan lain-lain," katanya.

"Lalu intervensi pemberian PKGK atau pangan olahan berbasis untuk anak berkebutuhan khusus juga perlu diberikan sesuai dengan PERMENKES 29 tahun 2019 yang menjadi dasar kami," Arief menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya