Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis gizi klinik sub spesialis nutrisi pada kelainan metabolisme gizi, Ida Gunawan, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki target menurunkan penyakit tidak menular seperti diabetes.
“Kalau bicara apa sih target Indonesia yang akan datang, pastinya kita turunkan semua nilai kesakitan dan kematian. Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk kematian karena penyakit kardiovaskular. Indonesia juga menduduki peringkat kelima di dunia untuk kasus diabetes,” kata Ida kepada Health Liputan6.com dalam temu media bersama Prodia di Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Advertisement
Baca Juga
Ida menambahkan, kedua penyakit tersebut adalah penyakit kronik atau penyakit tidak menular yang artinya bisa dicegah.
Advertisement
“Apakah kalau orangtuanya diabetes, saya harus diabetes juga? Enggak kan. Apakah saya yang usianya hampir 60 saya harus diabetes? Enggak, apa yang saya lakukan? Saya lakukan yang basic, perubahan gaya hidup,” jelas Ida.
Perubahan gaya hidup salah satunya mencakup pola diet atau pengaturan pola makan. Ida berkisah, dirinya sempat memiliki berat badan hingga 67kg, kini berat badannya turun menjadi 54kg.
“Apa yang saya lakukan? Yang pertama diet-nya, ternyata saya makannya salah. Saya suka megangin kerupuk kalau nonton film drama. Sebelah kanan ada tisu, sebelah kiri ada toples, jadi kalau nangis, kerupuk masuk, kondisi-kondisi seperti ini harus diubah,” kenang Ida.
Diet Paling Gampang
Usai sekolah gizi, lanjut Ida, ia mulai mengetahui bahwa pola makan buruk yang dianggap sederhana pun ternyata bisa berpengaruh pada kesehatan.
“Tapi kan tidak semua orang harus sekolah jadi dokter gizi dulu baru turun sekian kilo. Jadi harus disosialisasikan bahwa (mengatur) diet itu harus,” ujarnya.
Lantas apa jenis diet yang paling mudah dilakukan?
“Diet gizi seimbang itu loh, dulu saya enggak suka sayur sekarang berebut sayur bayam di rumah. Dan yang kedua olahraga, tadi saya sudah jalan 8000 langkah.”
Advertisement
Tak Usah Terima Warisan Diabetes dari Keluarga
Mengatur pola makan dan olahraga menjadi jurus Ida untuk menghindari diabetes. Ditambah, ia memiliki riwayat keluarga yang mengidap diabetes.
“Nenek saya juga meninggal karena diabet dan komplikasi jantung, ayah saya meninggal akibat stroke karena diabet juga, om-om saya diabet juga, apakah diabet itu harus saya terima warisannya? Enggak harus kan.”
“Meskipun saya punya gen, tapi gen itu bisa ditutup dengan melakukan gaya hidup sehat, jadi itu yang bisa Anda lakukan untuk dukung Indonesia Emas yang akan datang,” terang Ida.
Perhatikan Waktu Tidur
Di samping makan sehat dan olahraga teratur, Ida juga menyarankan masyarakat untuk memerhatikan waktu tidur.
“Saya sering kalau dapat pasien masih muda tidurnya 8 atau 9 jam tapi dari jam 2 pagi sampai jam 10. Jadi bukan cuman lama tidur yang Anda perhatikan, tapi waktu Anda mulai tidur.”
Ida juga melihat adanya tren intermittent fasting di kalangan pemuda. Mereka umumnya berpuasa hingga siang dan tidak sarapan.
“Banyak anak sekarang intermittent fasting, mereka enggak makan tapi beratnya enggak turun. Ini karena sarapan menjadi salah satu kunci utama untuk menurunkan berat badan,” ujar Ida.
Sebagai dokter gizi, Ida tak melarang pasiennya untuk intermittent fasting, tapi ia selalu mengatur agar pasien tetap sarapan sekitar pukul 8 atau 9 pagi.
Advertisement