Liputan6.com, Jakarta - Cuaca akhir tahun 2023 di Indonesia menunjukkan ketidakpastian. Seorang pakar meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian mengidentifikasi bahwa perubahan iklim yang memperparah dampak El Nino, dan berkontribusi pada cuaca yang tidak menentu.
Dalam siaran persnya diterima, Senin (25/12/2023), Edvin menjelaskan, "Musim kemarau makin panjang, musim hujan makin pendek. Bisa hujan deras, besoknya gantian panas terik." Ia memperkirakan bahwa puncak musim kemarau ini dapat berlanjut hingga Januari tahun 2024.
Edvin Aldrian juga mencatat adanya anomali cuaca. Seperti kondisi mendung berhari-hari di Jakarta disertai dengan rasa gerah yang cukup intens. Fenomena ini disimpulkan sebagai dampak dari El Nino yang semakin parah akibat perubahan iklim.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang cuaca akhir tahun 2023 yang tidak menentu dan prediksi berakhirnya El Nino di Indonesia menurut BMKG dan BRIN, Kamis (28/12/2023).
Prediksi BMKG El Nino Berakhir Februari 2024
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino moderat diperkirakan akan berakhir pada Februari 2024. Walau demikian, Indian Ocean Dipole (IOD) positif diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2023.
Dalam webinar bertajuk Kapan Musim Hujan akan Datang yang diselenggarakan pada 28 Oktober 2023, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan, "(El Nino) pada level moderat hingga bulan Desember, Januari, Februari 2024."
Namun, ia menekankan bahwa hujan lebat tidak selalu menjadi tanda berakhirnya El Nino, dan perlu dilakukan analisis menyeluruh untuk memastikannya.
El Nino sendiri adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Pemanasan ini dapat menggeser pusat pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik, menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia.
Pada saat berakhirnya El Nino, suhu muka laut yang mulai mendingin dapat mengembalikan pusat pertumbuhan awan ke wilayah Indonesia, meningkatkan curah hujan. Perlu diingat bahwa El Nino merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim global.
Melansir dari jurnal Universitas Sriwijaya, El Nino merupakan peristiwa penyimpangan suhu akibat pemanasan global.
Pada kondisi tertentu, air laut panas dari Indonesia dan Amerika Tengah bertemu, menciptakan massa air panas yang menyebabkan musim kemarau panjang di Indonesia. Pemahaman tentang dinamika El Nino dan dampaknya menjadi kunci dalam memahami perubahan pola cuaca yang terjadi, seperti cuaca yang tidak menentu di akhir tahun 2023 ini.
Advertisement
Prediksi BRIN El Nino Berakhir Maret 2024
Situasi cuaca yang tidak menentu di Indonesia saat ini disebabkan oleh dampak fenomena El Nino, seperti yang dijelaskan oleh Edvin Aldrian. Edvin mengungkapkan bahwa meskipun sudah memasuki bulan Desember yang lazimnya menjadi awal musim hujan, kondisi hujan masih rendah dan puncak musim hujan terasa mundur.
Anomali cuaca di akhir tahun 2023 ini adalah hasil dari pergeseran puncak musim hujan yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Pakar meteorologi tersebut menjelaskan bahwa cuaca panas masih akan terus dirasakan, dan musim hujan yang seharusnya sudah dimulai bisa mengalami keterlambatan.
Edvin memproyeksikan efek dari El Nino diharapkan akan berakhir pada akhir Maret 2024 mendatang, sehingga kondisi anomali cuaca dapat mereda.
Ia menyatakan, "Hawa panas masih sangat terasa. Saat ini belum musim hujan. Kita masih berada di tengah musim kemarau yang memanjang." Dampaknya, durasi musim hujan menjadi semakin pendek.
Pakar tersebut juga merinci bahwa biasanya bulan Januari merupakan puncak musim hujan di sebagian wilayah Jawa, tetapi intensitas hujan mungkin tidak sesuai dengan pola yang biasa terjadi.
Fenomena El Nino memengaruhi perubahan pola musim, membuat musim hujan lebih lambat dan durasinya semakin singkat. Edvin mengingatkan meskipun intensitas hujan bisa kurang dari biasanya, situasi ini diharapkan dapat kembali normal setelah berakhirnya efek El Nino.
Akan Terjadi Lagi di Indonesia Sebelum 2030
Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin dalam webinar BRIEF 'Kolaborasi Riset Kejadian Ekstrem Laut-Atmosfer Indonesia', pada 30 Oktober 2023, mengungkapkan proyeksi mengenai siklus El Nino di Indonesia hingga tahun 2030.
Menurutnya, setelah kejadian El Nino pada tahun 2023 ini, Indonesia diprediksi akan mengalami fenomena serupa sebelum tahun 2030. Namun, dia menegaskan El Nino yang diantisipasi kedua kalinya ini tidak diperkirakan akan mencapai intensitas yang sama dengan yang sedang terjadi. Hal ini terkait dengan kondisi perubahan iklim global yang semakin mempengaruhi suhu bumi.
Erma menjelaskan prediksi mengenai siklus El Nino tidak lagi mengikuti pola yang teratur seperti sebelumnya. Dahulu, siklus El Nino terjadi dalam rentang waktu 2-5 tahun dengan variasi yang signifikan. El Nino dengan intensitas yang rendah hingga moderat cenderung terjadi lebih sering, yakni setiap 2 tahun, namun demikian, fenomena yang lebih ekstrem terjadi setiap 15 tahun sekali.
Fenomena El Nino yang sebelumnya terjadi pada tahun 2015 merupakan salah satu yang paling parah. Pada saat itu, berbagai prediksi tidak akurat dalam memperkirakan durasi dan intensitas El Nino.
"Tahun 1982 ke tahun 1997, itu kan El Nino ekstrem, itu 15 tahun kan ya. Lalu dari tahun 1997 ke 2015, itu juga masih lama (18 tahun). Pada saat itu, suhu (bumi) belum (mengalami kenaikan) 1,5. Nah, sekarang tahun 2023, dari tahun 2015, berarti hanya 8 tahun. Tahun 2015 itu ekstrem, tahun 2023 ini apakah ekstrem belum tahu, tapi sudah kuat, sudah 2 (kenaikan suhu)," ungkapnya.
Prediksi yang meleset ini menjadi perhatian serius, terutama ketika Ahli El Nino NOAA Michael McPhaden mengungkapkan El Nino tahun tersebut tidak dapat diprediksi dengan model yang ada saat itu. Kejadian ini memberikan pelajaran berharga bagi para ilmuwan untuk memahami dan mengantisipasi fenomena El Nino selanjutnya.
Seiring dengan proyeksi yang diberikan, Erma menyampaikan prediksi terbaru dari timnya memperlihatkan bahwa Indonesia berpotensi mengalami dua kali kejadian El Nino hingga tahun 2030. Pertama, yang tengah terjadi pada tahun 2023 ini. Lalu, yang kedua, diprediksi akan terjadi lebih lemah sebelum 2030.
Advertisement