Kisah Orang Suka Tidur tapi Derajatnya Setara Wali Allah, Diceritakan Gus Baha

Terdapat kisah bahwa orang tidur memiliki derajat yang sama dengan wali sebagaimana dituturkan Gus Baha.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Sep 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2024, 16:30 WIB
Gus Baha (SS: YT Short @Sudarnopranoto)
Gus Baha (SS: YT Short @Sudarnopranoto)

Liputan6.com, Cilacap - Kiai nyentrik yang menguasai berbagai disiplin kelimuan Islam KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan perihal orang suka tidur.

Bahkan berdasarkan penuturan murid kinasih Mbah Moen ini, orang yang suka tidur tersebut rupanya mendapatkan derajat yang sama dengan wali. Wali merupakan manusia-manusia pilihan Allah SWT. Biasanya, sebagai manusia pilihan, para wali ini anugarahi kelebihan berupa karomah.

Derajat kewalian merupakan anugerah Allah SWT yang agung. Sebab dengan pangkat itu, seseorang menjadi kekasih Allah SWT. Tentu saja banyak orang yang mendambakaan menjadi kekasih Allah, terlebih diangkat sebagai wali.

Namun siapa sangka bahwa orang yang suka tidur, berdasarkan penuturan Gus Baha ternyata memiliki derajat sekelas ulama dan waliyullah yang sangat tekun beribadah.

Lantas bagaimana hal ini bisa terjadi? Agar tak salah paham, simak ulasan Gus Baha sampai selesai.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tidur namun Sekelas Wali

10. Pentingnya Istirahat yang Cukup
Ilustrasi seseorang tidur jam 10 malam. (Shutterstock/SrideeStudio)

Gus Baha mengisahkan perihal salah seorang waliyullah yang tekun beribadah bertanya kepada Allah SWT tentang orang yang memiliki derajat yang sama dengan dirinya.

“Masyhur, ada ulama beribadah dengan bersungguh-sungguh, kalau siang puasa, kalau malam sholat Tahajud, bertanya kepada Allah SWT, “Gusti, orang yang sekelas saya dalam kewalian siapa, dengan keseriusan ibadahku ini?” Kata Gus Baha menceritakan sebagaimana dinukil dari tayangan YouTube Santri Gayeng, Sabtu (21/09/2024).

Jawab Allah SWT tak terduga, bahwa orang yang sekelas dengan dirinya justru bukannya orang yang memiliki ketekunan dalam beribadah yang sama dengan dirinya, malahan justru orang yang suka tidur.

“Jawab Allah, “Itu yang suka tidur sekelas dengan kamu!” kata Gus Baha menambahkan.

Mendapatkan jawaban yang demikian itu dia merasa sangat kecewa dan kesal.

Ia pun mendapatkan keterangan dari wali yang lebih senior dari dirinya, bahwa berpuasa dan beribadah kalau tidak tidur itu juga berpotensi merusak nilai ibadahnya.

“Dia kesal (dengan jawaban itu—pen). Kesal sebab dia disaingi orang yang tidur,” terangnya

“Jawab wali yang lebih senior, orang yang berpuasa pun jika tidak tidur dan melihat wanita cantik tetap ingin zina,” sambungnya.

Akan tetapi kalau orang tersebut tidur, maka berpotensi tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak nilai ibadahnya, sebab tidut tentu saja tidak tahu dan tidak mengingat apapun.

“Tapi kala tidur kan tidak melihat apa-apa,” apparnya

“Jadi ada orang yang menjadi wali sebab…. (tidur---pen), tapi maksudnya bukan kamu lho,” tandasnya.

Cara Tidur yang Baik Menurut Rasulullah SAW

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang dialami oleh setiap mahkluk hidup. Ketika tidur, otak kita tetap bekerja secara aktif. Tidur menyehatkan jiwa dan raga. Tidur yang tidak berkualitas dapat mengakibatkan gangguan tubuh seperti gangguan sistem imun, menurunkan hormon pertumbuhan, menurunkan kemampuan memori dan mengakibatkan gangguan pada fungsi organ lainnya. Begitu pentingnya peranan tidur bagi kesehatan, Rasulullah SAW memberikan petunjuk terkait tidur yang sehat dan berkualitas.

Diriwayatkan dari al-barra ibn Azib bahwa Rasulullah berkata kepadanya, “Jika kau hendak tidur, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah diatas sisi kanan tubuhmu, lalu ucapkan: Ya Allah, kuhadapkan wajahku sepenuhnya kepada-Mu dan kuserahkan urusanku kepada-Mu dengan rasa harap dan rasa takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berpaling dan tempat berlari dari-Mu, kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada nabi-Mu yang engkau utus (dengan begitu) jika kamu meninggal dalam tidurmu, sungguh kamu meninggal dalam keadaan fitrah (suci). Jadikan doa itu sebagai ucapan terakhir yang kamu ucapkan sebelum tidur”.

Posisi tidur miring ke sisi kanan merupakan posisi yang paling nyaman dan menenangkan bagi semua organ tubuh, termasuk jantung. Pada posisi tersebut, semua anggota tubuh (kecuali tangan kiri) berada lebih rendah dari jantung. Oleh karena itu, aliran darah dari bilik kiri mengalir lebih lancar ke seluruh bagian tubuh. Posisi terlentang ataupun miring ke sisi kiri tidak optimal untuk kerja jantung.

Pada posisi terlentang, jantung membutuhkan tenaga lebih banyak untuk dapat mengalir ke seluruh bagian tubuh sedangkan pada posisi miring ke kiri, sisi jantung sebelah kiri akan lebih sulit untuk memompa darah masuk ke pembuluh darah aorta (lebih tinggi 10°). Tidak dianjurkan menggunakan bantal yang terlalu tinggi untuk tidur. Hal ini akan menyulitkan aliran darah ke bagian kepala. Sebagaimana dengan tidur yang dicontohkan nabi dimana beliau tidur dengan kepala disangga dengan bantal tipis atau dengan tangannya dengan posisi miring ke kanan.

Setelah tidur yang cukup lama, kita dianjurkan untuk mendirikan sholat tahajud. Tahajud di tengah malam menjaga kita dari sakit hipertensi maupun sakit jantung. Pada tengah malam, secara fisiologis terjadi tidur pada fase yang tidak lelap (non-rapid eye movement/NREM) yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi detak jantung dan iregularitas irama jantung. 

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya