Penyemprotan Air untuk Kurangi Polusi Udara, Pakar Bongkar Ada Tidak Bukti Ilmiahnya

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama berikan pendapat berdasarkan bukti ilmiah soal upaya penyemprotan air untuk kurangi polusi udara.

oleh Diviya Agatha diperbarui 28 Agu 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2023, 08:00 WIB
Penyemprotan Jalan Sudirman - Thamrin
Suasana saat kendaraan water canon Brimob Polda Metro Jaya menyemprotkan air di Jalan Sudirman - Thamrin. Prof Tjandra Yoga Aditama pun menjelaskan soal bukti ilmiah di baliknya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Persoalan polusi udara di Jakarta sedang disorot oleh banyak pihak. Banyak yang merasakan dampak polusi udara yang begitu buruk hingga ikut batuk-batuk.

Dalam upaya menangani persoalan tersebut, pemerintah DKI Jakarta pun turun tangan yakni dengan melakukan penyemprotan air di sejumlah jalan raya. Harapannya, upaya itu bisa meminimalisir polusi udara.

Namun sayangnya, tindakan penyemprotan air untuk polusi udara di Jakarta mengundang pro dan kontra dari masyarakat. Lantas, apa kata pakar terkait upaya penyemprotan air untuk meminimalisir efek polusi udara?

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) sekaligus Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menuturkan bahwa data ilmiah terkait penyemprotan air untuk polusi udara beragam.

"Sehubungan dengan upaya penyemprotan air di Jakarta dalam kerangka polusi udara, maka data ilmiah menunjukkan hasil yang beragam," ujar Tjandra melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com, Minggu (27/8/2023).

Penyemprotan Air untuk Polusi Udara

Tjandra mengambil salah satu penelitian di China yang dimuat dalam jurnal Toxics pada bulan Juni 2021 yang menyebut bahwa penyemprotan air di jalan raya untuk meredam efek polusi udara keliru.

"Penelitian di China yang dimuat dalam jurnal ilmiah Toxics bulan Juni 2021 jelas menyebutkan, 'Large-Scale Spraying of Roads with Water Contributes to, Rather Than Prevents, Air Pollution'. Jadi disebut bukannya mencegah, tapi justru menambah polusi," kata Tjandra.

"Jadi tegasnya penelitian ini menyatakan bahwa menyemprotkan air dalam jumlah besar ke jalan cenderung meningkatkan konsentrasi PM 2,5 dan juga kelembaban," sambungnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukti Ilmiah soal Penyemprotan Air untuk Polusi Udara

Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan soal bukti ilmiah di balik upaya penyemprotan air ke jalan raya di Jakarta untuk mengurangi polusi udara. (Foto: Dok. Pribadi)

Lebih lanjut Tjandra memberikan contoh studi lain. Menurut Tjandra merujuk pada jurnal Environmental Chemistry Letters tahun 2014, ada dampak positif di balik upaya menyemprotkan air ke jalan raya untuk meredam polusi udara.

"Ada juga yang berpendapat berbeda, seperti dimuat di jurnal Environmental Chemistry Letters tahun 2014," ujar Tjandra.

"Jadi disebutkan bahwa penyemprotan air secara geoengineering dapat menurunkan kadar polusi PM 2.5 secara efisien."

Namun, Tjandra menyebut bahwa penelitian yang kedua ini tidak lengkap seperti pada penelitian pertama dalam jurnal Toxics.

"Tetapi memang metodologi penelitian tahun 2014 ini tidaklah selengkap penelitian di jurnal Toxics, yang juga tahunnya lebih baru, 2021. Sehingga secara ilmiah kita jelas membandingkan keduanya," kata Tjandra.


Teknik Penyemprotan Air Berbeda untuk Polusi Udara

Penyemprotan Jalan Sudirman - Thamrin
Kendaraan water canon Brimob Polda Metro Jaya menyemprotkan air di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya melakukan penyemprotan air di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat hingga Patung Pemuda Membangun Senayan sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara dan mengatasi cuaca panas di Ibu Kota. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tjandra mengungkapkan bahwa laporan penelitian lanjutan yang dipublikasikan bulan Maret 2022 di jurnal Proc. ACM Interact. Mob. Wearable Ubiquitous Technol juga pernah memberikan perspektif lain.

"Peneliti ini menggunakan metode iSpray (Intellegent Spraying), suatu desain software baru tentang teknik penyemprotan air yang lebih baik," ujar Tjandra.

Tjandra menambahkan, hasil penelitian dalam jurnal ketiga ini menunjukkan cara penyemprotan air untuk meredam polusi udara dengan metode iSpray lebih efisien.

"iSpray dengan intelegensia memberi cara penyemprotan yang lebih efisien dan memberi dampak baik pula pada penanganan polusi udara," kata Tjandra.


Negara Lain yang Pernah Lakukan Penyemprotan Air

Kurangi Dampak Polusi, 20 Armada Lakukan Penyiraman Jalan Protokol Kota Tangerang
Kurangi dampak polusi udara di Kota Tangerang, sebanyak 20 armada tempur dan tangki air mengintensifkan penyemprotan jalan protokol di wilayah tersebut, Kamis (24/8/23).

Dalam kesempatan yang sama, Tjandra mengungkapkan bahwa selain Indonesia, ada pula negara lain yang pernah melakukan metode penyemprotan air untuk polusi udara. Seperti India, misalnya.

"India pernah juga mencoba menyemprotkan air di polusi udara kota New Delhi, tetapi tidak memberikan hasil yang memadai," ujar Tjandra.

Sehingga, menurut Tjandra, upaya penyemprotan air ke jalan raya untuk mengurangi polusi udara sebenarnya harus dianalisa dengan menyeluruh.

"Dengan beberapa penjelasan di atas maka memang harus betul-betul dianalisa secara ilmiah cara apa yang akan kita gunakan untuk mengatasi polusi udara yang masih terus buruk pada hari-hari ini," pungkasnya.

Infografis 10 Kota Dunia dengan Kualitas Udara yang Buruk akibat Polusi
Infografis 10 Kota Dunia dengan Kualitas Udara yang Buruk akibat Polusi
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya