Kapal Wisata Sekaligus Rumah yang Hilir Mudik di Sungai Kapuas

Berawal dari sebuah perahu kecil lalu berkembang menjadi kapal wisata, Ahmad kini setiap hari hilir mudik di Sungai Kapuas.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 28 Apr 2014, 07:19 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2014, 07:19 WIB
Kapal Wisata Sungai Kapuas
(Foto: Raden AMP)

Liputan6.com, Pontianak Kursi dan meja tersusun rapi di atas sebuah kapal wisata. Minggu sore itu, Ahmad (50) dan istrinya bernama Rahinah (43) tengah sibuk mempersiapkan keberangkatan kapal wisata. Mereka tampak kompak. Sibuk tentunya.

“Sambil menunggu penumpang, saya dan istri berkemas-kemas dulu,” itulah ucapan yang keluar dari Ahmad, saat ditemui Liputan6.com, Minggu sore, (27/4/ 2014), di atas kapal wisata KM Fadhil yang terletak di pinggiran sungai Taman Alun-alun Kapuas Pontianak, Kalimantan Barat.

 


Ahmad bercerita, menekuni profesi nahkoda kapal wisata ini cukup lama. Berawal dari sebuah perahu kecil miliknya lalu berkembang menjadi kapal wisata yang dia buat berkat ketekunan dan keuletannya itu.

“Dulu kan nggak bisa jualan di pinggiran sungai Taman Alun-alun Kapuas ini. Lalu saya punya ide buat perahu kecil atau sampan. Lalu saya buatlah. Dan hanya satu bulan berjalan. Akhirnya saya buat yang besar ini. Rp 75 juta biaya pembuatan kapal wisata air ini,” tutur Ahmad.

“Kalau pakai kayu belian, saya tak mampu. Makanya ini pakai bahan biasa aja,” lanjutnya.

Pria asal Kampung Segedong, Desa Peniti Besar, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, menjelaskan hingga kini ia belum ada kepedulian pemerintah setempat terhadap kapal wisata air sungai Kapuas ini.

“Pemerintah hanya membantu buat persinggahan kapal saja. Kalau yang lainnya kita yang buat. Inginnya yang lebih mewah kapal wisatanya, tapi, tak ada modal. Modal sendiri saja, makanya sederhana. Modalnya dari perahu kecil hasil uang yang kita kumpulkan,” jelasnya.


Ia menjelaskan, kapal wisata air sungai Kapuas ini mampu membawa penumpang puluhan orang. Selain itu juga, kapal wisata air ini dilengkapi pengaman. “Kalau kita muat penuh 90 orang, tapi, kita hanya muat 60 orang saja. Saya bawa istri. Dan 3 ABK yang membantu. Kita gaji mereka. Mulai start jam 3 sore. Ada juga siang. Tergantung ada yang meminta pesanan,” ucapnya.

Hasil dari keuntungan ini, jelas Ahmad untuk membiayai anaknya sekolah. “Ada 8 anak saya ini. Semuanya sekolah. Yang tua SMK,” katanya.

Sehari-hari penghasilan Ahmad sebesar Rp 300 ribu. “Tapi, kadang nggak ada juga. Banyak yang datang itu pas malam minggu. Enggak tetap juga penghasilannya,” ujarnya.

Kapal wisata air sungai Kapuas yang menyerupai rumah tersebut menggunakan bahan bakar jenis solar. Kapal yang lebar 5 meter dengan panjang 13 meter ini biasanya ditumpangi wisatawan dari mancanegara.

“Ada juga wisatawan dari luar negeri, Malaysia dan Brunei Darussalam dan negara luar lainnya. Mereka pada suka naik kapal wisata air sungai Kapuas ini. Pada foto-foto biasanya,” jelasnya bangga.



Ia mengaku, pada saat membawa kapal wisata air ini biasanya berkeliling dari hulu ke hilir sungai Kapuas. “Mereka yang ikut kapal wisata ini suka liat keindahan sungai kapuas ini. Rutenya hulu ke hilir. Kalau ke hilir ada tugu Khatulistiwa dan makam raja Sultan Abdurahman, pulau kecil Batu Layang. Kalau ke hulu ada keraton Kadriyah, Masjid Jami.  Ya selain itu juga pesona keindahan pinggiran sungai Kapuas ini,” jelasnya.

Untuk biaya naik kapal ini cukup murah. “Rp 10 ribu saja satu  penumpang. Di atas kapal ini kita menyiapkan beraneka ragam makanan dan minuman khas Pontianak,” katanya.

Rahinah, istri dari Ahmad menuturkan, kapal wisata air sungai Kapuas ini juga berfungsi sebagai rumah tinggal bersama anak dan suaminya.  “Saya tak ada rumah. Jadi tinggal di atas kapal ini. Sampai saat ini pun belum ada rumah. Rumah saya terbakar sudah lama,” cerita Rahinah.

Ia mengaku, dahulu ia bersama suaminya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya serabutan saja jika ada orang membutuhkan tenaganya. “Dulu tak tentu kerjanya, sekarang ya kerjanya di atas kapal ini melayani penumpang yang berwisata,” ucapnya bersyukur.

Siang dan malam keluarga mereka tinggal di atas kapal. “Siang malam kita tinggal di atas kapal ini. Mau hujan, mau ada petir, mau ada gelombang, ya kita tetap aja di atas kapal”.



Sementara menurut warga Kota Pontianak, Rajinus, yang mengaku biasa menumpangi kapal wisata sungai Kapuas ini cukup puas. Selain murah, lanjutnya ia biasa membawa anak dan istrinya menikmati alam bumi Khatulistiwa ini.

“Kapal wisata air ini cukup membantu saat kita membawa keluarga. Sungguh menakjubkan. Kita bisa melihat keindahan sungai Kapuas yang panjang ini. Tapi, sayang masih juga banyak sampah yang dibuang sembarangan,” katanya.

Saat libur, ia selalu mengajak anak dan istrinya berwisata dengan kapal wisata air sungai Kapuas itu. “Ya untuk menghilangkan kepenatan selama bekerja”.

 

(Foto: Raden AMP)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya