Kisah Makhluk Allah yang Menangis Saat Berpisah dengan Bulan Ramadhan

Saat di penghujung Ramadan, makhluk-makhuk Allah yang mulia ini menangisi kepergiannya. Mengapa mereka bersikap demikian?

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mar 2024, 05:30 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2024, 05:30 WIB
Beribadah saat bulan Ramadan
Ilustrasi muslim berpuasa saat bulan Ramadhan

Liputan6.com, Cilacap - Saat ini kita telah memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Tentu saja sebentar lagi kita akan berpisah dengan bulan mulia ini. Perihal berpisahnya dengan bulan Ramadhan ini, ternyata ada beberapa makhluk Allah yang menangis karena sedih berpisah dengannya.

Bulan suci Ramadhan merupakan anugerah yang besar untuk umat Islam. Pasalnya melaksanakan ibadah di bulan ini akan dilipat gandakan pahalanya. Dalam bulan ini juga terdapat malam istimewa yakni malam Lailatul Qadar yang kualitasnya lebih baik dari seribu bulan.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jikalau umat Islam mengetahui keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan, mereka pasti akan menginginkan semua bulan dalam satu tahun menjadi Ramadan semua. Rasulullah SAW bersabda:

لَوْ تَعْلَمُ اُمَّتِيْ مَا في رَمَضَا نَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي اَنْ تَكُوْنَ السَّنََة ُكُلُّهَا رَمَضَانَ

Artinya: “Seandainya umatku mengetahui keutamaan di bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap setahun penuh Ramadhan.” (HR Ibnu Khuzaimah).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Makhluk Allah yang Menangis karena Berpisah dengan Ramadhan

Puasa 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada tahun ini ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Agama jatuh pada Selasa 12 Maret 2024.
Puasa 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada tahun ini ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Agama jatuh pada Selasa 12 Maret 2024. (Ilustrasi: AI)

Menukil Langit7.id, Rasulullah SAW ketika memasuki 10 terakhir Ramadhan semakin memaksimalkan ibadah. Beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Saat hari terakhir, beliau menangis karena sebentar lagi ditinggal bulan mulia itu.

Suatu ketika Rasulullah pernah berkata, apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW. Kemudian sahabat bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah menjawab: "Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan)," (Diriwayatkan dari Jabir).

Sementara, belum tentu kita dipertemukan kembali dengan bulan suci pada tahun berikutnya. "Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan," (Diriwayatkan dari Ibnu Abbas).

Para Salafus Shalih Juga Menangis

Puasa 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada tahun ini ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Agama jatuh pada Selasa 12 Maret 2024.
Puasa 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada tahun ini ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Agama jatuh pada Selasa 12 Maret 2024. (Ilustrasi: AI)

Bagi para salafush shalih, setiap Ramadhan pergi, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali Ramadhan menghampiri mereka. Seperti yang ditunjukkan Ali bin Abi Thalib. Mengutip laman resmi Kemenag, keteladanan Ali bin Thalib tentang penghujung Ramadhan disaksikan dua sahabat karibnya, Ibnu Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Du’ali.

Kisah itu termaktub dalam Kitab Sirah Ashabun Nabi, karya Syaikh mahmud al-Misri dan Siyar A’lam An-Nubala, karya Imam Adz-Dzahabi. Setelah shalat ashar saat Ramadhan dan setelah seharian beliau tampak sedih karena Ramadhan akan segera berakhir, Ali kemudian pulang dari masjid. Saat sampai di rumah, dia disambut sang istri tercinta, Sayyidah Fatimah Az-Zahra dengan pertanyaan penuh perhatian.

"Kenapa Engkau terlihat pucat, kekasihku? Tak Ada tanda-tanda keceriaan sedikit pun di wajahmu, padahal sebentar lagi kita akan Menyambut hari kemenangan?" ungkap Fatimah.

Ali hanya terdiam lesu. Tak berapa lama dia meminta pertimbangan sang istri untuk menyedekahkan semua simpanan pangannya kepada fakir miskin. "Hampir sebulan kita mendapat pendidikan dari Ramadhan, bahwa lapar dan haus itu teramat pedih. Segala puji bagi Allah SWT, yang sering memberi hari-hari kita dengan perut sering terisi," kata Ali menjawab pertanyaan Fatimah.

Setelah itu dan sebelum takbir berkumandang, Ali terlihat sibuk mendorong pedatinya. Pedati tersebut berisi tiga karung gandum dan dua karung kurma hasil dari panen kebunnya. Beliau berkeliling dari pojok kota dan perkampungan untuk membagi-bagikan simpanan pangan tersebut kepada fakir miskin dan yatim piatu.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya