Liputan6.com, Jakarta Memahami hubungan antara konsumsi gula dan kesehatan mental menjadi semakin penting dalam konteks gaya hidup modern yang sering kali dipenuhi dengan makanan manis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan gula yang tinggi dapat memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan mental seseorang.
Beberapa studi mengindikasikan bahwa konsumsi gula berlebih dapat memicu gejala depresi dan kecemasan, meskipun mekanisme pastinya masih dalam penelitian lebih lanjut. Dengan semakin banyaknya orang yang mengalami gangguan kesehatan mental, penting untuk mengeksplorasi bagaimana pola makan sehari-hari, terutama konsumsi gula, dapat mempengaruhi kondisi tersebut.
Baca Juga
Seiring dengan meningkatnya minat dalam bidang kesehatan mental, para peneliti mulai meneliti lebih dalam tentang bagaimana gula dapat mempengaruhi otak dan suasana hati. Salah satu teori menyatakan bahwa gula dapat memicu peradangan di otak, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi neurotransmitter yang mengatur suasana hati. Simak informasi lengkapnya, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (4/11/2024).
Advertisement
Apa Dampak Gula pada Otak?
Gula memiliki dampak langsung pada otak, khususnya pada sistem dopamin yang berfungsi menciptakan perasaan senang. Ketika anda mengonsumsi makanan yang manis, otak melepaskan dopamin, memberikan sensasi bahagia yang instan. Inilah sebabnya banyak orang merasa "kecanduan" terhadap gula. Namun, efek ini bersifat sementara dan cepat memudar, sehingga mendorong keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak gula.
Dengan meningkatnya konsumsi gula secara terus-menerus, otak menjadi kurang responsif terhadap dopamin. Akibatnya, tubuh memerlukan lebih banyak gula untuk mendapatkan efek yang sama, dan kondisi ini dapat menyebabkan suasana hati memburuk saat asupan gula tidak terpenuhi. Ketidakseimbangan ini dapat berkontribusi pada timbulnya perasaan depresi.
Advertisement
Konsumsi Bula Berlebih Terkait dengan Depresi
Sebuah penelitian di Inggris yang dilakukan oleh Westover dan Marangell (2002) menemukan bahwa pola makan dengan kandungan gula tinggi berkaitan dengan meningkatnya prevalensi depresi. Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara konsumsi gula per kapita di berbagai negara dengan tingkat depresi, dan hasilnya menunjukkan bahwa negara-negara dengan konsumsi gula yang tinggi cenderung memiliki kasus depresi lebih banyak.
Selain itu, fluktuasi tajam kadar gula darah akibat konsumsi makanan manis dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang drastis. Fluktuasi ini dapat memicu kecemasan, kelelahan, dan perasaan putus asa, yang semuanya merupakan gejala umum dari depresi.
Mengatur Konsumsi Gula demi Kesehatan Mental
Untuk menghindari dampak negatif gula pada kesehatan mental, penting untuk mengatur konsumsi gula harian Anda. Sebaiknya pilih makanan yang mengandung gula alami seperti buah-buahan, daripada makanan olahan yang mengandung gula tambahan. Gula alami memiliki serat yang membantu memperlambat penyerapan gula dan menjaga keseimbangan kadar gula darah.
Selain itu, menggantikan makanan manis dengan makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran, protein, dan lemak sehat dapat membantu menjaga suasana hati tetap stabil. Olahraga teratur dan tidur yang cukup juga penting untuk mendukung keseimbangan hormon dalam tubuh, yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan mental.
Makanan manis memang bisa memberikan kesenangan sementara, tetapi jika dikonsumsi berlebihan, gula dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental dan memicu depresi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang agar kita dapat mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental secara bersamaan.
Advertisement