Kitab Mujarobat, Pedoman Islam Aboge Purbalingga Tentukan Idul Fitri

Umat Islam Aboge di Purbalingga baru melaksanakan Salat Id pada pagi ini, telat sehari dari keputusan pemerintah.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 16 Jun 2018, 18:20 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2018, 18:20 WIB
Kitab Mujarobat, Pedoman Muslim Aboge Purbalingga Tentukan Idul Fitri
Umat Islam Aboge di Purbalingga baru melaksanakan Salat Id pada pagi ini, telat sehari dari keputusan pemerintah. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Probolinggo - Muslim aboge di Probolinggo, Jawa Timur, baru melaksanakan Salat Id pada Sabtu (16/6/2018) pagi. Perayaan itu selisih satu hari dari yang ketetapan pemerintah, pada Jumat, 15 Juni 2018.

Para jemaah Aboge sejak turun-temurun berpedoman pada kalender Islam dan perhitungan Jawa kuno, yakni kitab mujarobat, untuk menentukan waktu Idul Fitri.Mereka tersebar di tujuh desa di Kabupaten Probolinggo. Salah satunya puluhan warga di Desa/Kecamatan Leces.

Puluhan jemaah melaksanakan salat Idul Fitri tepat pukul 6 pagi waktu setempat. Seperti Salat Id pada umumnya, pada rakaat pertama tujuh kali takbir dan rakaat kedua lima kali takbir.

Baik bacaan, maupun tata cara beribadah, tidak ada yang berbeda dengan muslim pada umumnya. Perbedaan hanya terletak pada cara penghitungan waktu awal puasa, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Jemaah aboge ini perpedoman pada kitab mujarobat atau kitab Jawa kuno untuk menentukan perhitungan waktu itu. Aboge sendiri diambil dari kata alif - rabu – wage.

"Untuk tahun ini, perhitungan penetapan lebaran jemaah aboge adalah wal jiro. Artinya, satu Syawal jatuh pada hari loro atau tanggal kedua dari bulan Hijriyah. Sehingga, lebaran jemaah aboge jatuh pada hari Sabtu pahing tanggal 16 juni 2018," jelas tokoh agama Aboge Leces, Kyai Buri Mariye.

Usai menggelar Salat Id, acara dilanjutkan dengan saling bermaaf-maafan antarwarga. Kemudian, mereka selamatan dengan makan tumpeng yang dibawa masing-masing. Makan bersama merupakan simbol untuk meruwat bulan Syawal.

Salah satu warga, Budin menyebut, Islam aboge ini sudah ada sejak jaman kakek buyutnya. Bertahan hingga saat ini karena memang diwariskan dari generasi ke generasi. Di Probolinggo, ratusan jemaah aboge tersebar di tujuh desa di empat kecamatan, yakni Kecamatan Leces, Dringu, Bantaran, dan Kuripan.

Hingga saat ini, muslim aboge hidup berdampingan dengan umat muslim maupun agama lain. Tidak pernah ada pertentangan, karena memang berprinsip pada Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya