Liputan6.com, Cilacap - Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menceritakan kisah kearifan orang zaman dulu, terutama yang dipraktikkan oleh para waliyullah tatkala menyikapi hidup.
Baca Juga
Advertisement
Mereka tidak lantas menderita dengan hidup sederhana. Justru sebaliknya, kesederhanaan inilah yang mampu mereka kelola menjadi sebuah kebahagiaan.
Jadi memang benar, kebahagiaan itu bukan hanya milik orang yang berkecukupan saja. Orang miskin juga bisa hidup bahagia dan hal ini bukan mustahil.
Tergantung bagaimana kita menyikapi hidup kita. Tatkala kita tidak mau qanaah dan mensyukuri pemberian Allah SWT, sebanyak apapun harta kita tentu tidak akan membuat kita hidup bahagia.
Simak Video Pilihan Ini:
Hidup Bahagia Meskipun Sederhana
Meramu kesederhanaan menjadi kebahagiaan sudah dipraktekkan ulama dan orang-orang terdahulu, khususnya mereka yang menyandang gelar sebagai waliyullah.
“Kearifan orang-orang dulu itu bisa mengelola hal-hal yang keseharian menjadi luar biasa. Ada seorang wali melihat istrinya makan satu piring, anaknya makan satu piring, ditanya: kalian kenyang? Jawab mereka: wah kenyang sekali, melihat anaknya minum kopi satu cangkir senang, ditanya: kalian senang? Jawabnya: senang sekali,” kisah Gus Baha sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @AlGhifari27, Selasa (23/04/2024).
Ternyata hal-hal murah juga bisa menjadikan kita hidup bahagia. Lantas mengapa kita mengharuskan dan menganggap segala sesuatu yang mahal akan mendatangkan kebahagiaan. Anggapan ini tentu saja merupakan suatu kebodohan.
“Wah kalau seneng dengan hal-hal yang murah bisa, ngapain harus seneng dengan hal-hal yang mewah bodoh sekali saya,” ceritanya.
Kesadaran akan hal ini menyebabkan mereka ikhlas menerima pemberian Allah SWT hingga ia memiliki sikap qanaah. Suatu sikap yang sangat dipuji oleh Allah SWT.
“Sehingga terus mereka bisa hidup qanaah. Qanaah itu hidup simpel dan sederhana,” tandasnya.
Advertisement
Hakikat Qanaah
Menukil Republika, Qanaah adalah merasa puas atas pemberian yang sudah diterimanya. Puas itu ditunjukkan dengan syukur dan menghindari kerakusan. Selain itu, mengekang diri dalam memburu apa yang diinginkannya karena merasa cukup dengan apa yang telah diperoleh.
Qanaah merupakan salah satu jalur alternatif mengendalikan diri di tengah gemerlap dunia yang semakin menggiurkan. Inilah sikap yang harus dimiliki oleh seorang Muslim pada umumnya dan Muslim pejabat pada khususnya. Hal itu mengingat derasnya cobaan yang silih berganti menawarkan isi dunia.
Bukankah kita sudah maklum bahwa pada akhirnya nanti uang, harta, dan takhta juga akan sirna. Uang akan usang, harta akan binasa, dan jabatan akan digantikan. Mengapa diri ini selalu tertarik untuk mengumpulkannya, bukankah itu sama artinya menimbun busa yang akan lenyap diterpa udara? Orang yang cerdas pastilah lebih suka mencari sesuatu yang lebih tahan lama, sesuatu yang tidak cepat punah dan habis hanya karena pergantian masa. Adakah hal yang demikian itulah qanaah.
Kita perlu bersandar pada hadis Rasulullah SAW, "Jadilah kamu orang yang wara’, pasti kamu menjadi orang yang rajin beribadah, dan jadilah kamu orang yang qanaah, pastilah kamu menjadi orang yang banyak bersyukur (HR.Bukhari)." Janganlah salah mengartikan qanaah dengan berpangku tangan, berserah diri tanpa usaha, namun penuh harap akan rahmat Allah SWT.
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul