Liputan6.com, Jakarta - Proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di tengah memanasnya konflik Palestina-Israel tidaklah mudah. Hal tersebut dialami oleh salah satu keluarga WNI yang tinggal di Gaza, bahkan menyaksikan langsung kekejaman Israel terhadap warga sipil Palestina.
Keluarga WNI di Palestina yang berhasil dievakuasi belum lama ini adalah keluarga Abdillah Onim atau Bang Onim. Ia beserta tiga anak dan istri tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (6/11/2023) lalu.
Aktivitas kemanusiaan Palestina sekaligus pendiri Nusantara Palestina Center (NPC) itu menceritakan perjalanan panjang evakuasi keluarganya dari Gaza, Palestina ke Indonesia di YouTube Need A Talk.
Advertisement
Baca Juga
“Sebenarnya istri saya, Ibu Raja juga anak-anak sampai tiba di sini belum percaya bisa hadir di Indonesia dalam situasi gempuran peperangan yang saat ini ganas di Gaza,” katanya dalam podcast yang dipandu Atta Halilintar, dikutip Senin (13/10/2023).
Pria yang sudah 13 tahun di Gaza itu menceritakan sulitnya proses evakuasi yang memakan waktu hingga 20 hari. Bukan soal administrasi saja, perjuangannya keluar dari Palestina harus melewati perjalanan yang tengah dibombardir oleh Israel.
“Jadi proses evakuasi bukan tiga hari saja, tapi proses evakuasi 20 hari. 80 persennya itu kami tidak bisa keluar dari rumah karena dibombardir sana-sini kayak hujan. Jadi bukan di satu titik saja,” ungkapnya.
“Bahkan bom (Israel) jatuh tidak jauh dari kediaman Bang Onim. Alhamdulillah atas izin Allah SWT kami masih diberikan kesempatan,” lanjutnya.
Sakskan Video Pilihan Ini:
Berkomunikasi Intens dengan Kemlu RI
Bang Onim berterima kasih kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi yang telah membantu selama proses evakuasi. Ia menyebut Menlu Retno sudah berkomunikasi sejak sepekan setelah peperangan Hamas-Israel memanas pada 7 Oktober 2023.
“Bu, (melihat) situasi kayaknya Bang Onim dan anak-istri harus keluar dari Gaza karena ini situasinya semakin parah,” katanya kepada Menlu Retno.
“Oh iya Bang Onim nanti saya koordinasikan dengan teman-teman kedutaan RI di Kairo, Yordania, Libanon, dan Damaskus. Alhamdulillah mereka menunggu Bang Onim di perbatasan untuk berkoordinasi juga,” sambungnya menirukan percakapan dengan Menlu Retno kala itu.
Bang Onim mengatakan, selama 20 hari ia terus berkomunikasi dengan Kemenlu RI agar bisa keluar dari Palestina. Namun, penyerangan Israel yang dilakukan di beberapa titik membuat keluarga Bang Onim tak kunjung dievakuasi.
“Hari terakhirnya, hari ketiga itu memang saya berhasil keluar. Akan tetapi, baru di tengah jalan sudah pemboman sana-sini. Akhirnya kami harus mundur. Saya bilang ke Bu Retno, saya harus pulang ke rumah,” ceritanya.
Advertisement
Perjalanan ke Rafah Dihujani Bom Israel
Bang Onim dan keluarga terus mencoba keluar dari Palestina di hari-hari berikutnya. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Rafah (perbatasan Gaza-Mesir) untuk keluar dari Palestina.
“Pada hari terakhir benar-benar ambil keputusan dan saya bertanya ke istri saya, bismillah kita berangkat gak nih. Kata istri saya, kalau kita gak keluar hari ini otomatis kita tidak akan punya jalur untuk menyelamatkan diri,” tuturnya.
“Terus gimana? Ya sudah, haqqul yaqin kita minta kepada Allah SWT. Tapi ada dua pilihan ya. Lolos ke perbatasan atau meninggal dunia, surga. Itu keputusan yang harus diambil dalam situasi pemboman sana-sini,” katanya.
Ketika akan ke Rafah, keluarga Bang Onim diikuti oleh warga gaza. Ada sekitar delapan kendaraan warga sipil yang membuntuti perjalanan keluarga Bang Onim.
“Saya tidak mengajak mereka, tapi mereka lihat Bang Onim mau keluar nih. Begitu keluar, sekitar 10 menit dekat pantai itu tiba-tiba sudah muncul pihak Israel. Ada sniper juga. Ternyata saya lihat ke belakang, delapan kendaraan tadi itu langsung meninggal semua,” ungkapnya.
“Itu benar-benar terlihat. Kiri kanan banyak meninggal. Minta tolong-tolong. Dan kendaraan Bang Onim pun ditembak. Makanya istri saya menunduk sambill berdzikir dan bertawakal kepada Allah SWT,” lanjut dia.
“Saya bilang ke sopir, tancap gas dan siapapun ditabrak untuk menyelamatkan diri kami. Siapapun ditabrak. Dalam pikiran saya, di depan saya ini pasti ada tank Israel. Kalau ada kan langsung ditembak, selesai di situ,” tambah bapak tiga anak ini.
Akhirnya, Bang Onim dan keluarga berhasil dievakuasi di tengah gempuran Israel. Ia bersyukur terlebih tank-tank Israel jauh dari jalan yang dilewatinya. Kini mereka sudah ada di Indonesia dan tinggal di Jakarta.