Konsumsi Ikan Teri Diklaim Bisa Cegah 750 Ribu Kematian hingga 2050, Pakar: Datanya Masih Lemah

Peneliti sebut bahwa klaim ikan teri yang cegah kematian datanya masih lemah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Apr 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2024, 16:00 WIB
Konsumsi Ikan Teri Diklaim Bisa Cegah 750 Ribu Kematian hingga 2050, Begini Tanggapan Ahli
Konsumsi Ikan Teri Diklaim Bisa Cegah 750 Ribu Kematian hingga 2050, Begini Tanggapan Ahli (Liputan6.com/Dion)

Liputan6.com, Jakarta Penelitian baru menyatakan bahwa konsumsi ikan teri pada masyarakat luas dapat mencegah hingga 750.000 kematian pada tahun 2050.

Riset tersebut mengundang tanggapan dari berbagai pihak, termasuk ahli Bioteknologi Universitas Airlangga (Unair), Heru Pramono SPi M Biotech PhD,. Menurutnya, data yang mendukung klaim ini masih perlu diperkuat.

Heru menuturkan, kandungan asam amino dalam ikan teri memiliki banyak manfaat kesehatan, terutama bagi ibu hamil.

“Terdapat 20 jenis asam amino yang terkandung dalam ikan teri dapat mendukung kesehatan ibu hamil. Selain itu, kandungan kalsium sangat baik untuk tumbuh kembang janin,” jelas Heru mengutip laman Unair, Senin (29/4/2024).

Heru menilai, konsumsi ikan teri sebagai alternatif daging merah guna mencegah penyakit bukanlah pendekatan yang tepat.

Kuantitas daging dalam ikan teri tidak sebanyak daging merah, tapi konsumsi daging ikan lebih tepat sebagai suplementasi.

Heru juga meninjau manfaat kandungan omega-3 dalam ikan teri berdasarkan kebiasaan makannya di laut.

“Ikan kecil di laut biasanya mengonsumsi plankton atau mikroba alam yang mengandung omega-3. Menurut penelitian, kandungan ini bermanfaat untuk perkembangan otak dan mencegah kardiovaskuler. Sedangkan kandungan kalsiumnya baik untuk pertumbuhan tulang,” ungkap Heru.

Tidak hanya itu, menurut Heru, kandungan protein dalam ikan teri juga berperan sebagai bahan dasar penyusunan protein di dalam tubuh dan berpotensi sebagai anti kanker.

Cara Mengolah Ikan Teri

ahli Bioteknologi Universitas Airlangga (Unair), Heru Pramono SPi M Biotech PhD,.
Ahli Bioteknologi Universitas Airlangga (Unair), Heru Pramono SPi M Biotech PhD,. soal ikan teri, Foto: Unair.

Mengenai proses pengolahan ikan teri yang benar, Heru menyarankan untuk memperhatikan kebersihan dan kesegarannya.

“Ikan teri yang segar memiliki sedikit bakteri dan aman dikonsumsi. Meminimalkan proses pemasakan, seperti durasi masak singkat atau penyajian utuh, untuk mengurangi panas dan menjaga nutrisi,” tuturnya.

Selain cara di atas, Heru juga menyarankan untuk menambahkan teri dalam telur goreng sebagai pengganti garam. Hal ini guna mengurangi konsumsi garam secara berlebihan. Lebih lanjut, Ia juga menganjurkan untuk konsumsi ikan teri dalam jumlah sedikit secara konsisten.

Jumlah Konsumsi Ikan Teri

Heru turut menghimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi ikan teri kering asin secara berlebihan. Pasalnya, ikan teri kering asin memiliki kadar natrium tinggi yang dapat memicu hipertensi.

Ia pun menganjurkan untuk mengurangi penggunaan garam dalam makanan lain atau menggunakan teri sebagai pengganti bumbu.

Heru pun menekankan pentingnya mempertimbangkan kesegaran ikan teri.

“Ada riset yang menyebutkan, ikan yang dipasarkan dalam kondisi tidak higienis rentan terpapar bakteri yang patogen. Salah satunya adalah Escherichia coli atau sejenis salmonella yang dapat membahayakan konsumen,” kata Heru.

Tak Dianjurkan Makan Teri Mentah

Heru tidak menganjurkan konsumsi ikan teri dalam kondisi mentah di Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak sekali bakteri, kontaminan, dan patogen.

Ia membandingkan konsumsi ikan teri di Indonesia dan Jepang, di mana penambahan wasabi digunakan untuk anti parasit.

“Menuruti literatur yang saya baca, sejumlah bakteri sejenis anisakis hanya menyerang mamalia laut.”

Walaupun begitu, Heru menekankan untuk mempertimbangkan nutrisi yang diperoleh dan menghindari risiko kesehatan jangka pendek maupun panjang.

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya