5 Mitos yang Salah tentang Pernikahan

Tidak semua yang Anda dengar tentang pernikahan perlu dipercaya.

oleh Ficky Yusrini diperbarui 19 Okt 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2016, 07:00 WIB
5 Mitos yang Salah tentang Pernikahan
Tidak semua yang Anda dengar tentang pernikahan perlu dipercaya.

Liputan6.com, Jakarta Meski semua orang memimpikannya, namun demikian, tidak ada resep sederhana untuk sebuah hubungan asmara ataupun pernikahan yang awet langgeng.

 

Ketika Anda sedang mengalami masalah dalam pernikahan Anda dan mencurahkannya pada orang lain, pastilah Anda akan mendapatkan saran dari mereka, harusnya begini, coba kamu begitu, dan seterusnya. Banyak orang percaya pada kekuatan cinta, namun, menurut artikel yang dilansir dari Psychology Today pada Rabu (19/10/2016), sayangnya banyak juga orang mempercayai mitos-mitos yang salah tentang cinta dan pernikahan. Apa sajakah itu?

Harus punya ekspektasi tinggi pada hubungan
Apa ekspektasi Anda terhadap hubungan Anda dan pasangan? Pertanyaan ini harus dijawab, sebab ekspektasi memengaruhi tingkat kepuasan. Katakanlah, jika ekspektasi Anda, hubungan akan langgeng sampai akhir hayat, coba ekspektasinya diturunkan lagi. Terutama ketika hubungan Anda sedang memasuki masa-masa sulit. Seperti hubungan jarak jauh, kelahiran anak, pindah pekerjaan, dan sebagainya. Menurut sebuah penelitian, ketika pernikahan dihadapkan pada masa sulit, standar yang tinggi malah akan berisiko tinggi dan menurunkan tingkat kepuasan. Jadi, tidak usah terlalu ‘muluk’, deh!

Fokus pada diri sendiri dulu, dan pasangan dengan sendirinya akan memahami 
Siapa sih, yang tidak sibuk. Setiap orang pasti punya mimpi, target, dan cita-cita. Anda pun disibukkan pada tuntutan demi tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan untuk menuju ke arah sana. Akan tetapi, yang perlu diingat, untuk punya hubungan yang sehat, harus dipupuk, dirawat, dan terus menerus diberi perhatian. Perhatian kecil –meski seringkali dipandang sepele- sebetulnya jika terus dilakukan bisa memberi efek yang positif pada kebahagiaan Anda. Contohnya, kebiasaan menyiapkan kopi, makan malam bersama, atau apa pun yang bisa Anda lakukan. Bentuk perhatian tersebut akan menguatkan kedekatan dan kepuasan dalam hubungan.

Cinta adalah segalanya 
Cinta adalah komponen penting dalam hubungan romantis, itu betul. Tapi itu bukan segalanya. Cinta adalah kekuatan yang menyatukan dua individu yang sangat berbeda, menjadi satu kesatuan. Namun demikian, ada komponen yang lebih penting dari itu, yakni komitmen. Hubungan tanpa komitmen, tidak akan bertahan. Komitmenlah yang mampu membuat dua individu bertahan dalam sebuah pernikahan selamanya.

Pasangan seharusnya bisa membuat Anda bahagia 
Pasangan tak mampu membahagiakan Anda? Hem, itu bukan murni kesalahannya. Wajar jika pasangan punya kontribusi besar dalam membahagiakan pasangannya masing-masing. Dalam pernikahan, kebahagiaan istri bisa memengaruhi kebahagiaan suami, dan sebaliknya. Akan tetapi, pasangan tidak bertanggung jawab pada kebahagiaan Anda. Ketika kita menggantungkan diri pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan kita, termasuk kebutuhan batin, kita menjadi orang yang terlalu bergantung. Dan, biasanya pola hubungan yang semacam ini akan menghasilkan hubungan yang lemah kualitasnya.

Jangan sampai pernikahan membuatmu berubah 
Ketika seseorang jatuh cinta, biasanya mereka akan berubah atau bertumbuh di bawah pengaruh pasangan. Ini yang disebut self-expansion. Perubahan semacam ini menandakan Anda memasuki proses berintegrasi dengan pasangan sehingga pada satu titik menjadi konsep diri Anda sendiri. Menolak self-expansion demi kebebasan yang mutlak tidaklah bijak. Demikian juga, pada titik ekstrem lain, mengharuskan penyatuan total diri Anda dan pasangan. Perubahan yang seimbang adalah dosis yang sehat antara kemesraan dan otonomi. Bisa saja, Anda menjadi sosok dengan hobi atau kebiasaan baru, atau mungkin kepribadian Anda sedikit berubah. Tapi, hindari kehilangan jati diri secara total.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya