Liputan6.com, Jakarta - Dalam hubungan suami istri ada pasang surutnya, termasuk didalamnya hubungan badan. Dengan berbagai alasan terkadang banyak kita temui kasus istri yang menolak hubungan intim.
Ekstremnya sering kita jumpai pula di berita suami siksa istri karena tolak hubungan badan, tak jarang juga yang berujung kasus hukum.
Lalu bagaimana hukum, dan baiknya agar kasus hukum atau penyiksaan yang merugikan perempuan ini bisa diminimalisir bahkan terhapuskan.
Advertisement
Dalam membina bahtera rumah tangga, tentu setiap pasangan harus memiliki komunikasi baik dalam segala hal, khususnya dalam hal hubungan suami istri.
Baca Juga
Soal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Gus Rifkil Muslim menjelaskan dengan gamblang.
Simak Video Pilihan Ini:
Paling Penting Adalah Komunikasi
Mengutip tayangan video NU Online Gus Rifkil Muslim mengatakan, hukum seorang istri menolak untuk melayani suaminya tidak serta-merta menjadi sebuah senjata bagi suami.
Maka dari itu, komunikasi yang baik sangat dibutuhkan sebab boleh jadi istri sedang mengalami kendala.
“Dalam rangka untuk menghasilkan keturunan, ini sebenarnya terlepas yang dikatakan seorang istri tidak boleh menolak suaminya, hal itu jangan dijadikan sebuah senjata untuk suami,” ungkap Gus Rifkil.
Advertisement
Rasa Terpenting yaitu Saling Membutuhkan
Gus Rifkil mengatakan hubungan suami istri itu harus didasarkan rasa saling membutuhkan, merasa nyaman dan saling menikmati.
“Jadi saya tidak setuju dengan bahasa minta jatah, karena sebenarnya wanita pun juga menikmatinya. Hal itu kebutuhan biologis yang sama-sama membutuhkan,” jelasnya.
Dalam kasus ini, komunikasi yang baik akan menimbulkan rasa nyaman. Tidak ada satu pihak yang merasa terbebani atau merasa tidak nyaman.
Awas Dosa Besar, Laknatnya Sampai Subuh
“Hanya saya selalu bilang ke istri saya, kita selalu mengkomunikasikan dulu. Walaupun saya selalu siap, saya bilang karena biar istri saya mendapatkan pahala yang lebih banyak. Saya selalu menyarankan istri saya, menawari saya dulu. Sunahnya seperti itu,” ujar Gus Rifkil.
Ia juga mengingatkan bahwa seseorang istri yang tidak mau melayani suaminya bisa dikategorikan sebagai dosa besar, bahkan malaikat melaknat istri yang seperti itu.
“Jadi ketika laki-laki meminta ke istrinya tidak mau. Itu dikatakan dosa dan bahkan dikatakan malaikat sampai subuh melaknat istri tersebut,” ucapnya.
Namun demikian, sebagai pasangan suami istri harus memiliki rasa toleransi, saling memahami. Maka dari itu, perlu adanya komunikasi yang baik.
Advertisement
Begini Menurut Kitab Fathul Izzar ataupun Qurrotul Uyyun
“Makanya bahasanya capek nggak, mau nggak saya selalu bilang ayo dong, kamu yang nawarin,” katanya.
Menurut Gus Rifkil jika kondisi yang satu sedang capek, maka tidak perlu dipaksakan. Kalau dipaksakan tidak akan klimaks dan kepuasannya akan berbeda. Keduanya harus prima.
“Makanya dalam kitab Fathul Izzar ataupun Qurrotul Uyyun, jangan langsung to the point tetapi juga dimulai dari adanya foreplay dulu dengan berbagai introduce yang romantis dan lain sebagainya, sehingga keduanya nyaman,” tandasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul