Jelang Lebaran, Sosialisasi Uang Palsu Diminta Lebih Gencar Lagi

Pemerintah diminta harus lebih mengintensifkan pelayanan terpadu khusus peredaran uang di tengah-tengah masyarakat.

oleh Muhammad Ali diperbarui 03 Jun 2019, 06:09 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2019, 06:09 WIB
Ilustrasi Uang Palsu 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi uang palsu.

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) meminta ketegasan Pemerintah untuk serius menangani peredaran uang palsu saat jelang lebaran. Hal ini lantaran dapat meresahkan masyarakat.

"Peredaran uang palsu merusak sendi-sendi ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, kementerian keuangan di bawah pimpinan Sri Mulyani harus bergerak cepat dengan semakin gencar melakukan sosialisasi tentang perbedaan uang asli dengan uang palsu," ujar Bendahara Umum PB HMI, M Romadhoni Putra dalam keterangannya, Senin (3/6/2019).

Selain itu menurutnya, pemerintah harus lebih mengintensifkan pelayanan terpadu khusus peredaran uang di tengah-tengah masyarakat. Hal ini bisa melibatkan BUMN yang khusus bekerja pada wilayah perbankan dan peredaran rupiah.

"Kementerian keuangan agar segera menindak tegas dalam memberantas hantu uang palsu dan serta sanksi untuk mafia yang bermain di dalamnya," ujar pria asal Jambi ini.

Dia menambahkan, sikap ini bukan semata-mata hanya agar masyarakat dapat terhindar dari bahaya peredaran uang palsu. Selain itu, juga dilakukan dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat terhadap rupiah yang merupakan alat transaksi ekonomi yang sah.

"Juga sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional," ucap dia.

 


Tukar Uang di Tempat Resmi

Penukaran Uang untuk Lebaran di IRTI Monas
Warga menunjukkan uang pecahan hasil penukaran di mobil kas keliling dari sejumlah bank di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Rabu (15/5/2019). Layanan penukaran uang pecahan oleh sejumlah bank yang dimulai Senin (13/5/2019) langsung diminati warga untuk keperluan Lebaran. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi sebelumnya mengatakan selain di Jakarta, pihaknya juga membuka layanan penukaran uang di 2.941 titik seluruh Indonesia. Layanan penukaran uang itu naik signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 1.176 titik.

"Tempat penukaran uang sekarang berapa titik, tahun lalu 1.176 titik sekarang kita tingkatkan jadi 2.941 titik. Ternyata Kepulauan Riau mendadak ingin ikutan tambah titik 46. Sekarang jumlahnya 2.941 titik se-Indonesia," ujarnya di Monas, Jakarta, Jumat 17 Mei 2019.

Rosmaya melanjutkan, bank sentral sangat mendukung penambahan titik-titik resmi penukaran uang. Hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk menekan peredaran uang palsu dan menghindari jasa penukaran uang yang merugikan masyarakat.

"Kenapa BI semangat titik-titik penukaran ditambah, karena kita ingin sekali hapuskan kegiatan orang tak bertanggung jawab untuk uang palsu. Jaman begini kan ada aja uang palsu. Supaya masyarakat nukar di tempat resmi jangan di pinggir jalan," ujar dia.

Rosmaya mengimbau agar masyarakat tetap memperhatikan keaslian uang yang diperoleh ketika sudah ditukarkan. Cara mengetahui keaslian uang dapat dilakukan dengan langkah 3D yaitu dilihat, diraba dan diterawang.

"Saya imbau masyarakat tukar lah uang di tempat resmi penukaran perbankan dan yang ditetapkan BI kas kelilingi. Wilayah 3T pun kita layani. Kemudian lihat ciri-ciri keaslian Rupiah harus lihat ciri-ciri keasliannya. Kita sudah edukasi bahwa ciri-cirinya banyak mulai benang pengaman, gambar, macam-macam, jenis kertas. Kalau keaslian 3D, dilihat, diraba, diterawang," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya