Liputan6.com, Jakarta - Studi Hooking the Next Generation menyoroti bagaimana industri tembakau dan nikotin merancang produk dan menerapkan kampanye pemasaran yang membuat generasi muda dunia kecanduan.
Laporan ini dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan pengawas industri tembakau global STOP pada Kamis, 23 Mei 2024 di New York.
Baca Juga
Laporan tersebut menunjukkan bahwa secara global diperkirakan 37 juta anak berusia 13 hingga 15 tahun menggunakan tembakau. Dan di banyak negara, tingkat penggunaan rokok elektrik di kalangan remaja melebihi jumlah orang dewasa.
Advertisement
Di wilayah Eropa, 20 persen anak usia 15 tahun yang disurvei melaporkan menggunakan rokok elektrik dalam 30 hari terakhir.
Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam mengurangi penggunaan tembakau, kemunculan rokok elektronik serta produk tembakau dan nikotin baru lainnya menghadirkan ancaman besar bagi generasi muda dan pengendalian tembakau. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik meningkatkan penggunaan rokok konvensional, khususnya di kalangan remaja yang tidak merokok, hampir tiga kali lipat.
“Sejarah terulang, ketika industri tembakau mencoba menjual nikotin yang sama kepada anak-anak kita dalam kemasan yang berbeda,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (25/5/2024).
“Industri rokok secara aktif menargetkan sekolah, anak-anak dan generasi muda dengan produk-produk baru yang pada dasarnya adalah jebakan rasa permen. Bagaimana mereka bisa berbicara tentang pengurangan dampak buruk ketika mereka memasarkan produk-produk yang berbahaya dan sangat membuat ketagihan ini kepada anak-anak?” tambahnya.
70 Persen Remaja AS Akan Berhenti Hisap Rokok Elektrik Jika Tak Ada Varian Rasa
Studi juga melihat bahwa industri rokok terus memasarkan produknya kepada generasi muda dengan rasa yang menarik seperti permen dan buah.
Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari 70 persen remaja pengguna rokok elektrik akan berhenti jika produknya hanya tersedia dalam rasa tembakau.
“Industri-industri ini sengaja merancang produk dan memanfaatkan strategi pemasaran yang menarik perhatian anak-anak,” kata Dr Ruediger Krech, Direktur Promosi Kesehatan WHO.
“Penggunaan rasa ramah anak seperti permen kapas dan permen karet, dipadukan dengan desain ramping dan penuh warna yang menyerupai mainan, merupakan upaya terang-terangan untuk membuat generasi muda ketagihan terhadap produk-produk berbahaya ini.”
Advertisement
Kebutuhan Mendesak Lindungi Generasi Muda
Taktik yang menipu ini menyoroti kebutuhan mendesak akan peraturan yang kuat untuk melindungi generasi muda dari ketergantungan rokok yang membahayakan hidup.
WHO mendesak pemerintah untuk melindungi generasi muda dari penggunaan tembakau, rokok elektrik, dan produk nikotin lainnya dengan melarang atau mengatur secara ketat produk-produk tersebut.
Rekomendasi WHO mencakup:
- Penciptaan tempat umum dalam ruangan yang 100 persen bebas asap rokok.
- Pelarangan rokok elektrik beraroma.
- Larangan pemasaran, periklanan dan promosi.
- Pajak yang lebih tinggi.
- Peningkatan kesadaran masyarakat akan taktik menipu yang digunakan oleh industri dan mendukung inisiatif pendidikan dan kesadaran yang dipimpin oleh kaum muda.
Kaum Muda yang Kecanduan Adalah Keuntungan bagi Industri Rokok
Direktur STOP, Jorge Alday mengatakan bahwa kecanduan yang dirasakan oleh generasi muda adalah hal yang menguntungkan bagi industri rokok termasuk rokok elektrik.
“Kaum muda yang kecanduan mewakili keuntungan seumur hidup bagi industri ini. Itulah sebabnya industri ini secara agresif melakukan lobi untuk menciptakan produk yang murah, menarik, dan mudah membuat generasi muda terpikat,” kata Alday.
“Jika pembuat kebijakan tidak bertindak, generasi saat ini dan masa depan mungkin akan menghadapi gelombang dampak buruk baru, yang ditandai dengan kecanduan dan penggunaan banyak produk tembakau dan nikotin, termasuk rokok,” pungkasnya.
Advertisement