Umar bin Khattab Pilih Tak Rayakan Kemenangan Perang, Ini Alasannya Menurut Gus Baha

Futuhat al-Islamiyyah adalah periode penting dalam sejarah Islam. Umat Islam tidak hanya memperluas wilayah kekuasaannya, tetapi juga menyebarkan ajaran Islam ke banyak tempat. Namun, seperti yang ditekankan oleh Sayidina Umar, kemenangan tidak seharusnya membuat seseorang terlena dengan kemewahan atau perayaan yang berlebihan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2024, 18:30 WIB
Gus Baha 1
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah-kisah penuh hikmah dari para sahabat Nabi Muhammad SAW selalu menjadi pelajaran berharga dalam menjalani kehidupan. Salah satunya adalah cerita Sayidina Umar bin Khattab yang dikenal dengan ketegasan dan kesederhanaannya, bahkan dalam situasi penuh kemenangan.

Gus Baha, seorang ulama terkemuka yang merupakan santri kesayangan KH Maimoen Zubair, menceritakan kisah luar biasa ini dengan gaya khasnya.

Dikisahkan oleh Gus Baha, Sayidina Umar bin Khattab, salah satu khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi, pernah berada dalam situasi di mana umat Islam memenangkan pertempuran besar.

Saat itu, umat Islam tengah berada dalam periode Futuhat al-Islamiyyah, masa di mana kekuasaan Islam meluas dengan menaklukkan banyak wilayah yang memusuhi agama.

Dikutip dari kanal YouTube @santrinyayoutube8714, Sayidina Umar mendapat pertanyaan dari sahabat-sahabatnya. Mereka bertanya mengapa tidak ada perayaan besar-besaran meskipun umat Islam baru saja meraih kemenangan gemilang. Sebuah kemenangan yang pastinya layak dirayakan dengan sukacita dan rasa syukur.

Namun, jawaban Umar bin Khattab sungguh mengejutkan dan penuh makna. Ia mengingatkan bahwa Allah SWT sangat tidak menyukai gaya hidup yang berlebihan dan penuh kemewahan.

Umar menolak melakukan pesta besar-besaran, meski saat itu kemenangan sangat pantas dirayakan. Sikap ini menunjukkan betapa Umar memprioritaskan keimanan dan kesederhanaan di atas segala bentuk kemegahan duniawi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Allah SWT Mengkritik Kaum yang Hidupnya Foya-Foya

Kisah Umar bin Khattab
Kisah Umar bin Khattab

Futuhat al-Islamiyyah adalah periode penting dalam sejarah Islam. Umat Islam tidak hanya memperluas wilayah kekuasaannya, tetapi juga menyebarkan ajaran Islam ke banyak tempat. Namun, seperti yang ditekankan oleh Sayidina Umar, kemenangan tidak seharusnya membuat seseorang terlena dengan kemewahan atau perayaan yang berlebihan.

Gus Baha menjelaskan lebih lanjut bahwa Sayidina Umar memiliki pandangan yang sangat mendalam. Dalam pandangannya, hidup ini adalah tempat untuk menahan diri dan beribadah kepada Allah.

"Allah mengkritik kaum yang dalam hidupnya foya-foya," ujar Gus Baha, menirukan kalimat Sayidina Umar. Sebuah kalimat yang menggambarkan betapa Umar sangat berhati-hati dalam menyikapi kenikmatan dunia.

Sikap Umar bin Khattab ini memperlihatkan keteguhan seorang pemimpin dalam menjaga integritasnya. Bahkan dalam kemenangan, ia tetap memilih kesederhanaan. Gus Baha menambahkan bahwa Umar menyatakan ingin mengurangi jatah berfoya-foya di dunia ini, agar ia bisa menikmati lebih banyak kenikmatan di akhirat. Sebuah prinsip yang menggambarkan betapa fokusnya Umar pada kehidupan setelah mati.

Dalam cerita ini, Gus Baha dengan gayanya yang ringan namun penuh makna menyampaikan ajaran yang begitu mendalam. Bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan segala bentuk kenikmatan yang berlebihan akan mengurangi jatah kebahagiaan yang lebih abadi di akhirat. Umar lebih memilih menahan diri di dunia agar bisa memperoleh kenikmatan di surga kelak.

Gus Baha juga menekankan bahwa tidak semua kemenangan harus dirayakan dengan pesta dan kemewahan. Kemenangan dalam Islam, menurut Umar, adalah bukti dari pertolongan Allah. Oleh karena itu, rasa syukur bisa diwujudkan dengan cara yang lebih sederhana, tanpa mengumbar kesenangan yang tidak perlu.

Pentingnya Memiliki Pemimpin Sederhana

Ilustrasi penaklukan Kota Yerussalem oleh Umar bin Khattab
Ilustrasi penaklukan Kota Yerussalem oleh Umar bin Khattab (Liputan6/Istock)

Kisah ini juga menjadi pelajaran tentang betapa pentingnya memiliki pemimpin yang sederhana dan bijaksana. Umar bin Khattab menjadi contoh nyata bahwa seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab dalam memimpin, tetapi juga dalam memberikan teladan yang baik dalam bersikap. Tidak ada hal yang lebih mulia daripada mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dalam kesulitan maupun saat kemenangan.

Gus Baha menutup cerita ini dengan menegaskan bahwa sikap Sayidina Umar seharusnya menjadi inspirasi bagi siapa saja. Kesederhanaan adalah kunci dalam menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Harta dan kemenangan dunia hanyalah titipan, sementara kehidupan yang kekal ada di akhirat. Itulah yang selalu menjadi fokus Umar bin Khattab dalam menjalani kehidupannya.

Kisah ini juga mengingatkan umat Islam tentang pentingnya memprioritaskan akhirat. Di tengah gemerlap dunia, umat Islam harus mampu menahan diri dan tidak mudah tergoda oleh kenikmatan yang bersifat sementara. Seperti yang dicontohkan oleh Sayidina Umar, kemenangan sejati adalah kemenangan yang tidak membuat seseorang lupa akan Tuhannya.

Gus Baha mengajarkan bahwa umat Islam harus memiliki sikap seperti Umar: bijaksana, sederhana, dan selalu mengingat bahwa dunia ini hanyalah persinggahan. Tidak perlu mengumbar kemewahan, karena yang terpenting adalah bagaimana seseorang bisa hidup dengan penuh ketaatan kepada Allah.

Sikap ini tentunya menjadi pelajaran yang relevan untuk semua orang, terutama di era modern yang penuh godaan duniawi. Meneladani Umar bin Khattab berarti belajar untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Sebuah ajakan yang sangat penting, terutama bagi mereka yang ingin hidup dengan penuh berkah dan ketenangan.

Sayidina Umar menjadi sosok yang dihormati dan dikenang karena keteguhannya dalam menjalani ajaran Islam. Gus Baha menegaskan bahwa setiap Muslim seharusnya mengambil pelajaran dari kisah ini, yaitu untuk tidak terbuai oleh kesenangan dunia dan selalu mengutamakan keridhaan Allah. Sebuah pesan yang begitu mendalam, mengingatkan kita untuk selalu hidup dalam kesederhanaan dan ketaatan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya