Kisah Unik Kiai saat Dilapori Ada Haji Mbeling Suka Janda, Guyonan Gus Baha

Gus Baha berkisah bahwa ia memiliki kenangan yang dulu agak menggelitik. Ada sebuah isu yang beredar, entah benar atau tidak, tentang seorang haji yang memiliki kebiasaan menyukai janda

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Feb 2025, 20:30 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2025, 20:30 WIB
Gus Baha (SS: YT Short @Sudarnopranoto)
Gus Baha (SS: YT Short @Sudarnopranoto)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pondok pesantren telah menjadi tempat pembelajaran agama bagi banyak santri di Indonesia. Namun, dalam kehidupan para kiai, terdapat banyak kisah unik yang mencerminkan kebijaksanaan dan cara mereka menghadapi berbagai persoalan.

"Setahu saya, Mbah Moen (KH Maimoen Zubair), kalau bertemu dengan bapak saya (KH Nursalim), itu suka guyonan di antara keduanya. Ya, guyon begitu," kata KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, ketika mengisahkan kedua gurunya tersebut.

Kali ini, Gus Baha mengisahkan pengalaman unik yang menunjukkan cara para kiai dalam merespons suatu isu. Kisah ini dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @senengnyantri.

Gus Baha berkisah bahwa ia memiliki kenangan yang dulu agak menggelitik. Ada sebuah isu yang beredar, entah benar atau tidak, tentang seorang haji yang memiliki kebiasaan menyukai janda. Orang-orang menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak wajar.

Ketika Mbah Moen mendapat laporan tentang hal itu, responsnya sangat tidak terduga. Saat ada tamu yang melaporkan bahwa seorang haji tersebut dianggap 'mbeling' karena kedekatannya dengan seorang janda, Mbah Moen justru menanggapinya dengan santai.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Respons Mbah Moen saat Dengar Ada Haji Mbeling Main Janda

Ilustrasi muslimah senyum, Islami
Ilustrasi muslimah senyum, Islami. (Photo Copyright by Freepik)... Selengkapnya

Mbah Moen justru bertanya dengan nada bercanda, "Jandane  ayu ora, cung?" Tamu yang melapor pun menjawab, "Wah, ayu banget, Mbah!"

Tak hanya Mbah Moen, bapak Gus Baha juga memiliki cara yang sama dalam menanggapi kasus semacam itu. Jika ada orang yang bercerita tentang hal semacam itu, justru yang dibahas adalah kecantikan atau bahkan bentuk tubuh orang yang dimaksud.

Bagi sebagian orang, pendekatan semacam ini mungkin terdengar tidak biasa. Namun, bagi para kiai, cara ini justru menjadi bentuk kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan tanpa terjebak dalam prasangka buruk.

Menurut Gus Baha, setelah dirinya semakin mendalami ilmu agama, ia semakin memahami maksud dari pendekatan seperti itu. Daripada langsung menuduh dan menggunakan bahasa yang bisa menimbulkan fitnah, lebih baik mencari cara yang lebih halus dan bijak dalam meresponsnya.

"Timbangane malah qadzaf. Ternyata ini seni. Sekali Mbah Moen atau bapak bilang, 'Haji kok zina, haji kok gini gitu,' maka itu bisa menjadi tuduhan yang berbahaya," ujar Gus Baha.

Menghindari ucapan yang mengarah pada tuduhan adalah salah satu bentuk kebijaksanaan para kiai. Dalam banyak kasus, cara berbicara yang bijak justru bisa menghindarkan seseorang dari perbuatan menuduh atau menghakimi.

Untuyk diketahui makna qadzaf adalah suatu ungkapan tentang penuduhan seseorang kepada orang lain dengan tuduhan zina, baik dengan menggunakan lafaz yang sharih (tegas) atau secara dilalah (tidak jelas)”.

Sikap yang tidak langsung menghakimi ini menurut Gus Baha adalah bentuk dari kehati-hatian dalam menjaga lisan. Para kiai tidak serta-merta melabeli seseorang dengan stigma tertentu tanpa bukti yang jelas.

 

Kiai Dulu Punya Cara yang Tak Terduga

Mbah Moen (SS: YT Bangkit TV)
Mbah Moen (SS: YT Bangkit TV)... Selengkapnya

"Jadi, kiai dulu itu tidak sok suci, tapi menghindari hal-hal yang menuduh atau menghakimi," jelasnya.

Pendekatan ini menjadi pelajaran bahwa dalam kehidupan, seseorang harus bijak dalam menyikapi informasi yang diterima. Tidak semua hal harus direspons dengan sikap yang keras atau menghakimi.

Menurut Gus Baha, kehidupan para kiai dipenuhi dengan nilai-nilai kebijaksanaan yang patut dicontoh. Cara mereka mengelola kehidupan tidak hanya berdasar pada ilmu agama, tetapi juga pada pemahaman yang mendalam tentang manusia dan lingkungan sekitarnya.

"Para kiai punya seni dalam mengelola kehidupan. Bukan hanya soal ilmu, tapi juga tentang bagaimana memahami manusia," ujarnya.

Dengan pendekatan yang santai namun tetap dalam koridor syariat, para kiai mampu memberikan contoh bahwa agama bukan hanya soal aturan, tetapi juga tentang bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia.

Cara ini juga menunjukkan bahwa Islam mengajarkan untuk tidak mudah berburuk sangka. Jika ada sesuatu yang bisa diklarifikasi dengan cara yang baik, maka itulah yang seharusnya diutamakan.

Gus Baha menegaskan bahwa dalam kehidupan, memahami manusia itu tidak kalah penting dari memahami hukum agama itu sendiri. Hal ini yang membuat para kiai selalu mampu menjadi sosok yang dihormati di tengah masyarakat.

"Orang yang benar-benar paham agama pasti akan lebih hati-hati dalam bicara. Mereka tidak mudah menghakimi, tetapi selalu mencari cara yang baik dalam menghadapi suatu masalah," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya