PDIP Minta Polisi Segera Periksa Penyandang Dana Obor Rakyat

Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari yakin semua yang diduga terlibat dalam black campaign melalui Obor Rakyat akan terbongkar.

oleh Oscar Ferri diperbarui 02 Jul 2014, 06:19 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2014, 06:19 WIB
obor rakyat dilarang beredar - Liputan6 Siang
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari meminta pihak kepolisian mengambil tindakan tegas dan segera memanggil dan memeriksa Riza Chalid. Sebab, Eva menuding Riza merupakan orang yang saat ini disebut-sebut sebagai salah satu `dalang` terbitnya tabloid Obor Rakyat.

Dengan memanggil dan memeriksa Riza, diyakini politisi PDIP itu, semua yang diduga terlibat dalam black campaign atau kampanye hitam melalui Obor Rakyat akan terbongkar.

"Jadi kan problemnya di polisi. Kami sudah melaporkan kalau Obor Rakyat bukan produk jurnalis, berarti polisi yang membiarkan orang melakukan caci maki, black campaign, itu semua kenapa dihalalkan? Periksa saja, semua akan terbongkar," kata Eva di Jakarta, Selasa (1/7/2014).

Politisi PDI Perjuangan itu juga sangat menyayangkan kepolisian tidak memprioritaskan Pasal 44 Undang-Undang Pilpres yang mengatur tentang aturan main dalam proses pemilu presiden dan wakil presiden. Selain itu, kata dia, tak seharusnya perbuatan kriminal seperti itu dibiarkan berlarut-larut.

"Jelas bahwa polisi membiarkan tindakan fitnah, rasis, membolehkan isu SARA. Kalau dibiarkan artinya polisi gagal mengamankan jalannya pemilu yang bersih," ujarnya.

Sementara itu, merujuk pemberitaan Media Indonesia yang menyebut bahwa Riza Chalid adalah pendana tabloid Obor Rakyat, Direktur Utama Aliansi Perkuat Aspirasi Masyarakat Indonesia (Pertamina) Syafti Hidayat angkat bicara.

Menurut Syafti, wajar saja Riza melakukan demikian. Sebab kata Syafti, Riza merupakan orang dekat Hatta Rajasa dan penyandang dana ke MH.

Nama terakhir adalah pekerja media senior yang ditugasi Riza untuk mengelola dan menjalankan bisnis tabloid tersebut. MH sendiri saat ini diketahui menjadi salah satu anggota Tim Pemenangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Sementara Hatta, kata Syafti, merupakan orang yang selama ini memberikan akses untuk Riza bermain di sektor migas (minyak dan gas bumi) di Tanah Air. "Menurut investigasi kami, bukan hanya membiayai tabloid Obor tetapi kampanye capres tertentu," kata Safti.

Syafti menganalogikan bahwa burung sejenis selalu terbang bersama. Karena itu, mafia migas akan berdampingan akrab dengan mafia di bidang lain, termasuk mafia agitasi melalui penulisan provokasi yang tak bisa dianggap sebagai karya jurnalistik.

"Jika Riza Chalid membiayai serangan-serangan kepada Jokowi, tak perlu heran. Mengapa, karena Riza berada di lingkungan `burung sejenis` yang pada pokoknya menggunakan kampanye hitam. Air tak bisa bersatu dengan minyak, jadi air ke air atau minyak ke minyak," ujarnya.

Membantah

Saat dimintai konfirmasi, MH membantah dirinya ada hubungan kerja dengan Riza. Dia berdalih menghormati proses hukum di kepolisian.

Sementara para petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) dan orang dekat Hatta juga membantah dengan tegas tudingan tersebut. Wakil Ketua Umum DPP PAN Dradjad Wibowo mengatakan Hatta sama sekali tidak berkaitan dengan majalah tersebut.

"Kalau untuk urusan politik sekrusial ini, para pimpinan di DPP pasti tahu. Gosip yang muncul tersebut adalah kampanye hitam terhadap Bang Hatta," kata Dradjad.

Sementara Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi juga menegaskan, bahwa tim pemenangan Prabowo-Hatta sama sekali tidak mengetahui proses pembuatan dan pemilik tabloid Obor Rakyat itu.

Ditegaskan Viva, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk menangani masalah tersebut. Pun begitu dengan Riza dan tabloid Obor Rakyat, tim kampanye pasangan Prabowo-Hatta tidak ada yang mengenalnya.

"Soal kedekatan dengan Riza, saya tidak tahu dan tidak kenal Riza. Tim Prabowo-Hatta juga tidak kenal dengan tabloid Obor itu," pungkas Viva.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya