Memahami 10 Penyebab Tekanan Darah Rendah yang Umum Terjadi, Jangan Sepelekan

Memahami penyebab hipotensi sangat penting agar dapat mengelola dan mengatasi gejalanya dengan tepat.

oleh Miranti diperbarui 30 Agu 2024, 13:37 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 13:37 WIB
Efek Kurang Tidur hingga Kekurangan Asupan Gizi
"Ilustrasi faktor penyebab tekanan darah rendah/Sumber: pexels.com/Ron"

Liputan6.com, Jakarta Hipotensi, atau tekanan darah rendah, adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang berada di bawah normal. Meskipun tidak selalu berbahaya, hipotensi dapat menimbulkan gejala seperti pusing, pingsan, dan kelelahan. Memahami penyebab hipotensi sangat penting agar dapat mengelola dan mengatasi gejalanya dengan tepat.

Beberapa kondisi medis dapat memicu hipotensi, termasuk kehamilan dan dehidrasi. Selain itu, kekurangan nutrisi penting seperti vitamin B12, folat, dan zat besi juga dapat berperan. Perubahan cuaca dan suhu ekstrem sering kali tidak disadari sebagai penyebab hipotensi, namun faktor ini juga memiliki dampak yang signifikan.

Perdarahan hebat, sepsis, reaksi anafilaksis, penyakit Parkinson, dan diabetes adalah beberapa kondisi serius yang dapat menyebabkan hipotensi. Mengenali gejala dan penyebab hipotensi sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan kesehatan tetap terjaga. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (30/8/2024):

  

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Kehamilan

ilustrasi ibu hamil pusing
Ilustrasi penyebab tensi rendah/Copyright shutterstock/Ground Picture

Selama kehamilan, tubuh kamu mengalami banyak perubahan, termasuk peningkatan volume darah. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan darah menurun, terutama pada trimester pertama dan kedua. Meskipun biasanya tidak berbahaya, hipotensi selama kehamilan bisa menyebabkan pusing dan kelelahan. Penting untuk menjaga asupan cairan dan nutrisi yang cukup untuk membantu menstabilkan tekanan darah.


2. Dehidrasi

Ilustrasi dehidrasi, haus, minum air putih
Ilustrasi dehidrasi, haus, minum air putih. (Image by KamranAydinov on Freepik)

Dehidrasi terjadi ketika tubuh kamu kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan volume darah, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Gejala dehidrasi termasuk mulut kering, kelelahan, dan pusing. Minum air yang cukup dan menjaga keseimbangan elektrolit sangat penting untuk mencegah dehidrasi dan menjaga tekanan darah tetap stabil.


3. Kekurangan Vitamin B12, Folat, dan Zat Besi

Kekurangan nutrisi penting seperti vitamin B12, folat, dan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang berkontribusi pada tekanan darah rendah. Anemia mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, yang dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan. Mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi ini atau suplemen yang direkomendasikan oleh dokter bisa membantu mengatasi kekurangan ini dan menjaga tekanan darah kamu tetap normal. 


4. Perubahan Cuaca dan Suhu Ekstrem

Cuaca panas atau dingin ekstrem dapat mempengaruhi tekanan darah kamu. Suhu panas dapat menyebabkan pembuluh darah melebar, yang menurunkan tekanan darah. Sebaliknya, suhu dingin dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang juga dapat menurunkan tekanan darah. Penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan mengenakan pakaian yang sesuai dengan cuaca untuk mengurangi dampak perubahan suhu pada tekanan darah.


5. Perdarahan Hebat

Perdarahan hebat, baik akibat cedera atau kondisi medis seperti ulkus lambung, dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang signifikan. Kehilangan darah yang banyak mengurangi volume darah dalam tubuh, yang berdampak langsung pada tekanan darah. Jika kamu mengalami perdarahan hebat, segera cari bantuan medis untuk mencegah komplikasi serius.


6. Sepsis

Sepsis adalah respon tubuh terhadap infeksi yang dapat menyebabkan hipotensi. Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh dapat menyebabkan pembuluh darah melebar dan menurunkan tekanan darah secara drastis. Sepsis adalah kondisi medis darurat yang memerlukan perawatan segera untuk mencegah kerusakan organ dan kematian. 


7. Reaksi Anafilaksis

Reaksi anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang cepat dan signifikan. Gejala lain termasuk kesulitan bernapas, pembengkakan, dan ruam. Reaksi anafilaksis memerlukan perawatan medis segera, biasanya dengan suntikan epinefrin, untuk menghindari komplikasi yang mengancam jiwa.


8. Penyakit Parkinson

Ilustrasi pengidap penyakit parkinson
Ilustrasi pengidap penyakit parkinson. (Photo Copyright by Freepik)

Penyakit Parkinson adalah gangguan sistem saraf yang mempengaruhi gerakan dan sering kali menyebabkan hipotensi ortostatik, yaitu penurunan tekanan darah saat berdiri. Gejala termasuk pusing dan pingsan. Pengobatan penyakit Parkinson dan penyesuaian gaya hidup dapat membantu mengelola gejala hipotensi yang terkait.


9. Diabetes

Risiko Diabetes
Ilustrasi diabetes. Credit: pexels.com/pixabay

Diabetes dapat merusak saraf yang membantu mengontrol tekanan darah, menyebabkan hipotensi ortostatik. Selain itu, komplikasi diabetes seperti dehidrasi dan masalah ginjal juga dapat berkontribusi pada tekanan darah rendah. Mengelola diabetes dengan baik melalui diet, olahraga, dan obat-obatan dapat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil.


10. Obat-obatan

Beberapa jenis obat, termasuk diuretik, obat tekanan darah tinggi, dan obat antidepresan, dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sebagai efek samping. Obat-obatan ini dapat mengubah cara tubuh mengatur volume dan aliran darah, yang dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah yang tidak diinginkan.

Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya