Wisatawan Terhibur Ruwat Rawat Borobudur

Ruwat Rawat Borobudur menjadi gelaran budaya yang melibatkan banyak kelompok kesenian tradisional di kawasan Candi Borobudur.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Apr 2016, 13:02 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2016, 13:02 WIB
Candi Borobudur
Candi Borobudur (sumber. pegipegi.com)

Liputan6.com, Jawa Tengah Pembukaan Ruwat Rawat Borobudur yang digelar di Taman Lumbini Kompleks Candi Borobudur, Senin (18/4/2016), menjadi tontonan wisatawan, baik wisman maupun wisatatawan nusantara, yang sedang berkunjung ke candi warisan budaya dunia tersebut.

Ruwat Rawat Borobudur yang digelar hingga 1 Juni 2016 merupakan penyelenggaraan yang ke-13. Dipelopori Komunitas Warung Info Jagad Cleguk Borobudur pimpinan Sucoro, gelaran budaya ini melibatkan berbagai kelompok kesenian tradisional di kawasan Candi Borobudur dan beberapa desa di Kabupaten Magelang.

Ratusan seniman petani dari sejumlah grup kesenian tradisional membuka kegiatan tersebut melalui ritual "Umbul Donga" di bawah pohon beringin, di dekat pintu utama masuk Taman Wisata Candi Borobudur. Sejumlah orang mengenakan pakaian adat Jawa membawa berbagai sesaji dan meletakkannya di bawah pohon tersebut.

Seorang sesepuh dari kawasan pusat kerajinan batu di Prumpung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang bernama Mbah Joyo Prono tampak menaburkan bunga mawar kepada peserta prosesi tersebut.

Selama beberapa kali, rombongan prosesi berjalan mengelilingi pohon beringin tersebut, dan kemudian berjalan kaki sejauh 300 meter menuju panggung pembukaan Ruwat-Rawat Borobudur di Taman Lumbini, timur Candi Borobudur.

Wisman dan wisnus yang hendak naik ke Candi Borobudur tampak melihat kegiatan mereka dan mengambil foto. Di antara mereka terlihat mengikuti prosesi tersebut hingga Taman Lumbini.

Puncak pembukaan acara itu ditandai dengan pemukulan gong oleh Asisten Deputi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Rahman Hidayat, didampingi Ketua Komunitas WIJC Borobudur, Sucoro, serta diawali pentas kolosal (sekitar 300 penari) Sendratari Kidung Karmawibangga yang mengambil inspirasi cerita dari relief bagian dasar Candi Borobudur tentang hukum sebab dan akibat.

"Kegiatan tahunan yang dipelopori Warung Info Jagad Cleguk ini telah melalui proses kebudayaan yang panjang hingga saat ini sebagai tahun ke-13. Selain untuk mengembangkan kesenian dan budaya warga desa-desa sekitar Candi Borobudur, kegiatan ini juga terkait dengan upaya untuk mengembangkan atraksi wisata Candi Borobudur," kata Sucoro kepada Antara.

Ia menyebut Ruwat-Rawat Borobudur telah menjadi ruang komunikasi budaya masyarakat kawasan Candi Borobudur dengan berbagai penafsirannya dan bertujuan terwujudnya Borobudur sebagai destinasi wisata unggulan.

Kepala Unit TWCB, Chrisnamurti, menyambut positif kegiatan Ruwat-Rawat Borobudur itu, antara lain karena bermanfaat memperkuat kepariwisataan setempat.

Rahman Hidayat mengemukakan pemerintah mendorong pengembangan kepariwisataan berbasis komunitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di kawasan suatu objek wisata.

Berbagai infrastruktur dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah untuk mendukung pengembangan kepariwisataan Candi Borobudur dengan kawasannya.

"Dibangun pariwisata berbasis komunitas yang berkelanjutan. Infrastruktur dasar dibangun, dibuka akses-akses yang lain, supaya masyarakat sekitar Candi Borobudur jangan hanya jadi penonton," katanya.

Rangkaian agenda Ruwat-Rawat Borobudur 2016, antara lain pentas kesenian rakyat, sarasehan budaya, seminar pariwisata, jelajah pusaka, loka karya seni budaya, prosesi tradisi masyarakat, festival kesenian rakyat, pentas kolosal Sendratari Kidung Karmawibangga, dan kirab budaya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya