Produk Pangan Ilegal di Daerah Kebanyakan dari Malaysia

Menjelang Idul Fitri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menemukan pangan ilegal berbahaya di sejumlah daerah di Indonesia

oleh Fitri Syarifah diperbarui 01 Agu 2013, 14:07 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2013, 14:07 WIB
bpom-makanan-masalah130801b.jpg
Menjelang hari raya Idul Fitri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menemukan pangan ilegal berbahaya di sejumlah daerah di Indonesia. Khusus produk pangan ilegal, BPOM menyebutkan pasokan paling banyak berasal dari Malaysia.

"Dari data intensifikasi pengawasan pangan olahan per 31 Juli 2013, Malaysia paling banyak kontribusinya dalam pangan ilegal atau sekitar 27 persen. Kemudian disusul Thailand sebanyak 22 persen," ungkap Roy saat temu media Hasil Intensifikasi Pengawasan Pangan Ramadan dan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1434 H 2013 di kantor BPOM, Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Roy menyebutkan, pangan ilegal selanjutnya diketahui berasal dari Singapura 11 persen, Italia 9 persen, Jerman 8 persen, dan sejumlah negara lain seperti Korea, China, dan lainnya sebanyak 1 persen.

"Sejumlah produk pangan ilegal tersebut seperti misalnya produk susu Milo dan permen paling berasal dari Malaysia dan minuman kaleng Red bull asal Thailand," ungkap Roy.

Dalam menindak lanjutinya, BPOM mengaku ada pembinaan dan penegakkan hukum bagi pemasok makanan ilegal ini.

Penegakan hukum berupa sanksi administratif, yaitu peringatan, perintah pengamanan di tempat, perintah pemusnahan, dan dilanjutkan pro-justicia terhadap pelaku usaha yang berulang kali mengedarkan produk ilegal.

(Fit/Mel)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya