Gunung Semeru Erupsi Lagi, Semburan Abu hingga 500 Meter

Peningkatan aktivitas Gunung Semeru sudah terasa sejak Selasa (10/12). Erupi pun kembali terjadi pada Jumat pagi, dengan ketinggian kolom abu hingga 500 meter.

oleh Nurul Diva diperbarui 13 Des 2024, 11:09 WIB
Diterbitkan 13 Des 2024, 11:09 WIB
Dampak Letusan Gunung Semeru di Desa Kajar Kuning
Warga mengevakuasi ternak dari desanya menyusul erupsi Gunung Semeru di desa Kajar Kuning, Lumajang, Jawa Timur, Senin, 5 Desember 2022. Gunung Semeru mengalami kenaikan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) sejak 4 Desember 2022 pada pukul 12.00 WIB, sehingga Pusat Vulkanolologi dan Mitigasi Bencana Geologi memberikan beberapa rekomendasi agar masyarakat mematuhinya. (AP Photo/Imanuel Yoga)

Liputan6.com, Jakarta Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru, kembali mengalami erupsi pada Jumat, 13 Desember 2024. Menurut laporan resmi Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, erupsi terjadi sekitar pukul 07.42 WIB dengan kolom abu yang membumbung hingga ketinggian 500 meter di atas puncak kawah. Fenomena ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum mencapai 20 milimeter dan berdurasi 90 detik.

Sebelumnya, pada pukul 03.41 WIB, erupsi juga terjadi dengan kolom abu yang mencapai ketinggian 600 meter. Namun, karena cuaca berkabut, visual letusan tidak dapat diamati secara langsung. Berdasarkan keterangan Kepala BPBD Lumajang, Patria Dwi Hastiadi, kejadian ini masih dalam kategori normal dan tidak mengganggu aktivitas warga.

Meski demikian, status aktivitas Gunung Semeru tetap berada pada level II atau waspada. Pihak berwenang terus mengimbau masyarakat untuk mematuhi batas aman yang telah ditentukan guna menghindari potensi bahaya. Berikut fakta-fakta erupsi Semeru pagi hari ini, dirangkum Liputan6, Jumat (13/12).

Kronologi Erupsi Gunung Semeru

Pada Jumat (13/12/2024), aktivitas vulkanik Gunung Semeru mulai menunjukkan peningkatan sejak dini hari. Pada pukul 03.41 WIB, terjadi erupsi yang menghasilkan kolom abu setinggi 600 meter di atas puncak kawah. Rekaman seismograf mencatat amplitudo maksimum 22 milimeter dengan durasi erupsi mencapai 129 detik.

Selanjutnya, erupsi kembali terjadi pada pukul 07.42 WIB dengan kolom abu setinggi 500 meter. Durasi letusan kali ini mencapai 90 detik, dengan amplitudo maksimum 20 milimeter. Cuaca berkabut menghalangi pengamatan visual terhadap puncak gunung.

Di hari yang sama, aktivitas vulkanik Gunung Semeru terekam dalam beberapa kali getaran, menunjukkan aktivitas yang tetap tinggi meskipun belum signifikan memengaruhi kondisi lingkungan di sekitar gunung.

Dampak Erupsi pada Warga dan Lingkungan Sekitar

Meskipun erupsi ini tidak mengakibatkan kerusakan langsung, potensi bahaya tetap ada. Lontaran abu vulkanik dapat berdampak pada kualitas udara, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan gunung. Selain itu, hujan abu dapat memengaruhi tanaman dan kebersihan air di wilayah tersebut.

Pihak BPBD mengimbau warga untuk menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah guna mengurangi risiko gangguan pernapasan. Warga juga diingatkan untuk selalu memperhatikan informasi resmi dari pihak berwenang terkait perkembangan aktivitas gunung berapi.

Zona Rawan dan Imbauan untuk Masyarakat

PVMBG telah menetapkan zona rawan di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak Gunung Semeru. Selain itu, masyarakat juga dilarang beraktivitas di radius 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan, karena berisiko terlanda aliran lahar maupun awan panas guguran.

Di luar area tersebut, warga diminta tetap waspada terhadap potensi lahar hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, terutama di musim penghujan. Perluasan awan panas dan guguran lava juga menjadi ancaman yang harus diantisipasi, khususnya di sekitar sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung.

 

Sudah Mulai Meningkat Sejak Selasa 10 Desember 2024

Sebelumnya, erupsi juga terjadi pada Selasa (10/12) lalu. Namun, visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut sejak pukul 02.56 hingga 16.42 WIB petang.

Disampaikan Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Ghufron Alwi di Lumajang, meski tak teramati langsung, namun rekaman data dari seismograf masih terbaca, dengan angka amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 110 detik.

"Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Selasa, 10 Desember 2024, pukul 16.42 WIB dan visual letusan tidak teramati," ujar Ghufron Alwi, mengutip ANTARA.

Langkah Mitigasi dan Antisipasi ke Depan

Untuk mengurangi risiko bencana, pihak berwenang terus melakukan pemantauan intensif terhadap aktivitas vulkanik Gunung Semeru. Alat seismograf dan pengamatan visual digunakan secara rutin untuk memberikan informasi terkini kepada masyarakat.

Selain itu, simulasi evakuasi juga dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga. Jalur evakuasi yang aman telah ditetapkan, dan warga diimbau untuk segera mengungsi ke lokasi aman jika situasi semakin memburuk.

"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," tambah Ghufron.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (People Also Ask)

Q: Apa penyebab Gunung Semeru sering erupsi?

A: Gunung Semeru aktif secara geologis karena berada di zona subduksi lempeng tektonik, yang menyebabkan tekanan magma meningkat hingga keluar sebagai erupsi.

Q: Bagaimana cara melindungi diri saat gunung berapi meletus?

A: Gunakan masker, hindari zona bahaya, dan ikuti arahan pihak berwenang. Pastikan berada di tempat aman dari aliran lahar dan awan panas.

Q: Apakah aktivitas Gunung Semeru memengaruhi penerbangan?

A: Abu vulkanik dapat mengganggu jalur penerbangan. Namun, keputusan tergantung pada arah angin dan intensitas letusan.

Q: Apa itu awan panas guguran?

A: Awan panas guguran adalah campuran gas, abu, dan material vulkanik panas yang meluncur cepat dari puncak gunung.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya