Liputan6.com, Jakarta - Jelang Pilpres 9 Juli mendatang, setidaknya ada 40% swing voters atau suara mengambang yang belum menentukan pilihan. Karena itu, kesempatan bagi dua pasangan capres-cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla, untuk merebut suara dari kelompok ini.
Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan, 40% swing voters itu tidak masuk kategori golput alias golongan putih. Tapi mereka belum menentukan pilihan.
"Mereka yang belum menentukan pilihan itu biasanya adalah orang-orang lebih terdidik, yang tidak mudah percaya dengan kampanye hitam, dan juga tidak fanatik," kata Hamdi di sela acara diskusi bertajuk Kebebasan Pers: Agenda Jokowi atau Prabowo?, di Jakarta, Sabtu (31/5/2014).
Berdasarkan survei, kata Hamdi, tingginya angka swing voters ini karena masih menunggu visi-misi kedua pasangan capres tersebut. "Apa pasangan itu mampu meyakinkan mereka dalam 40 hari ke depan? Dan putaran kampanye paling menentukan."
"Mereka akan melihat seperti apa kongkretnya yang disampaikan oleh para kandidat, dan bagaimana 2 pasangan ini mampu meyakinkan pemilih (swing voters) 40%," sambung Hamdi.
Karena itu, Hamdi menyarankan, bagi kedua pasangan agar segera memaparkan visi-misi dan programnya kepada 40% pemilih yang belum menentukan pilihannya itu.
"Sehingga siapa yang memenangkan itu akan ditentukan oleh 40% swing voters ini," ujarnya.
Menurut Hamdi, tidak menutup kemungkinan swing voters ini menjadi golput, apabila kedua pasangan tidak mampu meyakinkan visi-misi dan programnya. "Tetapi saya katakan hari ini tidak bisa kita tentukan mereka itu sesungguhnya golput."
"Karena itu kan not vote, tidak memilih pada hari H, itu devinisi golput. Hari ini yang bisa dikatakan, ini orang yang belum menentukan pilihan, itu yang lebih tepat. Sehingga 40% ini akan menunggu dulu apakah akan memilih atau tidak, bisa saja tidak memilih bila keduanya tidak ada yang sreg," papar Hamdi. (Sun/Mut)