Liputan6.com, Jakarta - Soeharto menjabat berapa tahun sebagai Presiden Indonesia? Jawabannya, Soeharto menjabat selama 32 tahun, dari tahun 1967 hingga 1998. Perlu mengetahui Soeharto menjabat berapa tahun karena hal ini memberikan wawasan tentang sejarah politik Indonesia dan kepemimpinannya yang panjang.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang mampu menjaga stabilitas negara selama masa jabatannya. Mengetahui Soeharto menjabat berapa tahun juga penting untuk memahami dampak kebijakannya terhadap perkembangan Indonesia.
Alasan kuat di balik masa jabatan Soeharto yang panjang adalah keberhasilannya dalam menumpas Gerakan 30 September dan menjaga ketertiban nasional.
Selain itu, Soeharto juga dikenal dengan julukan "The Smiling General" karena wajahnya yang selalu tersenyum di muka pers. Kemampuannya untuk meredam konflik dan memastikan stabilitas menjadi salah satu faktor utama ia bisa menjabat begitu lama.
Mengetahui Soeharto menjabat berapa tahun memberikan gambaran tentang kekuatan politik dan militer yang ia miliki.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam fakta dibalik kepemimpinan Soeharto menjabat 32 tahun, Selasa (16/7/2024).
Soeharto Menjabat 32 Tahun
Soeharto, yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, menjabat sebagai Presiden Indonesia selama 32 tahun. Masa jabatannya dimulai pada tahun 1967 dan berakhir pada tahun 1998 setelah pengunduran dirinya menyusul kerusuhan dan protes besar-besaran.
Ia dikenal sebagai pemimpin yang mampu menjaga ketertiban dan membawa Indonesia ke tingkat yang lebih stabil.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah seorang pemimpin militer yang terlibat dalam berbagai operasi penting selama masa pendudukan Jepang dan Belanda. Soeharto resmi menjadi presiden pada tahun 1968 setelah menggantikan Soekarno dan kemudian dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Melansir dari website resmi Tentara Nasional Indonesia, masa kepemimpinannya dikenal sebagai Orde Baru atau Orba.
Selama masa jabatannya, Soeharto berhasil melakukan pembangunan yang masif di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa. Keberhasilannya dalam menjaga stabilitas dan ketertiban nasional menjadi salah satu alasan utama ia bisa menjabat selama 32 tahun.
Melansir dari Tabloid Kekristenan di Bawah Soeharto oleh Paul Makoguru, Soeharto juga berhasil menciptakan musuh besar seperti Partai Komunis Indonesia dan mengoreksi cara pemerintahan sebelumnya.
Kepemimpinan Soeharto juga dikenal dengan berbagai kebijakan yang membatasi organisasi agama yang berpotensi menyerang pemerintah. Sistem kepemerintahannya dianggap berhasil menjaga ekstremisme beragama dengan penyebaran intel yang merata. Soeharto juga dikenal sebagai pengemban Supersemar yang mampu menggerogoti kekuatan politik Soekarno secara perlahan.
Meskipun begitu, banyak yang menganggap bahwa kepemimpinan Soeharto telah memperbaiki banyak hal di Indonesia. Sehari setelah Supersemar diteken, PKI beserta semua organisasi sayap kirinya dilikuidasi. Pemerintah Soeharto juga berhasil menjadwal ulang pembayaran utang negara dan menjalin kembali kerja sama dengan International Monetary Fund (IMF).
Advertisement
Rahasia Dibalik Kepemimpinan Soeharto
1. Stabilitas Politik dan Keamanan
Soeharto dikenal karena kemampuannya menjaga stabilitas politik dan keamanan di Indonesia selama masa jabatannya. Melansir dari berbagai sumber, salah satu rahasia utama di balik kesuksesan kepemimpinannya adalah penggunaan intelijen yang efektif untuk meredam potensi konflik.
Penyebaran intelijen yang merata, baik dari Kodim maupun kepolisian, membantu mendeteksi dan mencegah dini konflik yang mungkin terjadi. Hal ini memberikan rasa aman dan stabilitas yang sangat diperlukan untuk pembangunan nasional.
2. Dukungan Militer yang Kuat
Soeharto memiliki latar belakang militer yang kuat, yang memberikannya dukungan signifikan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sebagai mantan panglima Kostrad, ia memahami pentingnya militer dalam menjaga kedaulatan dan ketertiban negara.
Dukungan dari militer ini tidak hanya membantu Soeharto dalam mengatasi ancaman internal, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang tangguh dan dapat diandalkan.
3. Pembangunan Ekonomi yang Masif
Selama masa jabatannya, Soeharto fokus pada pembangunan ekonomi yang masif. Melansir dari berbagai sumber, kebijakan-kebijakan ekonominya berhasil menarik investasi asing dan mempercepat pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa.
Pembangunan ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ekonomi ini meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat legitimasi kepemimpinannya.
4. Strategi Politik yang Cerdik
Soeharto menggunakan berbagai strategi politik cerdik untuk mempertahankan kekuasaannya. Salah satu strategi utamanya adalah memastikan loyalitas dari pegawai negeri dengan mewajibkan mereka mendukung Partai Golongan Karya (Golkar).
Selain itu, ia juga membatasi kebebasan organisasi politik dan agama yang dianggap berpotensi mengancam pemerintahannya. Strategi-strategi ini memastikan dominasi politiknya dan mengurangi ancaman dari oposisi.
5. Penciptaan Musuh Bersama
Soeharto menciptakan musuh bersama yang jelas, seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), untuk memperkuat persatuan nasional di bawah kepemimpinannya. Melansir dari berbagai sumber, setelah Gerakan 30 September, ia berhasil menumpas PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Tindakan ini tidak hanya menghilangkan ancaman langsung terhadap pemerintahannya, tetapi juga memperkuat citranya sebagai pahlawan nasional yang melindungi negara dari ancaman komunisme.
6. Penggunaan Supersemar
Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret menjadi salah satu titik balik penting dalam perjalanan kepemimpinan Soeharto. Surat ini memberikan wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna menjaga ketertiban dan keamanan negara.
Melansir dari berbagai sumber, penggunaan Supersemar ini memberikan legitimasi hukum bagi Soeharto untuk mengendalikan kekuatan politik Soekarno dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin Indonesia.
7. Reorganisasi Pemerintahan
Soeharto melakukan berbagai reorganisasi dalam struktur pemerintahan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas birokrasi. Melansir dari berbagai sumber, reorganisasi ini termasuk reformasi dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan pertanian yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Reformasi tersebut memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Adanya kombinasi faktor-faktor di atas, Soeharto berhasil mempertahankan kepemimpinannya selama lebih dari tiga dekade, menciptakan stabilitas dan kemajuan yang signifikan bagi Indonesia. Namun, masa jabatannya yang panjang juga diwarnai dengan kontroversi dan kritik terkait pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi.
Â
Perjalanan Karier Soeharto
Diterima di Sekolah Militer
Soeharto memulai karier militernya pada 1 Juni 1940 ketika diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia lulus sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Melansir dari website resmi Tentara Nasional Indonesia, Soeharto kemudian menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, dan resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Komandan Leteon dan Kompi
Saat Perang Dunia II berkecamuk pada tahun 1942, Soeharto dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu. Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia menjadi komandan peleton dan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang, yaitu tentara PETA.
Setelah Perang Kemerdekaan, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel dan memimpin operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi.
Komandan Resimen Infanteri 15
Pada 1 Maret 1949, Soeharto ikut serta dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif ini muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman. Soeharto kemudian dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infanteri 15 dengan pangkat letnan kolonel pada 1 Maret 1953.
Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro
Pada 3 Juni 1956, Soeharto diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro dan pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel. Kariernya terus menanjak, dan pada 1 Oktober 1961, Soeharto menjadi Panglima Korps Tentara I Caduad dan Panglima Kohanudad.
Presiden RI ke-2
Pada tahun 1968, Soeharto akhirnya menjabat sebagai Presiden RI ke-2 hingga tahun 1998. Dalam perjalanan kariernya, Soeharto juga menjabat sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris, dan Bonn pada tahun 1961. Melansir dari sumber-sumber militer, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal pada 1 Januari 1962, dan ia menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat serta Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.  4o
Advertisement