Kuota Bertambah, Petugas Haji Siapkan Tim Mobile Crisis Rescue

Tim MCR petugas haji akan berada di pos-pos stasioner dan pos ad hoc di satuan tugas Armuzna.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2019, 09:20 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 09:20 WIB
Petugas haji Indonesia mengarahkan jemaah haji ke bus. Foto: Darmawan/MCH
Petugas haji Indonesia mengarahkan jemaah haji ke bus. Foto: Darmawan/MCH

Liputan6.com, Jakarta - Dikarenakan adanya penambahan kuota jemaah haji Indonesia dari 221.000 menjadi 231.000 atau sebesar 10 ribu orang, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi petugas haji. Terutama saat puncak haji di Arafah, Mudzalifah, dan Mina (Armuzna).

Dilansir dari keterangan tertulis Kementerian Agama dari laman resminya www.kemenag.go.id, Jumat (26/7/2019), Kepala Satuan Operasional Armuzna, Jaetul Muchlis mengatakan, penambahan kuota haji ini sangat berpengaruh pada kondisi lapangan nantinya.

Dirinya mengaku telah mengantisipasi dengan menyosialisasikan strategi yang diterapkan pada 2019 ini untuk para petugas yang tergabung dalam Panita Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Non Kloter.

Selain itu, Jaetul beserta tim juga akan menempatkan petugas di pos-pos stasioner dan pos ad hoc di satuan tugas Armuzna. Pihaknya juga telah menyiapkan tim mobile crisis rescue (MCR).

"Tim mobile crisis ini sekitar 220 orang dengan berbagai unsur, yaitu unsur perlindungan jemaah, unsur tim gerak cepat kemenkes, ada P3JH nya Kementerian Agama dan juga teman-teman dari Media Center Haji juga akan terlibat di situ," ujar Jaetul.

Menurutnya, MCR merupakan gerak sinergi petugas dari berbagai instansi sebagai salah satu bentuk antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan ibadah haji.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Siaga 24 Jam

Jemaah Haji
Tim Petugas Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (P3JH) Kementerian Agama mencatat, adanya peningkatan jumlah jemaah haji yang terpisah dari rombongannya. . (Dok Tim Petugas Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (P3JH) Kementerian Agama)

Jaetul menjelaskan, untuk penanganan di Mina, tim MCR akan bertugas selama 24 jam untuk mendeteksi dini kemungkinan-kemungkinan potensi rawan yang terjadi kepada jemaah haji Indonesia.

"Mina memang menjadi primadona sebagai harus kita siasat dengan baik, ke mana kita escape-nya, ke mana kita memetakan pergerakan jemaah," kata dia.

Sebagai salah satu bentuk antisipasi, Jaetul juga mengimbau kepada jemaah lansia, berkemampuan fisik terbatas, untuk mewakilkan prosesi lempar jumrah.

"Kalau pun ingin melontar, kita arahkan agar melontar jumrah di hari kedua atau hari ketiga, tidak di hari kritis dan jam kritis," pungkasnya.

 

Reporter : Nabila Bilqis

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya