Gunakan Kalender Aboge, Kejawen di Cilacap Lebaran Idul Fitri Minggu 23 April 2023

Gunakan Kalender Aboge, Kejawen di Cilacap Lebaran Idul Fitri Minggu 23 April 2023

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2023, 08:30 WIB
Muji Dzikir Sadran digelar di Pasemuan atau tempat ibadah penganut Islam Kejawen di Desa Kalikudi, Cilacap menjelang Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Muji Dzikir Sadran digelar di Pasemuan atau tempat ibadah penganut Islam Kejawen di Desa Kalikudi, Cilacap menjelang Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Penganut Islam Kejawen dan pelestari adat di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah akan lebaran Idul Fitri pada Minggu, 23 April 2023.

Ketua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS), Nakam Wimbo Prawiro mengatakan dalam penanggalan Alif Rebo Wage (Aboge), tahun ini adalah tahun He. Pada tahun He, lebaran Idul Fitri pasti jatuh pada hari Minggu.

“Kalau lebaran sini, perhitungan Aboge, ya nanti pada Sabtu malam Minggu. Nanti, kalau adat Abogenya itu yang ada pada hari Minggunya. Ya tahun He ya Hehas Pon," katanya, Kamis (20/4/2023).

Dia menjelaskan, lantaran menggunakan kalender qamariyah atau bulan, maka pergantian hari terjadi pada petang. Artinya, lebaran Idul Fitri Kejawen Kalikudi akan dimulai pada Sabtu pasaran Pon sore, saat tenggelamnya matahari.

"Tahun ini kan tahun He, kayak gitu, sesuai perhitungan itu, otomatis perhitungannya nanti lebarannya ya hari Minggu,” dia menjelaskan.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Toleransi Ratusan Tahun

Ilustrasi - Penganut Islam Kejawen dan penghayat kepercayaan dalam ritual di Pasemuan (tempat ibadah). (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Penganut Islam Kejawen dan penghayat kepercayaan dalam ritual di Pasemuan (tempat ibadah). (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Nakam mengemukakan, dalam tradisi di PRKRS, pada lebaran Idul Fitri, para anak putu akan sungkem bekten di Pasemuan.

Sungkem bekten adalah tradisi bersalaman yang muda kepada yang tua. Selanjutnya, acara tersebut ditutup dengan selamatan atau muji.

Di sisi lain, anak putu juga tetap mengikuti tradisi Idul Fitri masyarakat umum.

"Silaturahmi dengan masyarakat ikut pemerintah. Hari Sabtu," dia mengungkapkan.

Nakam juga mengungkapkan, kendati ada perbedaan dalam penentuan hari besar, tak pernah ada masalah di tengah masyarakat. Antara muslim, kejawen, pelestari adat atau agama lainnya bisa hidup rukun.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya