Liputan6.com, Jakarta Masa pandemi COVID-19 memiliki banyak cerita menarik terkait bidang usaha yang berusaha untuk tetap eksis. Salah satu sektor yang mengalami tekanan ekonomi cukup hebat yakni sektor kerajinan. Jumlah barang yang dikonsumsi publik turun drastis.
Meski demikian, upaya tetap bertahan di pandemi terus dilakukan. Salah satunya dirasakan oleh organisasi Difabel Blora Mustika atau akrab disingkat DBM. DBM berusaha tetap eksis menawarkan hasil produk yang mereka buat. Salah satu produk populer yang mereka buat adalah batik.
Baca Juga
Advertisement
DBM merupakan organisasi yang berisi orang-orang difabel di daerah Blora, Jawa Tengah. DBM diketuai oleh Abdul Ghofur, seorang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan saat membantu perbaikan gedung SMK NU di Blora, Jawa Tengah. Akibat kecelakaan tersebut, Ghofur harus rela kedua kakinya diamputasi dan ia harus kehilangan pekerjaan.
Sempat putus asa, Ghofur berusaha bangkit dan pada 2011 ia memutuskan untuk membuat Difabel Blora Mustika bersama rekannya, Kandar yang merupakan difabel setelah amputasi dua tangan. Kini setelah lebih 9 tahun mengelola DBM, Ghofur mulai dikenal luas oleh publik melalui karya-karyanya termasuk batik yang ia buat.
Berikut Liputan6.com liput dari Difabel Blora Mustika dengan narasumber Abdul Ghofur, ketua DBM, kisah pengrajin batik Difabel Blora Mustika berusaha bertahan di kondisi pandemi.
Difabel Blora Mustika
Difabel Blora Mustika atau akrab disingkat DBM merupakan organisasi yang berisi penyandang disabilitas yang ada di Blora. Adapun disabilitasnya melingkupi kusta, tuna rungu, tuna netra , tuna wicara, tuna daksa, tuna grahita, tuna mental, psikotik, polio, autis, hidrosepolus, dan amputasi.
Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menciptakan karakter tak putus asa dan bersyukur dengan keadaan yang dimiliki. Organisasi ini siap membangun karakter para penyandang disabilitas dengan cara pemberdayaan. Adapun contoh pemberdayaannya adalah membuat seni kerajinan seperti batik.
DBM didirikan pada 2011 dengan ketua Abdul Ghofur. Ghofur merupakan seorang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan saat membantu perbaikan gedung SMK NU di Blora. Ghofur yang mengalami kecelakaan harus rela kedua kakinya diamputasi. Kakinya diamputasi membuat Ghofur harus kehilangan pekerjaan.
Di ambang keputusaan, Ghofur mengembangkan ide yakni membuat Difabel Blora Mustika untuk pemberdayaan para difabel. Awal berdirinya DBM, Ghofur bersama dengan Kandar, seorang disabilitas dengan amputasi 2 tangan dan Mas Arif, disabilitas amputasi satu kaki, berusaha untuk mendirikan DBM.
“Ada pak Kandar amputasi 2 tangan dan mas Arif amputasi 1 kaki juga dengan beberapa teman difabel lain yang berjumlah 9 orang,” ujar Abdul Ghofur.
Awal terbentuknya DBM, tidak lebih dari 20 orang. Namun perlahan tapi pasti, DBM mulai banyak yang tercatat di data. Hingga kini sudah ada 7 ribu anggota dari 16 kecamatan di Blora. Adapun yang aktif sebanyak 100 orang. Kini anggota aktif membuat banyak kerajinan seperti batik, bros, gantungan kunci dan kerajinan lainnya.
“Yang aktif 100 orang yang tercatat didata DBM dari 16 Kecamatan 7.607,” tambah pria kelahiran Blora, 10 Oktober 1984.
Advertisement
Pemberdayaan Disabilitas
Abdul Ghofur bercerita bahwa DBM dibentuk untuk mengangkat budaya bangsa. Adapun budaya yang dimaksud adalah budaya untuk tidak menggantungkan diri terhadap orang lain meskipun ia seorang penyandang disabilitas. Oleh sebab itu, DBM dibentuk untuk memberdayakan disabilitas.
“Karena difabel ingin mengangkat budaya bangsa dan juga difabel ingin memberdayakan Difabel yang dulunya dikenal tidak bisa bekerja dan mengantungkan orang lain (tidak bisa apa-apa). Dengan memberdayakan mereka melatih membatik, semua Difabel bisa mengerjakannya,” cerita Ghofur.
Tak hanya pemberdayaan disabilitas, di DBM juga bisa bekerja dan berusaha. Hal itu dilakukan agar pandangan masyarakat terhadap difabel selama ini salah. Difabel juga bisa membuat ruang dan kesempatan untuk bekerja.
“Bisa bekerja dan berusaha agar pandangan masyarakat kepada difabel selama ini salah, mereka bisa berdaya bila diberikan ruang dan kesempatan untuk bekerja,” ujarnya.
Kembangkan Kemampuan Membatik
Salah satu bentuk pemberdayaan penyandang disabilitas di DBM yakni membatik. Ya, batik menjadi salah satu hasil kerja keras para difabel di DBM. Abdul Ghofur pun menceritakan awal mula ia mengembangkan kemampuan batiknya hingga bisa terkenal seperti sekarang.
“Dulu kita banyak membuat beberapa produk Kursi meja rotan,keset tapi kalah di pemasaran, akhirnya kami mengandeng perajin batik Blora untuk mengajari kami. Setelah itu kami kembangkan belajar ke Solo dan Pekalongan,” ucap Ghofur.
Ghofur menjelaskan bahwa kemampuan batik para difabel di DBM berasal pengrajin batik Blora. Mau belajar ilmu membatik dan terus mengembangkan kemampuan menjadi kunci mampu konsisten menghasilkan batik sampai sekarang. Ghofur juga menambahkan bahwa para difabel tidak memiliki kemampuan membatik sebelum akhirnya belajar bersama pengrajin batik di Blora.
“Untuk background batik pertama tidak punya,” ungkapnya.
Advertisement
Kreativitas membuat motif Batik
Salah satu fakta menarik tentang hasil batik DBM yakni motifnya. DBM termasuk aktif mengikuti perkembangan momen yang lagi ramai. Momen yang lagi ramai, mereka tuangkan dalam bentuk batik. Saat momen Asian Games 2018 lalu, mereka membuat batik motif Asian Games.
Kini di kala pandemi, DBM juga membuat batik motif Corona COVID-19. Batik motif Corona ini sedang menjadi produk utama yang termasuk laris manis di pasaran. Untuk kain batik yang dijual yakni berbahan kain berkualitas dimana tidak kusam dan tidak luntur. Adapun ukuran kain batik motif Corona ini yakni 2 meter x 1,15 meter.
“Alhamdulillah untuk motif Corona pemasarannya lumayan baik, pembuatan motif kami inisiatif dari momentum Pandemi. Biasa setiap momen-momen tertentyu kami selalu buat motif seperti Hari Kemerdekaan, Hari Batik, Asian Games hingga Para Game,” terang ketua DBM.
Harga Batik dan Lokasi Penjualan
DBM memasarkan kain batik dengan ukuran kain 2 meter x 1,15 meter. Harga kain batik yang dijual di kisaran Rp 150 hingga Rp 250 ribu. Banyak motif batik yang dijual di DBM, seperti batik ciprat yang dihargai Rp 170 ribu. Untuk batik Sutra Cina asli dihargai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.
Jika kamu tertarik untuk membeli batik di sana, maka sila kunjungi Jln Hasanuddin (Depan SMPN 03 Blora) Desa Kamolan, RT.05/RW.01, Bangeran, Kamolan, Kec. Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58219. Pemesanan batik juga bisa melalui nomor telepon 085 293 324 352.
Advertisement
Kendala di masa pandemi
Masa pandemi seperti sekarang ini banyak usaha yang memilih gulung tikar. Sangat susah untuk bertahan di pandemi dengan tingkat konsumsi publik terhadap kerajinan tergolong rendah. DBM pun mengakui bahwa terkait pemasaran di masa pandemi menjadi tantangan tersendiri.
“Tentunya Pemasaran produk mas, banyak perajin batik bangkrut bahkan tutup ganti profesi,” keluh Abdul Ghofur.
Ketua DBM ini berharap ada dukungan usaha dari Pemerintah. Pemerintah diharapkan lebih aktif membantu agar proses pemasaran dari DBM bisa tetap berjalan.
“Kami berharap ada suport usaha dari pemerintah untuk usaha kami tetap berjalan,” harapnya.
Cara DBM tetap eksis
Banyak cara yang bisa dilakukan agar usaha tetap eksis di kala pandemi. DBM pun berusaha semaksimal mungkin agar mereka tetap eksis dan pemasaran barang yang ditawarkan bisa laris manis di pasaran.
Adapun cara pertama yang dilakukan DBM adalah dengan selalui menyesuaikan momen pasar. Batik motif Corona adalah bukti kreativitas DBM untuk tetap eksis di kala pandemi. Selain itu, mereka gencar promosi di media sosial seperti Instagram. DBM aktif di akun Instagram @difabelblora_mustika.
Tak cuma Instagram, Difabel Blora Mustika nyatanya juga melebarkan sayap dengan membuat channel YouTube. Channel YouTube DBM yakni Difabel Blora Mustika dengan sudah aktif sejak 7 Oktober 2015. Saat ini channel Difabel Blora Mustika sudah miliki 1,41 ribu subscriber.
Advertisement
Pernah diapresiasi Presiden Jokowi
Fakta menarik lainnya tentang Difabel Blora Mustika terkait batik adalah pernah diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo. DBM menyerahkan batik buatan mereka ke Jokowi pada 14 April 2018 setelah acara Peluncuruan Program Bank Wakaf Mikro yang diadakan di Ponpes milik KH Ma'ruf Amin. Jokowi sangat mengapresi batik buatan DBM dan tak sungkan untuk memuji bahwa karya DBM bagus.
Ghofur selaku ketua DBM saat ditanya perasaannya terkait DBM yang mulai dikenal luas oleh masyarakat sangatlah bersyukur. Baginya, masih banyak orang baik yang peduli dan mendukung kegiatan DBM.
“Alhamdulillah kami bersyukur, banyak orang baik yang peduli dan mendukung kegiatan DBM selama ini untuk menolong Penyandang Disabilitas dikabupaten Blora. Dari rasa syukur inilah kami melatih mengembangkan melatih Disabilitas di beberapa kabupaten Pati, Rembang, Jepara,” syukur Ghofur.
Motivasi Difabel Blora Mustika
Tak hanya ucapkan syukur karena DBM sudah dikenal luas oleh masyarakat, Abdul Ghofur juga berikan motivasi. Terlebih motivasi ini diberikan Ghofur untuk sesama penyandang disabilitas. Baginya, disabel bukanlah orang yang harus putus asa. Menututnya, kekuarangan bisa diubah menjadi kesuksesan dengan kerja keras.
“Di dunia ini tidak ada orang cacat adanya manusia. Ciptakan kesempatan jangan menunggu kesempatan. Jadikan kekuranganmu kelebihanmu untuk menuju kesuksesan,” pungkas Ghofur.
Advertisement