Liputan6.com, Banyumas - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengatakan, bahwa menurut mazhab Abu Hasan as-Syadzili seseorang tidak boleh merasa pesimis atau merasa bersalah dalam beribadah. Dalam hal ini termasuk juga perasaan ragu yang menyelimuti perihal salat diterima atau tidak.
“Ciri khasnya mazhab Syadzili itu adalah orang itu tidak boleh merasa salah. Imam Syadzili itu punya murid alim namanya Abul Abbas al-Mursyi. Abul Abbas al-Mursyi punya murid alim namanya Ibnu Athaillah yang mengarang kitab Hikam. Jadi, cerminan mazhab Syadzili adalah apa yang ada dalam kitab Hikam,” kata Gus Baha dikutip dari kanal YouTube Santri Gayeng, Rabu (13/07/22).
Advertisement
Baca Juga
Gus Baha lalu mencontohkan ucapan yang menunjukan rasa bersalah seseorang akan ibadah yang telah dilakukannya, yakni muncul keraguan perihal salat diterima atau tidak.
“Saya ini tidak tahu, salatku diterima atau tidak? Menurut Mazhab Syadzili kalau kita ngomong seperti itu diamuk, syirik kamu kalau ngomong begitu,” kata Gus baha.
Larangan akan hal ini lantaran setan sudah merasa kesal jika ada orang yang masih mau sujud kepada Allah (salat). Oleh sebab itu melaksanakan salat terlepas dari diterima atau tidak sudah sukses membuat setan kesal.
“Bagaimana juga setan sudah kesal sebab kamu mau sujud. Pokoknya kalau membuat setan kesal itu keren,” tandas Gus Baha.
Ulama Ahli Al-Qur’an juga menerangkan bahwa dalam salat terdapat kalimat takbir yang tujuannya mengagungkan Allah. Tentu saja setan sangat murka dengan perbuatan ini dan membuat murka setan merupakan salah satu indikasi keberhasilah kita sebagai hamba Allah.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Setan Kesal
“Allahu Akbar, kalau Allah sudah kamu agungkan, setan itu kesal, walaupun ketika itu kamu ingat hutang, setelah itu kamu sujud berarti kamu patuh kepada Allah, padahal ketika itu kamu berdoa, ya Allah, berikan saya jabatan. Walaupun begitu setan kalau lihat kamu itu udah kesal! Asem zaman akhir ternyata ada yang masih sujud,” terang Gus Baha
“Paham ya, itu menurut mazhab Abu Hasan As-Syadzili, bagaimanapun juga kamu ditakdirkan orang yang bersujud itu merupakan pemberian Allah, maka harus kamu syukuri,” imbuhnya.
Lebih lanjut berdasarkan pandangan mazhab Abu Hasan as-Syadzili, Gus Baha menekankan pentingnya beramal sedikit tetapi optimis diterima oleh Allah, dibandingkan banyak amal namun hatinya diliputi keraguan dan perasaan bersalah.
“Makanya beramal sedikit, namun yakin itu anugerah Allah itu lebih baik dari pada beramal banyak tapi merasa salah, itu kata mazhabnya Abu Hasan As-Syadzili,” tandas Gus Baha
Gus Baha lantas mengambil contoh sederhana untuk memudahkan pemahaman bahwa meskipun salat kita tidak bisa sempurna sebab ketika salat tidak bisa fokus dan masih ingat hal-hal di luar salat, maka tetap harus kita syukuri. Hal ini lebih baik dibandingkan tidak melaksanakan salat sama sekali.
“Jadi ibaratnya begini, misal saya ketemu Rukhin, dan saya memberi nasi saja tanpa ada tempenya. Lalu Rukhin lahap sekali memakannya, padahal makanan ini jauh dari sempurna karena tidak ada lauk pauknya, dan tidak ada gizi 4 sehat 5 sempurna. Trus Rukhin makannya senang, maka saya senang juga,” kata Gus Baha mencontohkan.
“Maka sama kita diberi salat, dan bentuknya salat yang diberikan Allah kepada kita memang seperti ini, ingat utang, uang dan salatnya tidak terlalu benar. Tapi, hal ini pemberian Allah. Banyak orang diluar kita sama sekali tidak salat. ya sudah kita syukuri saja,” pungkasnya.
Penulis: Khazim Mahrur
Advertisement