Liputan6.com, Jakarta - Ulama ahli tafsir Al-Qur'an Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim merupakan salah satu pendakwah terkenal dan berpengaruh di Indonesia. Pandangan-pandangannya mewarnai khazanah Islam.
Ia dikenal karena pesan-pesan keagamaan dan sosialnya yang mendalam. Beberapa pernyataannya juga kritis dan menggelitik.
Misalnya tentang bahayanya kiai yang tak bahagia. Menurut dia, apabila ada kiai tidak bahagia, maka bisa jadi dosa besar untuk umat.
Advertisement
Pernyataan ini menggambarkan pentingnya kesejahteraan para ulama atau kiai dalam masyarakat Islam. Kiai atau ulama memiliki peran penting dalam membimbing umat dan menyebarkan ajaran Islam.
Jika mereka tidak bahagia atau merasa terbebani secara spiritual, hal ini bisa memengaruhi kualitas pengajaran dan pelayanan mereka kepada umat.
Selain itu, ungkapan ini juga menyoroti tanggung jawab umat terhadap kesejahteraan spiritual para ulama. Umat Islam diharapkan untuk memberikan dukungan dan perhatian kepada para ulama agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Sampai Bathil Lebih Menarik daripada Haq
Dalam konteks ini, jika umat tidak memperhatikan kesejahteraan para ulama, hal itu dianggap sebagai dosa besar karena dapat mengganggu penyebaran dan pemahaman ajaran Islam yang benar dalam masyarakat.
Oleh karena itu, pesan ini memang mengajak untuk memperhatikan dan menghormati peran serta kesejahteraan spiritual para ulama dalam masyarakat.
Menukil jatim.nu.or.id, Gus Baha mengatakan jangan sampai terjadi yang batil itu lebih menarik, sedangkan yang benar (haq) tidak menarik. Untuk itu sebagai Muslim harus menunjukkan kebahagiaan dalam beribadah, karena ibadah adalah sebuah kebenaran, dan kebahagiaan sebagai wujud ketertarikan melaksanakannya. Terutama bagi kiai-kiai yang jadi idola santrinya.
"Jangan sampai di dunia ini terjadi yang benar (haq) itu tidak menarik dan yang bathil itu menarik. Sehingga menurut saya, kiai gak bahagia itu dosa besar. Karena apa, orang mau jadi kiai, atau mengidolakan kiai karena melihat kiainya bahagia," jelasnya sembari tertawa ringan di depan hadirin.
Advertisement
Kebahagiaan Kiai Harus Ditunjukkan
Kebahagiaan tersebut harus juga ditunjukkan kepada siapa saja. Baik kiai dengan santrinya, kiai saat berada di tengah masyarakat maupun ke keluarganya. Sekali menunjukkan sikap tidak bahagia, figur yang diidolakan tersebut jadi tidak menarik.
"Apalagi kalau sampai terjadi, kiainya bertengkar dengan istrinya, tidak akur dengan saudara dan tetangganya, ini jadi figur yang tidak menarik lagi," katanya.
Sementara orang-orang yang tidak sholat hidupnya, lanjut Gus Baha, lebih bahagia. Liburannya ke Hawai dan Bali.
"Lama-lama orang akan berpikir, kok jadi kiai nasibnya seperti itu, jadi orang tidak sholat kok seperti itu, bahaya," terangnya.
Dengan demikian, sikap bahagia itu harus menjadi target orang salih setiap tindak tanduknya. Sehingga mampu menjadi teladan yang bisa membuat adem bagi para pengikutnya.
"Makanya menurut saya, target yang harus dicapai orang-orang shaleh itu bahagia. Sehingga agama ini oleh Nabi disebut membawa kebahagiaan dunia dan akhirat,” pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul