Liputan6.com, Cilacap - Sosok KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) yang saat ini terkenal sebagai ulama yang ‘Alim Allamah tetu saja tidak bisa dilepaskan dari sosok ayahandanya yakni KH Nursalim.
Dalam beberapa kesempatan ceramahnya, beliau menukil pernyataan ayahnya sebagai rujukan dalam berbagai macam hal yang berkaitan dengan keislaman atau perilaku sosial.
Advertisement
Salah satu contohnya, sebagaimana yang akan diulas dalam tulisan ini ialah perihal seorang kiai, yang menurut ayah Gus Baha ini ibarat bengkel.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai bengkel, tentu saja seorang kiai bukan hanya bersedia mendidik anak-anak yang memang sudah memiliki karakter baik, namun juga harus bersedia mendidik mereka yang nakal.
Simak Video Pilihan Ini:
Kiai Itu Bengkel
Mengawali ulasannya, Gus Baha menceritakan perihal pondok pesantren milik ayahnya ini yang tidak begitu banyak peraturan.
“Bapak saya itu punya pondok tapi tidak banyak peraturan,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @SudarnoPranoto, Jumat (29/11/2024).
Gus Baha mengatakan bahwa kiai itu seperti bengkel. Sebagai bengkel, seorang kiai harus mau membetulkan anak-anak yang memiliki karakter nakal. Jika tidak bersedia menjadi bengkel, menurut ayah Gus Baha ini lebih baik tidak usah menjadi seorang kiai.
“Kata bapak saya, kiai itu bengkel, kalau tidak siap mendidik anak yang rusak ya tidak usah jadi kiai,” ujar Gus Baha menyampaikan pandangan ayahnya.
Advertisement
Harus Bersedia Mendidik Anak yang Rusak
Sebagai bengkel, Gus Baha menambahkan dengan ilustrasi bahwa kendaraan yang berada di bengkel tentu saja kendaraan yang rusak, tidak mungkin kendaraan yang baik.
“Masa bengkel yang datang itu mobil mewah, mobil yang tidak rusak, ya seharusnya yang datang itu minimal yang agak rusak,” paparnya.
Meski demikian, Gus Baha tak memungkiri sebagian kiai ada yang berfaham protektif terhadap anak-anak nakal. Mereka akan marah jika ada santri yang nakal.
“Kiai mazhabnya macam-macam, ada yang protektif, santri yang nakal-nakal dimarahin, “pondok apa sarang…” papar Gus Baha.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul