Mengapa Gula dan Garam Perlu Dibatasi dalam MPASI?

Penggunaan gula dan garam berlebihan pada MPASI memiliki risiko kesehatan jangka panjang.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 19 Des 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2024, 12:00 WIB
Ilustrasi bayi sedang masa MPASI
Seorang Ibu sedang memberikan menu MPASI untuk anaknya (Foto: Unsplash.com/Phong Duong)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI dr. Lovely Daisy, MKM mengatakan, penggunaan gula dan garam pada MPASI bayi sebaiknya dibatasi.

“Anjuran sesuai Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak yang diterbitkan Kemenkes tahun 2020, penggunaan gula dan garam dalam MPASI harus dibatasi,” jelasnya di Jakarta.

Batasan Gula pada MPASI

Daisy menjelaskan bahwa untuk anak di bawah usia dua tahun, asupan gula tambahan sebaiknya tidak melebihi 5 persen dari total kalori harian.

"Asupan gula yang disarankan adalah gula alami, seperti yang terdapat dalam buah segar, bukan jus buah atau produk dengan tambahan pemanis," ungkapnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kandungan gula sudah banyak terdapat dalam makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, sehingga tidak diperlukan penambahan gula pada MPASI. Sebagai alternatif untuk menambah rasa, orang tua dapat menggunakan bahan alami seperti tomat, bawang, jahe, atau rempah-rempah lainnya.

Kebutuhan Garam yang Aman

Penggunaan garam pada MPASI juga perlu perhatian khusus. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi, kebutuhan natrium harian untuk anak usia 6-12 bulan adalah 370 mg, sementara untuk anak usia 1-3 tahun adalah 800 mg per hari.

“Jadi, kebutuhan garam pada anak usia 6-23 bulan kurang dari 1 gram per hari,” terang Daisy.

 

Kandungan Natrium pada Bahan Pangan

Ia menjelaskan bahwa kebutuhan natrium ini sebenarnya sudah bisa dipenuhi dari bahan pangan segar.

Beberapa contoh kandungan natrium dalam bahan pangan, berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2020), antara lain:

  • 100 gram daging ayam segar: 109 mg
  • 100 gram hati ayam segar: 1.068 mg
  • 100 gram ikan teri segar: 554 mg
  • 100 gram telur ayam kampung: 190 mg

 

 

MPASI dari Makanan Keluarga

Setelah bayi berusia di atas satu tahun, MPASI dapat berasal dari makanan keluarga. Namun, Daisy menyarankan agar makanan tersebut dipisahkan terlebih dahulu sebelum ditambahkan bumbu seperti gula, garam, atau penyedap rasa.

"Rekomendasi gizi seimbang secara umum juga menganjurkan pembatasan penggunaan gula, garam, dan minyak, sehingga makanan keluarga pun sebaiknya rendah gula dan garam," ujarnya.

Ia juga mengutip pedoman global dari UNICEF dan WHO yang merekomendasikan agar menghindari penambahan gula dan garam pada makanan dan minuman siap saji di rumah.

 

Dampak Kelebihan Gula dan Garam

Penggunaan gula dan garam berlebihan pada MPASI memiliki risiko kesehatan jangka panjang. "Gula dapat menyebabkan asupan energi berlebih yang berisiko pada obesitas dan karies gigi," ujar Daisy.

Selain itu, ginjal bayi belum mampu mencerna garam dalam jumlah banyak seperti orang dewasa. Kelebihan natrium dapat berakibat pada gangguan fungsi ginjal serta preferensi terhadap makanan asin di kemudian hari.

“Pemberian gula dan garam yang berlebihan selama masa MPASI dapat memengaruhi preferensi rasa anak, yang berpotensi memicu pola makan tidak sehat di masa mendatang,” pungkasnya.

KesimpulanMembatasi gula dan garam dalam MPASI bukan hanya tentang nutrisi saat ini, tetapi juga investasi dalam kesehatan anak di masa depan. Dengan memanfaatkan bahan alami untuk menambah rasa dan memperhatikan kebutuhan gizi sesuai usia, orang tua dapat memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan si kecil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya