Liputan6.com, Jakarta - Fenomena dukun di Indonesia tampaknya seusia dengan sejarah. Sejak zaman lampau, orang-orang pintar yang lazim disebut dukun kerap mewarnai peri kehidupan masyarakat.
Hingga zaman modern eksistensi dukun masih terjaga, meski tak sejaya zaman dulu. Bahkan, ada yang memanfaatkan 'kepintarannya' untuk berlaku culas dan bertindak kriminal.
Seperti kasus dukun maut di Banjarnegara, Slamet Tohari alias Mbah Slamet. Dukun pengganda uang ini tega membunuh kliennya sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Kasus dukun maut ini terungkap usai salah satu keluarga korban, PO, asal Sukabumi melaporkan kejanggalan dan dugaan tindak kriminal yang dilakukannya. Belakangan terkuak, sudah ada 12 korban Mbah Slamet. Semuanya sudah tak bernyawa.
Dalam Islam, praktik perdukunan jelas dilarang. Ini setara dengan sihir dan turunannya.
Namun bagitu, tak dipungkiri, masih banyak umat Islam yang terjerumus praktik perdukunan. Ada yang motif kesehatan, kekayaan, jodoh, dan lain sebagainya.
Karena itu, penting diketahui beda antara kiai dengan dukun. Berikut ini adalah cara membedakan antara kiai yang menganut ilmu putih dan dukun penganut ilmu hitam.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Beda Kiai dengan Dukun
Mengutip laman NU Online, pengasuh Pondok Pesantren Al-Firdaus Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, KH Qomarul Huda (Kiai Omang) memberikan tips atau cara membedakan antara kiai yang menganut ilmu putih dan dukun penganut ilmu hitam. Perbedaan itu terdapat pada amalan-amalan yang diberikan hingga pemasangan tarif berbayar.
Menurutnya, kiai pasti mengajarkan orang lain agar berbuat baik. Salah satunya memberikan amalan-amalan atau wirid untuk dibaca secara rutin dengan tujuan mendapatkan hal-hal baik sesuai syariat.
"Misalnya wirid untuk dibaca setiap habis shalat lima waktu. Sebetulnya dia (pasien) nggak sadar, bahwa kiai memerintahkan untuk shalat," jelas Kiai Omang, dikutip dari nu.or.id, Rabu (6/4/2023).
Jika seseorang memiliki hajat tertentu maka secara otomatis akan punya semangat untuk mengamalkan wirid yang diberikan kiai. Namun untuk mengamalkan wirid itu, terlebih dulu harus menjalankan shalat lima waktu.
"Itu taktiknya kiai begitu. Kalau dukun kan tidak," ungkap Kang Omang, kiai ahli hikmah dari Buntet Pesantren Cirebon yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit secara spiritual.
Perbedaan lain antara kiai ilmu putih dan dukun ilmu hitam adalah media yang digunakan. Para kiai biasanya membacakan doa-doa tertentu, lalu meniup air yang ada di dalam wadah. Air doa itu kemudian diminum sebagai washilah penyembuhan.
"Kalau dukun biasanya pakai keris. Ini medianya. Ini barangkali memang kultur kita. Keris itu adalah peninggalan nenek moyang, ciri khas orang Indonesia. Tapi kadang disalahgunakan," terang Kiai Omang.
Â
Advertisement
Tinggalkan Praktik
Kemudian, hal yang membedakan lain adalah soal ajakan. Kalau kiai yang memang menganut ilmu putih, maka akan memberikan ajakan yang mengarah pada kebaikan, pendekatan kepada Allah, dan menjauhi hal-hal buruk yang bertentangan dengan syariat.
Sebaliknya, dukun penganut ilmu hitam tidak akan mengajak pada kebaikan. Bahkan dukun-dukun ilmu hitam itu tak segan-segan melukai dan menyakiti orang lain.
"Kalau tidak tahu, tidak terkena hukum. Setelah tahu kemudian ngulang, maka itu salah. Ketika kita tahu ajarannya sudah melenceng, ya kita tinggalkan," jelas Kiai Omang.
Terakhir, perbedaannya adalah tarif. Para kiai ahli hikmah yang memiliki ilmu putih tidak akan pernah memasang tarif. Mereka akan secara ikhlas memberikan doa-doa dan membantu orang lain untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Tim Rembulan