Selandia Baru Perketat Keamanan di Berbagai Masjid Selama Ramadan 2019

Selama puasa Ramadan 2019, kepolisian Selandia Baru akan memperketat pengamanan di masjid-masjid.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Mei 2019, 04:20 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2019, 04:20 WIB
Salat Jumat di Selandia Baru
Umat muslim menunaikan salat Jumat di Hagley Park, Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (22/3). Salat Jumat digelar di Taman Hagley yang terletak di seberang Masjid Al Noor yang menjadi salah satu lokasi insiden teror pada 15 Maret lalu (AP/Mark Baker)

Liputan6.com, Wellington - Bulan puasa Ramadan kali ini terasa berbeda bagi umat Muslim di Selandia Baru. Pengamanan akan dikerahkan di berbagai masjid utama di seantero Negeri Kiwi, guna memastikan kegiatan ibadah berjalan aman dan lancar.

Seluruh jamaah yang hendak beribadah di masjid akan melalui proses pemeriksaan menyeluruh pada tubuh dan barang bawaannya, demikian sebagaimana dikutip dari situs New Zealand Herald pada Jumat (3/5/2019).

Imam Masjid Baitul Muqeet di Wellington, Shafiq ur Rehman, mengatakan polisi --yang telah menjaga masjid setiap hari sejak serangan Christchurch pada 15 Maret-- telah pergi menyusul tingkat kewaspadaan yang diturnkan pekan lalu.

"Tetapi, petugas bersenjata akan kembali berjaga di depan masjid selama bulan suci Ramadan," ujar Rehman, seraya menyebut bahwa masjid besar di seantero Selandia Baru berjumlah sekitar 60 titik.

Sementara itu, Ramadan di Selandia Baru diperkirakan akan dimulai pada tanggal 6 Mei, dan selesai pada 4 Juni mendatang. Idul Fitri sebagai akhir dari ibadah puasa, akan berlangsung sehari setelahnya.

 

 

Tujuan Populer Umat Muslim Saat Ramadan

Masjid Al Noor Christchurch, Selandia Baru
Masjid Al Noor Christchurch, Selandia Baru (dok. YouTube/Isha Masoodi)

Selandia Baru adalah salah satu tujuan populer bagi wisatawan Muslim setiap kali datang bulan suci Ramadan. Alasannya adalah karena berpuaasa di negara ini umumnya lebih pendek dari berbagai belahan dunia lainnya.

Ramadan, selama beberapa tahun terakhir, telah berlangsung selama hari-hari musim dingin terpendek, yang berarti umat Islam di sini puasa kurang dari 12 jam.

Hal ini berbeda jauh dengan lamanya berpuasa di Asia Tenggara selama rata-rata 13 jam, dan Eropa yang mencapai lebih dari 19 jam.

Sementara itu, level ancaman teror di Selandia Baru telah diturunkan menjadi "sedang" pada 17 April lalu, setelah lebih dari sebulan sebelumnya, pemerintah menetapkan siaga aktif pasca-teror penembakan dua masjid di Christchurch, yang menewaskan 51 orang.

Penurunan status tersebut berarti bahwa "serangan teroris kemungkinan terjadi", tetapi polisi tidak perlu secara rutin bersiaga dengan senjata api.

Rahasia Keamanan

Dinding Manusia Lindungi Jemaah Salat Jumat
Aparat kepolisian melakukan penjagaan saat pelaksanaan salat Jumat di Hagley Park luar masjid Al-Noor, di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (22/3). Ibadah itu digelar sepekan selepas penembakan brutal di kota Christchurch. (Marty MELVILLE / AFP)

Seorang juru bicara kepolisian Selandia Baru, mengatakan mereka tidak dapat mengomentari penyebaran spesifik, atau membahas informasi keamanan di hadapan publik.

Namun, dia mengatakan keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas dan kehadiran staf kepolisian akan ditingkatkan selama bulan suci Ramadan.

"Kami akan terus menempatkan staf bersenjata di situs-situs yang berisiko terandam serangan teror, dan melakukan serangkaian langkah-langkah keamanan ketat," katanya.

"Situs-situs ini mungkin termasuk gereja, sinagog, masjid, dan acara-acara besar," tambah juru bicara terkait.

Kepolisian Selandia Baru juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan setiap perilaku yang mencurigakan dengan menelepon layanan darurat 111.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya