Liputan6.com, Jakarta - n Ternyata sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib bernah kehilangan seokor kuda yang biasa digunakan sehari-hari sebagai kendaraan tunggangan.
Hilangnya kuda sahabat Nabi SAW ini, membawa hikmah tersendiri. Kita sebagai penerusnya, bisa meneladani kisah tersebut.
Ternyata, kunci dari hikmah kisah tersebut adalah sabar.
Advertisement
Rezeki itu pasti akan datang kepada penerimanya, hanya saja mau bersabar dan berusaha atau tidak untuk menerimanya. Jika tidak bisa bersabar bisa saja rezeki yang mulanya halal menjadi haram.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Saat Kuda Ali bin Abi Thalib Dicuri
Mengutip Hidayatuna.com alkisah, suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib sedang bepergian ke rumah salah seorang sahabat dengan menaiki seekor kuda. Sesampainya di depan rumah, Sayyidina Ali masuk kedalam menemui seorang sahabat tersebut dan menitipkan kudanya kepada seorang yang berada diluar.
Sayyidina Ali: “Wahai Tuan, Aku nitip kuda ini ya tolong dijagakan.”
Keluar dari rumah sahabatnya didapati kuda dan orang yang tadi berada diluar hilang sudah tidak ada ditempat. Sayyidina Ali pun mencari kemana perginya orang dan Kudanya itu.
Di tengah perjalanan Sayyidina Ali mendepati kudanya sedang terlepas dan barang-barang yang ada di kudanya sudah tidak ada.
Ternyata orang yang tadi disuruh menjaga kudanya Sayyidina Ali sengaja melepas kuda tersebut dan mengambil barang-barang yang ada di kuda itu lalu di jual di pasar.
Advertisement
Orang yang Memakan Barang Haram
Ketika Sayyidina Ali melewati pasar, Sayyidina Ali melihat barang-barangnya yang tadi hilang berada di sebuah lapak di Pasar. Beliau mendekati dan bertanya kepada penjaga lapak di pasar tersebut.
Sayyidina Ali: “Wahai Tuan, dari mana kamu mendapatkan barang-barang ini, ini barang-barang saya yang barusan hilang.”
Penjaga lapak: “Maaf tuan, barusan ada orang yang menjual kesini”.
Sayyidina Ali: “Kamu hargai berapa tadi barang-barang ini”.
Penjaga lapak: “3 dirham”
Sayyidina Ali: “Padahal saya tadi akan memberi upah kepada orang yang menjaga kuda saya 3 dirham, andai saja dia mau bersabar pasti dia akan mendapat yang halal”.
Orang yang memakan barang haram tidak akan mendapatkan ketenangan pikiran, kedamaian dan ketentraman hati. Sebaliknya yang berasal dari yang halal akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan ketentraman. Rezeki sudah ditetapkan, hanya saja kita mau menjemput dengan cara yang halal atau yang haram.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul