Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan beragama, konsep meniru atau mengambil contoh dari seseorang sangat penting. Menurut KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, meniru dalam Islam harus dilakukan dengan mengikuti sanad dan wasilah yang benar.
Sanad adalah rujukan yang jelas, sementara wasilah adalah perantara, yaitu para guru yang memiliki keterhubungan ilmu secara langsung hingga kepada Nabi Muhammad SAW.
Advertisement
Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha mengutip cerita gurunya, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) tentang pentingnya wasilah. Dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @bashorimurahbanyu782, Mbah Moen pernah berkata bahwa banyak orang yang anti dengan wasilah.
Advertisement
"Wasilah itu ya niru guru, gurunya guru, langsung niru Kanjeng Nabi Muhammad SAW," kata Mbah Moen, seperti diceritakan oleh Gus Baha.
Menurut Gus Baha, seperti yang dijelaskan gurunya, mengikuti sanad dan wasilah adalah cara yang benar dalam meniru seseorang.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Dalilnya
Dalam agama Islam, jalan yang lurus atau sirat al-mustaqim adalah jalan yang diikuti oleh orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fatihah: "Ihdinas siratal mustaqim, siratal ladzina an’amta alaihim." Artinya, kita dituntun untuk meniru orang-orang yang sudah diberi nikmat, yakni para nabi dan ulama.
Gus Baha menjelaskan bahwa Allah tidak meminta manusia untuk langsung meniru-Nya. "Kenapa Allah tidak suruh ikut Allah?" tanya Gus Baha. "Allah itu tidak makan, bagaimana kita niru Allah makan? Allah juga tidak tidur, bagaimana kita niru Allah tidur?" ungkapnya.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia harus meniru manusia lainnya, terutama mereka yang sudah menempuh jalan lurus seperti para ulama dan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Gus Baha, manusia harus meniru Rasulullah sebagai contoh terbaik. Namun, untuk meniru Rasulullah, seseorang membutuhkan bimbingan dari ulama yang memiliki sanad ilmu yang jelas.
Tanpa ulama, kita tidak akan tahu dengan pasti apa yang dilakukan oleh Nabi. "Wal ulama warasatul anbiya," kata Gus Baha, mengutip hadis yang menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para nabi.
Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan petunjuk dari orang-orang yang sudah memahami agama dengan baik.
Para ulama berperan sebagai perantara atau wasilah antara umat dan Nabi Muhammad SAW. Tanpa mereka, manusia akan kesulitan memahami ajaran-ajaran Nabi secara mendalam.
Advertisement
Penegasan Gus Baha
Gus Baha juga menegaskan pentingnya memahami agama melalui guru yang memiliki sanad yang jelas. Meniru perilaku orang yang benar hanya bisa dilakukan jika kita mendapatkan ilmunya dari orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut. Itulah pentingnya memiliki guru yang bersambung ilmunya hingga kepada Nabi.
Konsep sanad dan wasilah ini sudah menjadi bagian dari tradisi Islam sejak lama. Dengan adanya sanad, kita bisa memastikan bahwa ilmu yang kita terima adalah ilmu yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini juga menjamin bahwa praktik yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Mbah Moen sendiri sering menekankan pentingnya sanad dalam belajar agama. Menurutnya, meniru tanpa sanad yang jelas bisa menyebabkan kesesatan.
Gus Baha mengutip pesan Mbah Moen ini untuk mengingatkan umat agar selalu berhati-hati dalam mengambil contoh atau teladan.
Selain itu, Gus Baha menegaskan bahwa ulama adalah pintu masuk bagi umat untuk memahami ajaran Nabi. Melalui ulama, kita bisa belajar tentang bagaimana cara Nabi hidup, beribadah, dan berinteraksi dengan sesama manusia. Tanpa ulama, kita tidak akan pernah bisa mengetahui detail-detail tersebut.
Bagi umat Islam, meniru manusia yang benar adalah suatu keharusan. Namun, meniru manusia harus melalui bimbingan ulama yang memiliki sanad dan wasilah yang jelas. Dengan cara inilah, kita bisa memastikan bahwa apa yang kita tiru benar-benar sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Gus Baha menutup ceramahnya dengan ajakan agar umat Islam selalu menghormati para ulama. Ulama adalah penerus Nabi yang membawa ilmu dan petunjuk untuk umat. Mereka adalah perantara yang menghubungkan umat dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Kesimpulannya, meniru seseorang dalam Islam tidak bisa dilakukan sembarangan. Kita harus mengikuti orang yang benar, dan untuk itu, kita memerlukan ulama sebagai wasilah dan sanad yang akan menuntun kita ke jalan yang lurus.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul