Liputan6.com, Lebak Suku Baduy Luar mulai meninggalkan perkampungannya pada Jumat, (2/5/2014), pukul 13.00 wib. Mereka berangkat dari terminal Ciboleger langsung menuju Pendopo Kabupaten Lebak, lalu melanjutkan perjalanan menuju Pendopo Lama Gubernur Banten. Beda halnya dengan suku Baduy Dalam yang berjalan kaki, Suku Baduy Luar memilih menggunakan kendaraan bermotor roda empat.
"Kalau jaman dulu, Karesidenan Banten kan ada di Serang, makanya kita silaturahmi ke sana," kata Jaro (kepala desa) Daina, sesaat sebelum berangkat menuju Pendopo Kabupaten Lebak.
Baca Juga
Mengeluh Gara-gara Penerbangannya ke Australia Dibatalkan Imbas Erupsi Gunung Lewotobi, Influencer Dikecam Nirempati
Shibuya Tokyo Pastikan Tidak Ada Pesta Malam Tahun Baru 2025 Usai Meniadakan Perayaan Halloween
Desa Wisata Jatiluwih dan Wukirsari Sabet Gelar Best Tourism Village 2024 dari UN Tourism
Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar membawa 'upeti' bagi pemimpin mereka di Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten. Upeti yang mereka bawa berupa hasil bumi suku Baduy sendiri. Hasil bumi yang di bawa berupa beras ketan, beras biasa, pisang, gula aren, sirih, sayuran dan berbagai macam hasil bumi lainnya.
Advertisement
Hasil bumi masyarakat Baduy ini di taruh ke dalam mobil bak terbuka dan truk yang sudah mereka sewa sebelumnya. Selain memberikan 'upeti' berupa hasil bumi, masyarakat Baduy pun menyampaikan berbagai macam keluhan kepada pemimpinnya.
"Ada temu wicara, keluhan-keluhan kakolot (orang tua) Baduy. Kita minta penegakan hukum, terutama hukum kelestarian hutan," lanjut Jaro Daina.
Menurut pengakuan Jaro Daina, terdapat sekitar 1000 suku Baduy yang mengikuti tradisi Seba Baduy ini. Perlu diketahui, berdasarkan data tajun 2010, penduduk Baduy terdapat 11. 172 jiwa.
Bagi pengunjung yang ingin sampai ke suku Baduy Dalam harus menempuh jalan kaki sejauh 12 Kilometer dari terminal Ciboleger menuju kampung Cikeusik. Sedangkan, bagi yang ingin merasakan sensasi menyebrangi jembatan akar, harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer. (Yandhi Deslatama/Ars)