Arti Takjil yang Sebenarnya, Ketahui Asal Usul dan Pahala Berbagi Takjil

Berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam, takjil sebenarnya adalah sarana untuk mengistirahatkan perut dan menstabilkan gula darah setelah seharian berpuasa.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 01 Apr 2024, 17:15 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2024, 17:15 WIB
Donasi takjil atau makanan
Berbagi takjil kepada mereka yang berpuasa di bulan Ramadan. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang memiliki pemahaman yang salah tentang arti takjil. Mereka beranggapan bahwa takjil adalah makanan kecil yang dikonsumsi segera setelah berbuka puasa, terutama makanan manis seperti kolak pisang, sup buah, es campur, dan lain sebagainya. Namun, jika kita melihat makna sebenarnya dari takjil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya tidaklah seperti itu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, takjil secara harfiah berarti "mempercepat". Dalam konteks berpuasa, takjil merujuk pada tindakan mempercepat waktu berbuka puasa dengan mengonsumsi makanan atau minuman. Jadi, takjil bukan hanya sekadar makanan manis yang dijadikan camilan setelah berpuasa, tetapi juga bisa berupa makanan atau minuman apapun yang dijadikan sebagai penutup puasa sebelum makan utama.

Berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam, takjil sebenarnya adalah sarana untuk mengistirahatkan perut dan menstabilkan gula darah setelah seharian berpuasa. Oleh karena itu, takjil memiliki fungsi yang penting dalam menjaga kesehatan selama berpuasa. Meskipun makanan manis sering digemari sebagai takjil, namun kita juga bisa memilih makanan atau minuman yang lebih sehat dan bergizi sebagai takjil, seperti buah-buahan segar, air kelapa, atau susu rendah lemak.

Dengan memahami arti takjil yang sebenarnya, kita dapat lebih menghargai dan memilih takjil yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Sebagai umat Muslim, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dalam menjalankan ibadah puasa, termasuk dalam memilih dan mengonsumsi takjil yang tepat.

Untuk memahami takjil lebih mendalam, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (21/3/2024).

 

Arti Takjil Menurut KBBI

Takjil merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut makanan atau minuman ringan yang dikonsumsi saat berbuka puasa pada bulan Ramadan. Istilah ini berasal dari bahasa Arab yang merujuk kepada makanan atau minuman yang dimakan atau diminum untuk menyegarkan tubuh setelah berpuasa seharian penuh. Takjil sering kali merupakan hidangan manis atau berenergi tinggi agar dapat memberikan energi dan gizi bagi tubuh setelah menjalani puasa. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti istilah "takjil" yakni mempercepat dalam berbuka puasa.

Dalam tradisi puasa di Indonesia, takjil menjadi bagian tak terpisahkan dalam menjalani ibadah puasa. Setelah seharian menahan lapar dan haus, takjil memberikan keleluasaan bagi umat Muslim untuk memulihkan energi dan mempersiapkan tubuh untuk menuju waktu berbuka. Biasanya takjil terdiri dari makanan ringan seperti kurma, kolak, es campur, atau minuman seperti air putih atau air manis.

Latar belakang istilah takjil yang berasal dari Bahasa Arab menandakan adanya pengaruh Islam dalam budaya dan adat istiadat di Indonesia. Setiap tahunnya, umat Muslim di Indonesia merayakan bulan suci Ramadan dengan berpuasa, dan takjil menjadi simbol kebersamaan dan kenikmatan dalam menjalani ibadah puasa. Oleh karena itu, kata kunci yang relevan untuk artikel ini adalah: arti takjil, istilah asing, bahasa Arab, mempercepat berbuka puasa, takjil.

Penjelasan Makna Takjil dari Bahasa Arab

Ilustrasi es buah, takjil buka puasa
Ilustrasi es buah, takjil buka puasa. (Image by wirestock on Freepik)

Takjil adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, dengan akar kata "tajala". Dalam bahasa Arab, takjil memiliki arti menyegerakan atau mempercepat. Namun, di Indonesia, takjil memiliki makna baru yang merujuk pada makanan atau minuman yang dikonsumsi saat berbuka puasa.

Dalam konteks berpuasa, takjil memiliki arti menyegerakan berbuka, sehingga yang dikonsumsi adalah makanan atau minuman yang dapat memberikan tenaga dan menghilangkan dahaga dengan cepat setelah berpuasa sepanjang hari. Biasanya, takjil berupa makanan manis atau minuman segar yang dapat memberikan kesegaran dan energi setelah berpuasa.

Secara tradisional, takjil sering kali disajikan sebelum makan utama berbuka puasa. Makanan dan minuman takjil memiliki ragam variasi, seperti kolak, kurma, es buah, air kelapa, dan lainnya. Dalam konteks budaya Indonesia, takjil telah menjadi bagian integral dari tradisi bulan puasa, dan makanan ini juga sering dijual di pasar-pasar Ramadan.

Dari serangkaian penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa arti takjil yang sebenarnya adalah menyegerakan. Akan tetapi dalam konteks budaya Indonesia, takjil juga dipahami sebagai makanan atau minuman berbuka puasa yang nikmat dan menyegarkan.

 

Aspek Sosial dan Spiritual dari Tradisi Berbagi Takjil

Persik Kediri berbagi takjil
Bayu Otto ikut menyerahkan bingkisan takjil berbuka puasa yang digelar Persik. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Tradisi berbagi takjil di bulan Ramadan tidak hanya memiliki aspek sosial, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang sangat penting bagi umat Muslim di Indonesia. Hadis Nabi yang mengatakan bahwa memberi makan kepada orang yang berpuasa mendapat pahala sebesar pahala orang yang berpuasa sendiri, menjadi landasan spiritual dalam tradisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa memberi takjil kepada orang yang berbuka puasa bukan hanya sekadar tindakan sosial, tetapi juga merupakan ibadah yang memiliki nilai pahala yang besar di sisi Allah.

Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya menegaskan pentingnya memberi makan kepada orang yang berpuasa sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keberkahan dan pahala di bulan Ramadan. Bahkan, memberi makan kepada orang yang berpuasa tidak harus dengan menyajikan hidangan yang mewah, tetapi sudah cukup dengan memberi sebutir kurma atau seteguk air. Ini menunjukkan bahwa kebaikan yang sederhana pun bisa mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah.

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Selain itu, tradisi berbagi takjil juga mencerminkan nilai-nilai seperti kedermawanan, keramahan, dan saling berbagi yang diajarkan oleh Islam. Dengan berbagi takjil kepada sesama, umat Muslim dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan dalam memperingati bulan Ramadan. Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya tolong-menolong dan saling peduli terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu atau membutuhkan bantuan.

Dengan demikian, tradisi berbagi takjil tidak hanya menciptakan ikatan sosial yang kuat di masyarakat, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan pengamalan ajaran Islam yang memiliki nilai spiritual yang tinggi. Melalui tradisi ini, umat Muslim di Indonesia dapat merasakan keberkahan dan keutamaan bulan Ramadan serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya