Liputan6.com, Cilacap - Jalan-jalan acapkali dimaknai sebagai kegiatan yang sifatnya duniawi belaka. Biasanya jalan-jalan oleh banyak orang sebagai ajang untuk menghilangkan kepenatan setelah bekerja.
Sejatinya jalan-jalan juga mengandung makna ibadah dan makna yang mendalam. Hal ini sebagaimana dituturkan KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam sebuah kesempatan tausiyahnya.
Gus Baha mengatakan, para Nabi juga pernah mengadakan perjalanan dan menurut santri Mbah Moen ini, jalan-jalannya para Nabi itu memiliki implikasi ibadah.
Advertisement
Baca Juga
"Setiap nabi pasti memiliki ibadah yang mencakup perjalanan," tuturnya dikutip dari tayangan YouTube Short @hendriher5069, Sabtu (30/11/2024).
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Dimensi Spiritual
Jalan-jalan bukan sekadar bersenang-senang sebagaimana dipahami oleh banyak kalangan. jalan jalan juga dapat dimaknai sebagai salah satu upaya tafakkur akan kebesaran ciptaan Allah. Sehingga dengan cara ini, dimensi spiritual juga bisa dicapai.Â
Gus Baha juga mengisahkan bahwa Rasulullah SAW melakukan perjalanan dari Makkah hingga ke Syam bersama pamannya untuk berdagang. Demikian halnya dengan Nabi Ibrahim AS.
"Rasulullah Muhammad SAW pernah melakukan perjalanan hingga ke Syam, meskipun beliau berasal dari Makkah," jelas Gus Baha.
Demikian halnya dengan Nabi Ibrahim AS, beliau melakukan perjalalan dari Syam menuju ke Makkah.
"Nabi Ibrahim yang berasal dari Syam pernah melakukan perjalanan sampai ke Makkah," tambah Gus Baha.
Advertisement
Jalan-jalan Mengandung Makna Kebaikan
Gus Baha juga menyebutkan bahwa dalam salah satu hadis, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa salah satu kebaikan umatnya adalah Siyahah fil Ardh, yang bisa diartikan sebagai semacam pariwisata, tetapi dengan tujuan untuk belajar.
"Oleh karena itu, Nabi menyatakan bahwa salah satu kebaikan umatku adalah Siyahah fil Ardh, semacam pariwisata, yang seringkali berkelana, namun tentu saja untuk mengambil pelajaran," ungkap Gus Baha.
Ia menjelaskan bahwa agama tidak hanya mendukung ibadah di tempat-tempat tertentu, tetapi juga mendorong umat untuk belajar dari pengalaman di luar.
"Jadi, jika kamu sering bepergian, kamu akan lebih memahami berbagai macam orang," tegas Gus Baha.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul