Liputan6.com, Cilacap - Pendakwah muda yang memiliki gaya dakwahnya yang khas yakni, lugas dan tegas, yakni Ustadz Adi Hidayat atau lebih populer dengan sapaan UAH memberikan sebuah pertanyaan mengelitik kepada para jemaahnya.
Pertanyaan yang dia ajukan seputar pilihan antara orang bodoh tapi baik dengan orang pintar tapi jahat. Beliau meminta kepada para jemaah untuk memilih dia karakteristik manusia tersebut.
Advertisement
“Pilih mana orang yang bodoh tapi baik atau orang yang pintar tapi jahat?” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @EndinBaharudin, Rabu (22/01/2025).
Advertisement
Baca Juga
“Sudah jangan pilih yang ketiga dulu, kita kan sedang memperbandingkan dua hal ini, walaupun tidak sampai apple to apple perbandingan ini, tapi dari aspek nilainya itu serupa,” sambungnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Pilih Mana?
UAH menegaskan, orang bodoh yang memiliki karakteristik baik itu masih lebih baik dibandingkan dengan pintar tetapi jahat.
Lebih lanjut UAH menerangkan dampak yang ditimbulkan dari dua karakteristik manusia ini. Orang bodoh jika berbuat salah itu dampaknya tidak terlalu besar dibandingkan orang pintar yang jahat.
“Bagaimana kita bisa melihat sisi nilainya, Pak, Bu, orang bodoh tapi baik kalaupun berbuat salah, salahnya muncul dengan kebodohannya, jadi dampaknya, daya rusaknya itu enggak terlalu besar karena bodoh,” terangnya.
“Tapi kalau pintar dan dia jahat itu merusaknya pasti berat karena pintar kepintarannya digunakan untuk menipu,” tandasnya.
Advertisement
Menjadi Orang Baik Tidak Sulit
Mengutip NU Online, menjadi orang baik, tidak sulit. Sebab, diam saja tanpa berbuat apa-apa sudah termasuk kategori orang baik. Tidak pernah usil dengan urusan orang lain dan ibadahnya cakep, itu sudah baik. Karena itu, menjadi orang baik saja, tidak cukup. Namun perlu ada ikhtiar untuk menjadi orang yang bermanfaat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan saat menjadi pemateri dalam acara Seminar Nasional di Aula STAIN Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (2/5). Menurutnya, orang yang bermanfaat bagi sesama nilainya sangat besar di hadapan Allah. Bahkan barometer paling baiknya manusia ditakar dari seberapa besar manfaat yang dia berikan pada orang lain.
“Sesuai dengan hadits nabi bahwa paling baiknya manusia adah yang paling bermanfaat untuk sesamanya,” tukas Eksan.
Dikatakan Eksan, untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain butuh perjuangan, pengorbanan dan sebagainya. Setiap individu bisa memberi manfaat sesuai dengan posisinya masing-masing. Contohnya guru, bisa memberi manfaat dengan ilmunya, dan itu tidak mudah. Sebab untuk menjadi seorang guru, tahapannya cukup panjang.
”Menjadi guru adalah pemberi manfaat yang cukup penting. Kenapa? karena gurulah yang mencetak SDM untuk mengelola negara ini,” lanjutnya. Walaupun demikian, menjadi guru terkadang nasibnya kurang bagus. Sebab, imbalan yang didapat tak jarang jauh dari kata cukup.
Eksan sendiri mengaku pernah menjadi guru Madrasah Aliyah di Jember. Bahkan ketika itu, ia mengajar 58 jam dalam seminggu dengan sekian mata pelajaran, mulai dari bahasa Arab, Sosiologi, Ekonomi hingga Tata Negera. “Honornya kecil, tapi tetap saya jalani, karena saya ingin memberi manfaat dengan ilmu saya. Soal rezeki, Allah bisa beri lewat jalan lain. Dan apa yang saya capai saat ini (anggota DPRD Jawa Timur), mungkin juga barokah dari saya yang ngajar dan do'a murid-murid,” urainya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul