Liputan6.com, Jakarta Retina mata yang robek adalah kondisi serius yang membutuhkan perhatian segera karena dapat mempengaruhi penglihatan. Keadaan ini terjadi ketika jaringan vitreous, cairan yang mengisi rongga bola mata, menyusut dan menarik retina, lapisan jaringan saraf di belakang bola mata. Jika tarikan ini cukup kuat, retina bisa robek, dan ini sering menjadi penyebab utama masalah yang lebih parah, seperti lepasnya retina (ablasio retina). Kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut atau bahkan kebutaan.
Retina sendiri berfungsi sebagai penerima cahaya yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak untuk diproses menjadi gambar yang manusia lihat. Karena fungsinya yang sangat vital, robekan pada retina menjadi masalah besar yang tidak bisa dianggap remeh. Biasanya, gejala retina robek ditandai dengan adanya kilatan cahaya yang tiba-tiba muncul di penglihatan atau munculnya floaters, yaitu bayangan seperti titik-titik hitam atau garis yang tampak mengambang di pandangan.
Baca Juga
Seiring bertambahnya usia, vitreous di mata memang cenderung menyusut dan menipis. Pada sebagian besar orang, hal ini tidak menimbulkan masalah. Namun, jika vitreous ini lebih lengket, saat ia terpisah dari retina, bisa menarik retina secara tidak normal hingga menyebabkan robekan.
Advertisement
Jika kondisi ini tidak segera diatasi, cairan bisa masuk melalui robekan tersebut dan mengangkat retina, menyebabkan ablasio retina. Namun, jangan khawatir, retina mata yang robek bisa disembuhkan, terutama jika ditangani sejak dini. Semakin cepat kondisi ini ditangani, semakin besar kemungkinan terhindar dari risiko kebutaan.Â
Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini beberapa faktor risiko retina robek dan cara mengobatinya, Selasa (10/9/2024).
1. Kenali Faktor Risiko Retina Robek
Tidak ada metode pasti untuk memprediksi siapa yang akan mengalami robekan retina atau kapan hal itu akan terjadi. Namun, terdapat beberapa faktor risiko yang perlu diketahui agar lebih waspada terhadap kesehatan mata:
- Miopia (rabun jauh) dengan derajat tinggi - Individu dengan rabun jauh parah lebih berisiko mengalami robekan retina.
- Riwayat operasi mata - Jika Anda pernah menjalani operasi katarak, glaukoma, atau prosedur mata lainnya, risiko Anda meningkat.
- Penggunaan obat glaukoma - Beberapa obat glaukoma yang mengecilkan pupil dapat meningkatkan risiko.
- Cedera mata - Trauma atau cedera serius pada mata bisa menyebabkan robekan retina.
- Riwayat keluarga - Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami ablasio retina, risiko Anda lebih tinggi.
- Area lemah di retina - Kadang-kadang dokter mata dapat menemukan area lemah di retina Anda selama pemeriksaan.
- Usia lanjut - Proses penuaan juga meningkatkan risiko robekan retina.
Mengetahui faktor-faktor ini dapat membantu Anda lebih waspada. Jika Anda memiliki satu atau lebih dari faktor risiko ini, sebaiknya lakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika mulai merasakan gejala yang mencurigakan. Deteksi dini sangat penting untuk menjaga kesehatan mata dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Advertisement
2. Pengobatan Retina Mata Robek: Apa Saja Pilihannya?
Jika didiagnosis dengan retina yang robek, berikut adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan:
1. Fotokoagulasi Laser
- Proses: Laser digunakan untuk menutup retina yang robek ke dinding mata.
- Tujuan: Menghalangi cairan masuk melalui robekan dan mencegah retina terlepas.
- Durasi: Kurang dari 15 menit dan dilakukan di poliklinik mata.
2. Kriopeksi
- Proses: Penggunaan energi dingin yang intens untuk membekukan area di sekitar robekan retina.
- Tujuan: Membentuk jaringan parut yang membantu retina tetap menempel pada dinding mata.
- Durasi: Kurang dari 30 menit, dilakukan dengan anestesi lokal atau topikal untuk mengurangi ketidaknyamanan.
Kedua metode ini efektif jika dilakukan segera setelah robekan retina terdeteksi. Setelah perawatan, penting untuk terus memantau kondisi mata secara rutin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Â
Â