Liputan6.com, Jakarta Anak hiperaktif mengalami kesulitan baik saat di rumah dan sekolah. Namun, orangtua dan anak perlu memahami bahwa perilaku ini bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan dengan mudah oleh anak tersebut.
Untuk membantu mengatasi masalah ini, ada beberapa cara yang bisa diterapkan. Strategi ini tidak hanya dapat membantu mengelola atau mengurangi aktivitas motorik yang berlebihan tetapi juga dapat mengurangi kecemasan bagi anak, guru, dan orangtua.
Baca Juga
Perlu diketahui bahwa siswa dengan gangguan belajar terkadang mengalami kesulitan dengan kegelisahan, bersamaan dengan anak-anak yang memiliki diagnosis autisme atau kecemasan. Hal ini juga berlaku terutama bagi siswa yang memiliki Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Advertisement
Berikut ini tips untuk  untuk guru dan orang tua dalam menghadapi anak hiperaktif di kelas dan di rumah seperti dilansir dari Verywell Family.Â
Tips untuk Guru
1. Sediakan Waktu untuk Istirahat
Faktanya, tidak memberi waktu istirahat untuk bermain fisik pada anak bisa membuat hiperaktifitas anak di kelas semakin parah.
Berikanlah waktu istirahat dan pertimbangkan untuk membolehkan siswa berjalan-jalan, melakukan latihan ringan, peregangan, dan latihan pernapasan untuk meredakan ketegangan setiap jamnya.
Dengan melakukan aktivitas fisik di waktu yang tepat, seperti saat istirahat, juga membantu mengajarkan bahwa bergerak aktif bisa sesuai dengan situasi dan aturan.
Â
2. Pasangkan Anak dengan Seorang Teman
Pasangkan anak dengan seorang teman saat mengerjakan tugas di kelas, membagikan kertas, membersihkan papan tulis, atau melakukan pekerjaan fisik lainnya.
Dengan begitu, siswa bisa mendapatkan waktu istirahat dan kesempatan untuk bergerak, sekaligus merasa terbantu.
Â
3. Izinkan Anak untuk Berdiri
Pertimbangkanlah menggunakan meja berdiri atau area kerja dengan kursi beanbag yaitu kursi bantal besar yang empuk di sudut atau belakang ruangan yang memungkinkan siswa berdiri saat melakukan pekerjaan.
Biarkan siswa memilih apakah mereka ingin berdiri atau duduk di kursi beanbag sesuai kebutuhan mereka. Kursi beanbag bisa membantu siswa yang memiliki masalah integrasi sensorik, yang dialami oleh sebagian anak hiperaktif.
Â
4. Gunakan Stress Ball
Stress ball adalah bola berukuran kecil yang terbuat dari bahan karet atau busa yang diisi dengan tanah liat atau gel. Gunakan stress ball atau mainan squishy yang tidak berisik untuk diremas oleh anak di dalam saku atau di meja mereka. Mainan seperti ini dapat memusatkan perhatian, terutama pada siswa yang memiliki masalah integrasi sensorik.
Â
Â
5. Dorong untuk Fokus pada Detail
Jika siswa terburu-buru saat mengerjakan tugas, mintalah mereka untuk memeriksanya dengan teliti sebelum diserahkan. Hal ini akan mengajarkan mereka pentingnya memperhatikan detail agar tidak membuat kesalahan yang dapat merugikan mereka dalam pelajaran. Memecah tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil juga bisa membantu siswa hiperaktif untuk berhasil.
Â
6. Berikan Kesempatan Kedua
Saat menilai pekerjaan siswa, beri tanda pada kesalahan dan beri kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan kembali sebagian nilai dengan memperbaiki kesalahan tersebut. Ini akan mengajarkan mereka untuk lebih teliti dan memberi motivasi untuk memperbaiki pekerjaan mereka.
Â
Advertisement
Tips untuk Orangtua
Orangtua dari anak-anak yang hiperaktif memiliki banyak cara untuk membantu agar mereka sukses di sekolah dan di rumah. Hal ini termasuk memberikan pujian, pengingat visual, serta bimbingan yang tenang dan penuh kasih. Banyak saran di atas juga dapat diterapkan di rumah, seperti memberikan waktu istirahat di antara aktivitas.
Menyadari bahwa hiperaktif tidak sama dengan perilaku buruk yang disengaja juga dapat membantu orangtua untuk menanggapi anak mereka dengan sabar dan empati.
Banyak anak yang hiperaktif hanya perlu bergerak lebih banyak, itulah sebabnya mereka mungkin gelisah dan sulit untuk diam. Pengendalian diri dan fokus juga bisa menjadi tantangan bagi mereka.
Selain itu, orangtua dan guru harus berusaha membina komunikasi terbuka untuk menentukan strategi terbaik dalam mendukung anak dan memenuhi kebutuhannya.
Jika tingkat hiperaktivitas anak sudah di luar batas normal atau mengganggu kehidupan sehari-hari, orang tua sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Anak tersebut mungkin perlu menjalani pemeriksaan untuk gangguan pemusatan perhatian.
Jika anak didiagnosis memiliki ADHD, maka perawatannya bisa mencakup pengobatan, terapi bicara, dan dukungan lainnya.