Liputan6.com, Jakarta Dalam perjalanan manusia mencari makna dan kebenaran, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan atau entitas supernatural selalu menjadi bagian penting. Namun, beberapa individu menghadapi ketidakpastian dalam menjawab pertanyaan tersebut. Di sinilah konsep agnostik muncul, lantas pengertian agnostik artinya apa?
Agnostik artinya adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sikap atau pandangan seseorang terhadap pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan keberadaan Tuhan atau entitas supernatural. Dengan memahami esensi agnostik artinya kita akan memperoleh wawasan tentang bagaimana seseorang dapat mengadopsi sikap ini dalam memandang dunia dan spiritualitas.
Advertisement
Kita akan membahas asal-usul agnostikisme, termasuk sejarahnya yang menarik dan pengaruhnya dalam pemikiran manusia. Selain itu, kita akan menjelajahi sifat-sifat utama yang sering dikaitkan dengan agnostik, seperti ketidakpastian, keterbukaan, dan penekanan pada pengetahuan. Serta perbedaannya dengan atheis.
Advertisement
Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Rabu (14/6/2023). Pengertian agnostik, sejarah agnostik, sifat-sifat agnostik dan perbedaannya dengan atheis.
Agnostik artinya apa?
Agnostik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sikap atau pandangan seseorang terhadap pertanyaan-pertanyaan keberadaan Tuhan atau entitas-entitas supernatural. Secara harfiah, istilah ini berasal dari kata Yunani "gnosis" yang berarti pengetahuan, dan awalan "a" yang berarti tidak atau tanpa. Jadi, agnostik secara harfiah berarti "tanpa pengetahuan" atau "tidak tahu".
Seseorang yang menggambarkan dirinya sebagai agnostik umumnya berpendapat bahwa pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan atau entitas supernatural tidak dapat dijawab secara definitif atau tidak dapat diketahui dengan pasti. Mereka mungkin merasa bahwa bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk menghasilkan keyakinan yang meyakinkan tentang keberadaan atau ketiadaan Tuhan.
Pendekatan agnostik ini berbeda dari ateisme, yang menolak keberadaan Tuhan atau supernatural, dan teisme, yang percaya pada keberadaan Tuhan. Agnostikisme lebih menekankan pada ketidakpastian atau ketidakmampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan yang definitif dalam hal ini.
Advertisement
Sejarah agnostik
Sejarah agnostisisme dapat ditelusuri kembali ke abad ke-19, di mana istilah ini pertama kali digunakan oleh Thomas Henry Huxley, seorang ilmuwan dan filsuf Inggris. Huxley memperkenalkan istilah "agnostik" dalam sebuah pidato yang dia sampaikan pada tahun 1869 di Metaphysical Society di London.
Pada saat itu, Huxley menggunakan istilah "agnostik" untuk menggambarkan sikapnya terhadap pertanyaan keberadaan Tuhan. Dia berpendapat bahwa ketika datang ke pertanyaan metafisika seperti keberadaan Tuhan, manusia tidak dapat mencapai pengetahuan yang pasti. Huxley mengatakan bahwa kita tidak dapat mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak ada, dan oleh karena itu, seharusnya kita mengakui ketidakpastian tersebut.
Istilah "agnostik" yang diperkenalkan oleh Huxley kemudian menjadi istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan sikap atau pandangan yang tidak pasti atau tidak tahu terkait dengan keberadaan Tuhan atau entitas supernatural.
Sejak itu, agnostisisme telah berkembang menjadi sebuah aliran pemikiran yang lebih luas. Pemikiran agnostik menjadi populer di kalangan intelektual pada abad ke-19 dan ke-20, dan banyak filsuf dan tokoh lainnya mengadopsi pandangan agnostik atau terinspirasi oleh konsep ketidakpastian yang diusulkan oleh Huxley.
Meskipun agnostisisme telah ada selama beberapa abad, pandangan skeptis tentang keberadaan Tuhan atau ketidakmampuan manusia untuk mencapai pengetahuan yang definitif dalam hal ini telah ada sepanjang sejarah manusia. Agnostisisme modern, seperti yang dikenal saat ini, adalah hasil dari perkembangan pemikiran filosofis dan ilmiah yang berlangsung pada abad ke-19.
Sifat-sifat agnostik
Sifat-sifat yang umumnya dikaitkan dengan agnostik adalah sebagai berikut:
- Ketidakpastian: Agnostik mengakui ketidakpastian dalam hal keberadaan Tuhan atau entitas supernatural. Mereka menerima bahwa tidak ada bukti yang cukup kuat atau konklusif untuk memastikan keberadaan atau ketiadaan Tuhan.
- Keterbukaan: Agnostik cenderung terbuka terhadap berbagai pandangan dan argumen yang berkaitan dengan pertanyaan keberadaan Tuhan. Mereka tidak langsung menolak atau menerima suatu keyakinan, tetapi mempertimbangkan pendapat-pendapat yang ada.
- Penekanan pada pengetahuan: Agnostik menghargai pentingnya pengetahuan dan pemahaman yang didasarkan pada bukti-bukti yang dapat diperoleh secara objektif. Mereka mungkin merasa bahwa keberadaan Tuhan atau entitas supernatural berada di luar jangkauan pengetahuan manusia saat ini.
- Skeptisisme: Agnostik cenderung memiliki sikap skeptis terhadap klaim-klaim yang tidak dapat diuji secara empiris atau logis. Mereka mungkin mempertanyakan argumen-argumen yang didasarkan pada keyakinan tanpa bukti yang kuat.
- Penerimaan perbedaan: Agnostik seringkali menghargai keberagaman pandangan agama dan keyakinan. Mereka mengakui bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih dan mengembangkan keyakinan pribadinya.
Penting untuk dicatat bahwa sifat-sifat ini dapat bervariasi antara individu-individu agnostik. Beberapa agnostik mungkin memiliki penekanan yang lebih kuat pada skeptisisme atau keterbukaan daripada yang lain, tetapi secara umum, agnostik mengakui ketidakpastian dan tidak memiliki keyakinan yang kuat dalam hal keberadaan Tuhan atau entitas supernatural.
Advertisement
Perbedaan agnostik dan atheis
Perbedaan antara agnostik dan ateis terletak pada pandangan mereka terhadap pertanyaan keberadaan Tuhan atau entitas supernatural:
- Agnostik: Agnostik berpendapat bahwa pertanyaan keberadaan Tuhan atau entitas supernatural tidak dapat dijawab secara definitif atau tidak dapat diketahui dengan pasti. Mereka mengakui bahwa bukti yang ada tidak cukup kuat untuk menghasilkan keyakinan yang meyakinkan tentang keberadaan atau ketiadaan Tuhan. Agnostik lebih fokus pada ketidakpastian dan mengakui keterbatasan pengetahuan manusia dalam hal ini.
- Ateis: Ateis, di sisi lain, meyakini bahwa tidak ada Tuhan atau entitas supernatural. Mereka menolak keberadaan Tuhan berdasarkan berbagai alasan, termasuk ketidakadaan bukti yang memadai, pertentangan logis, atau keraguan terhadap argumen agama yang ada. Ateis memiliki keyakinan yang kuat bahwa tidak ada keberadaan entitas supernatural.
Dalam beberapa kasus, Agnostik dan ateisme dapat berdampingan dalam satu individu. Misalnya, ada agnostik ateis yang mengakui ketidakpastian tentang keberadaan Tuhan tetapi secara pribadi tidak mempercayainya. Mereka mungkin tidak yakin atau tidak mengetahui dengan pasti, tetapi tidak memiliki keyakinan positif dalam keberadaan Tuhan.
Perlu diingat bahwa Agnostik dan ateisme bukanlah spektrum yang saling berlawanan, tetapi merupakan tanggapan terhadap dua aspek yang berbeda dari pertanyaan keberadaan Tuhan. Agnostik berkaitan dengan ketidakpastian pengetahuan, sementara ateisme berkaitan dengan keyakinan tentang ketiadaan Tuhan.