Efek El Nino, Kemenkes Prediksi Kasus DBD Meledak Akhir 2023 dan Awal 2024

Prediksi puncak kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) pada akhir 2023 dan awal 2024.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 27 Sep 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2023, 20:00 WIB
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr. Maxi Rein Rondonuwu ungkap prediksi puncak kasus Demam Berdarah Dengue saat peluncuran kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu, 27 September 2023. (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memprediksi ledakan kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD terjadi pada akhir 2023 dan awal tahun 2024. Prediksi ini juga melihat keterkaitan adanya fenomena El Nino yang membawa panas ke darat.

Prediksi kejadian Demam Berdarah Dengue ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu saat peluncuran kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD.

Terlebih lagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El Nino akan memicu cuaca panas ekstrem di Indonesia. Puncaknya, ada di periode Agustus hingga Oktober 2023 dan terus berlanjut hingga awal 2024.

"Kita sebentar lagi, menurut BMKG, puncaknya panas nanti Oktober, lalu Oktober-November sudah mulai hujan dan kasusnya ya kalau liat tinggi itu di akhir tahun," ungkap Maxi di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu, 27 September 2023.

"Jadi kemungkinan kita akan naik kasusnya (DBD) itu akan meledak nanti di akhir dan awal tahun. Kita justru waspada di situ. Surat edaran kami sudah dua kali diterbitkan terkait kewaspadaan terhadap DBD dan Kejadian Luar Biasa KLB) di daerah-daerah."

Pengaruh El Nino

Dalam 10 tahun terakhir, lanjut Maxi, Kemenkes melihat pengaruh El Nino bukan hanya pada DBD saja, melainkan penyakit-penyakit tropik lain.

"Ini (El Nino) betul-betul korelasinya sangat tinggi. Jadi kan suhu naik, kemudian ya ada angin memengaruhi kecepatan nyamuk, lalu ada kelembaban, ada curah hujan, saya kira sudah pasti akan memengaruhi," katanya.

Daerah Padat Penduduk Harus Waspada

Kesiapsiagaan puncak ledakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Kemenkes meminta daerah-daerah padat penduduk waspada.

"Kalau daerah endemis, hampir seluruh seluruh di Indonesia, tapi terutama daerah di kota-kota yang padat penduduknya banyak, ya Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta," Maxi Rein Rondonuwu menerangkan.

"Itu menjadi perhatian sekalipun untuk daerah-daerah tertentu ya saya kira di kota manapun ya. Kalau faktor risiko lingkungan ya tempat-tempat perindukan nyamuk banyak, itu jadi prioritas juga sekalipun tempatnya kecil."

Maxi menegaskan, langkah-langkah strategi untuk DBD yang paling adalah nyamuk tidak berkembang.

"Kemudian ada jentik-jentik nyamuk tentu harus diberantas. Pemberantasan sarang nyamuk itu paling penting," tegasnya.

Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr. Maxi Rein Rondonuwu usai peluncuran kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu, 27 September 2023. (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Kasus demam berdarah dengue (DBD) atau dikenal sebagai infeksi dengue di Indonesia masih perlu perhatian khusus dari berbagai pihak. Menurut data resmi dari Kementerian Kesehatan RI, dari awal tahun sampai dengan minggu ke-33 tahun 2023 telah tercatat 57.884 kasus demam berdarah dengue dengan 422 kematian yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama dengan Takeda telah membangun kerja sama publik dan privat yang kuat serta meluncurkan kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD.

Susun Program Menuju Zero Dengue Death 2030

Ruang lingkup kerja sama antara tersebut meliputi peningkatan peran serta masyarakat atau pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, penyusunan dan pelaksanaan terkait program koalisi bersama masyarakat menuju nol kematian akibat demam berdarah dengue (zero dengue death 2030).

Kemudian pendekatan terpadu untuk pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue, sinkronisasi data (bridging) dengan SIARVI (Sistem Informasi Arbovirosis), serta peningkatan peran dan kerja sama penentu kebijakan di pusat dan daerah.

Komitmen Wujudkan Nol Kematian Akibat DBD

Gamze Yuceland, President, Growth & Emerging Markets, Takeda Pharmaceuticals International AG, menambahkan, Takeda sangat mengapresiasi upaya pemerintah Indonesia dalam penanggulangan infeksi demam berdarah dengue, seperti yang tertuang dalam Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025.

"Kami berkomitmen untuk menjadi mitra strategis dalam mewujudkan nol kematian akibat demam berdarah dengue di Indonesia pada tahun 2030," tambahnya.

"Kami juga bangga menjadi salah satu pendiri dari sektor inovator untuk KOBAR (Koalisi Bersama) Lawan Dengue, yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan RI dan Kaukus Kesehatan DPR RI pada pada 8 September yang lalu dan mengajak masyarakat untuk mengimplementasikan kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD."

Infografis Prediksi Puncak El Nino di Indonesia Agustus-September 2023
Infografis Prediksi Puncak El Nino di Indonesia Agustus-September 2023 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya