Liputan6.com, Jakarta - Produsen vaksin AstraZeneca baru-baru ini membenarkan bahwa vaksin COVID-19 bisa memicu trombositopenia meski kejadiannya amat langka.
Menurut epidemiolog Dicky Budiman, trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) adalah kondisi langka yang terjadi setelah vaksinasi COVID-19 khususnya setelah menerima vaksin AstraZeneca.
Baca Juga
“Disebut kondisi langka artinya tidak semua akan begitu, tapi beberapa saja dan itu sedikit sekali. TTS ini terjadi ketika ada pembekuan darah yang tidak biasa, yang disertai dengan penurunan jumlah trombosit atau disebut dengan trombositopenia,” jelas Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis, dikutip Jumat (3/5/2024).
Advertisement
Langkanya kasus trombositopenia ditunjukkan dengan angka kejadian hanya 8,1 kasus per sejuta penerima vaksin.
“Risiko setelah menerima dosis pertama AstraZeneca, risiko terjadinya TTS tadi itu 8,1 kasus per satu juta penerima vaksin, jadi kecil sebetulnya.”
“Nah setelah dosis kedua, (kasusnya) menurun jadi 2,3 kasus per satu juta penerima vaksin. Jadi semakin menurun (risikonya), jadi jangan khawatir,” imbau Dicky.
Sebelumnya, Dicky menjelaskan, trombositopenia dapat memicu pembekuan darah serius, dalam kasus yang sedikit, hal ini bahkan dapat mengancam nyawa.
Secara ilmiah hal ini dapat terjadi karena ada reaksi kekebalan tubuh terhadap vaksin. Ini terjadi ketika tubuh penerima vaksin AstraZeneca menghasilkan antibodi yang menyerang trombosit, kemudian memicu pembekuan darah yang tidak biasa.
Kenali Gejala yang Merujuk pada TTS
TTS akibat vaksin AstraZeneca memang dapat memicu masalah kesehatan yang serius dan masyarakat perlu mengetahui gejala apa saja yang perlu diwaspadai.
“Dampak risiko TTS pada penerima vaksin AstraZeneca ini bisa serius meskipun kasusnya langka. Risiko pembekuan darah yang parah memang bisa terjadi, tapi sekali lagi ini langka, artinya tidak banyak.”
Namun, meski jarang atau langka, tetap harus ada edukasi pada penerima vaksin AstraZeneca mengenai gejala-gejala seperti sakit perut yang parah, sakit kepala yang tidak biasa, penglihatan kabur, bengkak pada kaki.
“Dan ini yang harus membuat mereka (penerima vaksin AstraZeneca) mencari pertolongan pada tenaga klinis,” saran Dicky.
Advertisement
Lebih Besar Manfaat Ketimbang Risikonya
Di balik efek samping yang langka itu, Dicky mengingatkan kepada masyarakat bahwa manfaat AstraZeneca dalam mencegah COVID-19 jauh lebih besar.
“Penting untuk diingat, dicatat, bahwa manfaat vaksinasi AstraZeneca dalam mencegah COVID dari dulu sampai sekarang sebenarnya masih jauh lebih besar manfaatnya ketimbang risikonya,” papar Dicky.
Ini menjadi alasan mengapa Badan Kesehatan Dunia tetap merekomendasikan vaksinasi dengan AstraZeneca karena manfaatnya yang signifikan.
Terus Dipantau dan Dievaluasi
Dicky menambahkan, vaksin AstraZeneca hingga kini masih dipantau dan dievaluasi. Ia juga memetik hal positif dari adanya temuan soal TTS ini.
“Hal yang menjadi kelebihan dari kondisi saat ini adalah bahwa seiring waktu pemahaman terhadap risiko TTS ini kan lebih baik. Jadi seiring berjalannya waktu pemahaman dan mekanisme efek AstraZeneca ini semakin meningkat.”
Pengetahuan ini dapat membantu pengenalan secara cepat dan lebih dini termasuk dalam diagnosis dan manajemen yang jauh lebih efektif.
“Pengawasan terus-menerus diperlukan dan ini yang akan bermanfaat dalam aspek keamanan dari vaksin COVID. Dan ini tentu membantu mengurangi risiko TTS dalam jangka panjang,” pungkasnya.
Advertisement