Awas, Kecanduan Judol Bisa Putus Hubungan Keluarga

Psikolog klinis Ratih Ibrahim mengungkapkan bahwa dampak kecanduan judi online (judol) bisa menyebabkan hubungan keluarga putus.

oleh Tim Health diperbarui 26 Nov 2024, 19:15 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2024, 19:15 WIB
Ilustrasi judi online
Ilustrasi judi online (judol)

Liputan6.com, Jakarta Psikolog klinis Ratih Ibrahim mengungkapkan bahwa dampak kecanduan judi online bisa menyebabkan hubungan keluarga putus.

Pada korban judi online yang berkonsultasi kepadanya sering kali datang karena mendapat tuntutan keluarga akibat utang atau khawatir putus hubungan keluarga.

"Dari 10 yang datang hanya satu atau dua yang datang sendiri. Sisanya dibawa sama keluarganya karena di-ultimatum oleh keluarganya," kata Ratih.

"Kalau nggak ikut terapi (akan) cerai lah, cabut dari kartu keluarga, nggak bertanggung jawab lagi, tanda tangan, notaris, pengadilan, pemutusan hubungan keluarga," lanjut Ratih mengutip Antara.

Kebanyakan korban judi online berada pada usia produktif, yaitu sekitar 18-23 tahun dan 40 tahun ke atas. Korban rerata mengeluhkan putus hubungan keluarga dan tidak mendapat dukungan terhadap keputusan yang berhubungan dengan judi online.

Korban judi online juga mendapat tekanan finansial karena selalu dibayangi tagihan utang membuat dia cemas, murung dan bahkan paranoid terhadap orang-orang di sekitarnya.

"Tapi, pada satu sisi, ada rasa excited (senang) untuk melanjutkan judi," kata Ratih.

Korban judi online bergelut dengan kondisi psikologis seperti perasaan cemas, takut, depresi, mengurung diri dan merasa tidak berdaya. Dia juga bisa mengalami hubungan sosial yang tidak baik karena curiga penilaian orang terhadap dirinya.

 

Peran Keluarga agar Korban Lepas dari Jerat Judol

Dalam menyembuhkan adiksi korban judi online, Ratih mengatakan peran keluarga sangat penting agar korban tidak kembali jatuh ke lubang yang sama.

Dukungan emosional seperti mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan semangat dan memahami masalah mereka dengan empatik dapat membantu pasien merasa diterima dan termotivasi untuk sembuh.

"Jadi, keluarga itu sangat kuat, signifikan, penting perannya untuk membantu untuk sembuh, terutama dukungan emosional bahwa ngerti masalah kamu, berusaha untuk tidak menghakimi karena mengerti, ngasih semangat bisa sembuh, tetapi, di satu sisi juga harus bisa tegas, membatasi, disiplin," kata Ratih.

Keluarga Penting Beri Dukungan Teknis

Keluarga juga bisa memberikan dukungan teknis dengan cara terlibat dalam sesi terapi. Lalu, bisa juga mengelola keuangan korban dan mencegah akses keuangan yang bisa digunakan berjudi, tidak lagi membicarakan terkait perjudian, mengajak korban untuk sibuk aktif berkegiatan seperti olahraga atau bercocok tanam.

Proses pemulihan bukan hanya tanggung jawab pasien, tapi, juga memerlukan peran aktif keluarga, komunitas bahkan pemerintah sebagai penegak hukum.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya